tag:blogger.com,1999:blog-38099072911284935712023-11-15T06:33:20.863-08:00salmah selalu semangatselamat datang di dunia bahasa dan sastranur salamahhttp://www.blogger.com/profile/01528666921087484487noreply@blogger.comBlogger20125tag:blogger.com,1999:blog-3809907291128493571.post-86195841958684876252010-05-04T02:14:00.000-07:002010-05-04T02:19:50.111-07:00PERASAAN TAKUT PADA ALLAH SEBAGAI BEKAL SEBELUM MENINGGALRasulullah saw bersabda:<br /><span style="font-style:italic;">“Tidaklah mata seseorang meneteskan air mata kecuali Allah akan mengharamkan tubuhnya dari api neraka. Dan apabila air matanya mengalir di pipi maka wajahnya tidak akan terkotori oleh debu kehinaan. Apabila seseorang pada suatu kaum menangis, maka kaum itu akan dirahmati. Tidaklah ada sesuatupun yang tak mempunyai kadar dan batasan kecuali air mata, sesungguhnya air mata dapat memadamkan lautan api neraka.”</span><br />Allah swt. Berfirman:<br /><span style="font-style:italic;">“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. Hai orang-orang kafir, janganlah kamu mengemukakan uzur pada hari ini. Sesungguhnya kamu hanya diberi balasan menurut apa yang kamu kerjakanHai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu." (At-Tahrim: 6-8).</span><br />Mengapa manusia tidak menangis untuk menebus diri dari siksa neraka, padahal maut senantiasa mengintainya, kuburan akan menjadi tempat tinggalnya dan Hari Kiamat pemberhentiannya. Di saat itu para pengawasnya adalah malaikat, Sang Hakim adalah zat yang mahamemaksa, neraka adalah penjaranya dana Zabaniah sebagai penjaganya. Dan bagaimana mungkin ia akan sanggup menahannya, padahal terhadap sengatan matahari mereka tak tahan?<br />Dalam musnad Imam Ahmad pada hadits Abu Umamah disebutkan, Rasulullah saw barsabda:<br /><span style="font-style:italic;">“Pada hari Kiamat matahari mendekat sampai kira-kira satu mil, panasnya kian bertambah, membakar kepala seperti menggodok periuk, pada saat itu manusia mengucurkan keringat sepadan dengan dosa yang diperbuat. Di antara mereka ada yang berkeringat sampai mata kakinya, ada yang mencapai siku tangannya, ada yang berkeringat sampai pusarnya dans ebagian yang lain ada yang tenggelam dalam keringatnya.”</span><br />Apabila kadar matahari sedemikian panasnya, maka bagaimana dengan panas api neraka? Dan jilau panas api dunia sebagaimana yang digambarkan Rasulullah saw.: satu bagian dari 70 bagian panas api Jahannam. “Ya… Allah, jauhkanlah kami dari sengatan api neraka, dan masukkanlah kami ke dalam surga-Mu, tempat yang nyaman dengan rahmat-Mu.”<br />Diriwayatkan bahwa seorang kakek melihat bocah kecil yang sedang berwudhu di tepi sebuah sungai, sedang menangis. Si kakek bertanya, “Hai bocah kenapa kamu menangis?” Bocah itu menjawab, “Wahai paman, ketika aku membaca Al-Qur’an kemudian aku sampai pada firman Allah swt:<br /><span style="font-style:italic;">“Wahai manusia, jauhkanla dirimu dan keluargamu dari api neraka” (QS. At-Tahrim: 6). </span><br />). Timbullah ketakutanku akan dicampakkan ke dalam neraka.”<br />Lalu si kakek berkata, “Wahai bocah kecil, janganlah engkau takut, kau tidak akan dicampakkan ke dalam neraka, sebab kamu belum baligh, kau tidak layak dimasukkan ke dalam neraka.”<br />Kemudian si bocah itu berkata, “Wahai pak tua, engkaukan berakal, apakah engkau tidak tahu bahwa jika seseorang ingin menyalakan api ia memasukkan kayu bakar yangkecil dahulu baru kemudian ia akan memasukkan kayu yang lebih besar.”<br />Menangislah si kakek seraya berkata, “Sesungguhnya bocah kecil itu lebih takut pada neraka disbanding aku.”nur salamahhttp://www.blogger.com/profile/01528666921087484487noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3809907291128493571.post-85307062179899306782010-05-04T02:09:00.000-07:002010-05-04T02:11:36.222-07:00UJIAN DENGAN KENIKMATAN DAN COBAAN<span style="font-style:italic;">“Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu[1479] maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (At-Taghabun: 14)</span><br />Kadang-kadang istri atau anak dapat menjerumuskan suami atau ayahnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak dibenarkan agama. Mengapa demikian?