Selasa, 04 Mei 2010
KENIKMATAN ALLAH KEPADA HAMBANYA
Pernahkah Anda menghitung kenikmatan yang telah Allah berikan kepada Anda? Coba sekarang mulailah Anda mencatat daftar kenikmatan di dunia ini yang telah Anda rasakan. Siapa diantara kalian yang bisa menentukan jumlah kenikmatan yang telah Allah limpakan pada kalian.
Apa yang akan Anda lakukan jika musibah atau sakit menyerang Anda? Mengeluhkah? Menangiskah? Atau meratapi sakit yang Anda derita saat ini. Coba ingatlah orang-orang yang tidak mempunyai tempat tinggal, dan tidak ada seorangpun yang membantunya. Jika Anda yang mengalami hal demikian masihkah Anda tetap mengeluh dan menangis kesakitan? Sementara keluarga dan teman-teman Anda masih banyak yang peduli yang bersedia menjenguk serta menghibur Anda.
Coba pikirkan, betapa besarnya fungsi pendengaran, yang dengannya Allah menjauhkan Anda dari ketulian. Coba renungkan dan raba kembali mata Anda yang tidak buta. Ingatlah dengan kulit Anda yang terbebas dari penyakit lepra dan supak. Dan renungkan betapa dahsyatnya fungsi otak Anda yang selalu sehat dan terhindar dari kegilaan yang menghinakan.
Adakah Anda ingin menukar mata Anda dengan emas sebesar gunung Uhud, atau menjual pendengaran Anda seharga perak satu bukit? Apakah Anda mau membeli istana-istana yang menjulang tinggi dengan lidah Anda, hingga Anda bisu? Maukah Anda menukar kedua tangan Anda dengan untaian mutiara, sementara tangan Anda buntung?
Begitulah, sebenarnya Anda berada dalam kenikmatan tiada tara dan kesempumaan tubuh, tetapi Anda tidak menyadarinya. Anda tetap merasa resah, suntuk, sedih, dan gelisah, meskipun Anda masih mempunyai nasi hangat untuk disantap, air segar untuk diteguk, waktu yang tenang untuk tidur pulas, dan kesehatan untuk terus berbuat. Anda acapkali memikirkan sesuatu yang tidak ada, sehingga Anda pun lupa mensyukuri yang sudah ada. Jiwa Anda mudah terguncang hanya karena kerugian materi yang mendera. Padahal, sesungguhnya Anda masih memegang kunci kebahagiaan, memiliki jembatan pengantar dan kemudian syukurilah!
Sesungguhnya Allah tidak akan memberikan kenikmatan kepada hamba-Nya di dunia ini, melainkan untuk dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak. Sudah seharusnya orang yang diberi nikmat untuk menyempurnakan dan menggunakan kenikmatannya dengan beramal yang ikhlas dan hanya mengharap ridho-Nya.
Apa yang akan Anda lakukan jika musibah atau sakit menyerang Anda? Mengeluhkah? Menangiskah? Atau meratapi sakit yang Anda derita saat ini. Coba ingatlah orang-orang yang tidak mempunyai tempat tinggal, dan tidak ada seorangpun yang membantunya. Jika Anda yang mengalami hal demikian masihkah Anda tetap mengeluh dan menangis kesakitan? Sementara keluarga dan teman-teman Anda masih banyak yang peduli yang bersedia menjenguk serta menghibur Anda.
Coba pikirkan, betapa besarnya fungsi pendengaran, yang dengannya Allah menjauhkan Anda dari ketulian. Coba renungkan dan raba kembali mata Anda yang tidak buta. Ingatlah dengan kulit Anda yang terbebas dari penyakit lepra dan supak. Dan renungkan betapa dahsyatnya fungsi otak Anda yang selalu sehat dan terhindar dari kegilaan yang menghinakan.
Adakah Anda ingin menukar mata Anda dengan emas sebesar gunung Uhud, atau menjual pendengaran Anda seharga perak satu bukit? Apakah Anda mau membeli istana-istana yang menjulang tinggi dengan lidah Anda, hingga Anda bisu? Maukah Anda menukar kedua tangan Anda dengan untaian mutiara, sementara tangan Anda buntung?
Begitulah, sebenarnya Anda berada dalam kenikmatan tiada tara dan kesempumaan tubuh, tetapi Anda tidak menyadarinya. Anda tetap merasa resah, suntuk, sedih, dan gelisah, meskipun Anda masih mempunyai nasi hangat untuk disantap, air segar untuk diteguk, waktu yang tenang untuk tidur pulas, dan kesehatan untuk terus berbuat. Anda acapkali memikirkan sesuatu yang tidak ada, sehingga Anda pun lupa mensyukuri yang sudah ada. Jiwa Anda mudah terguncang hanya karena kerugian materi yang mendera. Padahal, sesungguhnya Anda masih memegang kunci kebahagiaan, memiliki jembatan pengantar dan kemudian syukurilah!
Sesungguhnya Allah tidak akan memberikan kenikmatan kepada hamba-Nya di dunia ini, melainkan untuk dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak. Sudah seharusnya orang yang diberi nikmat untuk menyempurnakan dan menggunakan kenikmatannya dengan beramal yang ikhlas dan hanya mengharap ridho-Nya.
Berlangganan Postingan [Atom]