<br />Yang dimaksud musuh dalam ayat di atas bukanlah atas dasar kebencian dan pertentangan, akan tetapi yang dimaksud adalah dalam bentuk kecintaan yang amat angat kepada anak atau istri mereka sehingga dapat mengahalang-halangi seorang bapak atau suami untuk berhijrah, jihad, belajar ilmu, atau hal lain yang berurusan dengan agam dan amalan-amalan kebaikan tentunya demi menyempurnakan akidahnya di jalan Allah swt.<br />Dari uraian di atas tentunya anda dan saya dapat memetik sebuah hikmah bahwa kenikmatan yang Allah berikan itu bisa saja menjadi ujian buat kita. Tidak hanya hal-hal yang buruk saja seperti musibah, sakit, lilitan hutang, atau cobaan lain yang menjadi ujian dalam hidup kita. Keduanya antara kenikmatan dan cobaan merupakan ujian yang Allah swt. berikan agar saya dan tentunya anda dapat bersabar dan ikhlas dalam menjalani hidup ini.nur salamahhttp://www.blogger.com/profile/01528666921087484487noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3809907291128493571.post-77589344132010812192010-05-04T02:08:00.001-07:002010-05-04T02:09:08.487-07:00KENIKMATAN ALLAH KEPADA HAMBANYAPernahkah Anda menghitung kenikmatan yang telah Allah berikan kepada Anda? Coba sekarang mulailah Anda mencatat daftar kenikmatan di dunia ini yang telah Anda rasakan. Siapa diantara kalian yang bisa menentukan jumlah kenikmatan yang telah Allah limpakan pada kalian.<br />Apa yang akan Anda lakukan jika musibah atau sakit menyerang Anda? Mengeluhkah? Menangiskah? Atau meratapi sakit yang Anda derita saat ini. Coba ingatlah orang-orang yang tidak mempunyai tempat tinggal, dan tidak ada seorangpun yang membantunya. Jika Anda yang mengalami hal demikian masihkah Anda tetap mengeluh dan menangis kesakitan? Sementara keluarga dan teman-teman Anda masih banyak yang peduli yang bersedia menjenguk serta menghibur Anda.<br />Coba pikirkan, betapa besarnya fungsi pendengaran, yang dengannya Allah menjauhkan Anda dari ketulian. Coba renungkan dan raba kembali mata Anda yang tidak buta. Ingatlah dengan kulit Anda yang terbebas dari penyakit lepra dan supak. Dan renungkan betapa dahsyatnya fungsi otak Anda yang selalu sehat dan terhindar dari kegilaan yang menghinakan.<br />Adakah Anda ingin menukar mata Anda dengan emas sebesar gunung Uhud, atau menjual pendengaran Anda seharga perak satu bukit? Apakah Anda mau membeli istana-istana yang menjulang tinggi dengan lidah Anda, hingga Anda bisu? Maukah Anda menukar kedua tangan Anda dengan untaian mutiara, sementara tangan Anda buntung?<br />Begitulah, sebenarnya Anda berada dalam kenikmatan tiada tara dan kesempumaan tubuh, tetapi Anda tidak menyadarinya. Anda tetap merasa resah, suntuk, sedih, dan gelisah, meskipun Anda masih mempunyai nasi hangat untuk disantap, air segar untuk diteguk, waktu yang tenang untuk tidur pulas, dan kesehatan untuk terus berbuat. Anda acapkali memikirkan sesuatu yang tidak ada, sehingga Anda pun lupa mensyukuri yang sudah ada. Jiwa Anda mudah terguncang hanya karena kerugian materi yang mendera. Padahal, sesungguhnya Anda masih memegang kunci kebahagiaan, memiliki jembatan pengantar dan kemudian syukurilah!<br />Sesungguhnya Allah tidak akan memberikan kenikmatan kepada hamba-Nya di dunia ini, melainkan untuk dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak. Sudah seharusnya orang yang diberi nikmat untuk menyempurnakan dan menggunakan kenikmatannya dengan beramal yang ikhlas dan hanya mengharap ridho-Nya.nur salamahhttp://www.blogger.com/profile/01528666921087484487noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3809907291128493571.post-56653249085076234822010-05-04T02:08:00.000-07:002010-05-04T02:09:01.329-07:00KENIKMATAN ALLAH KEPADA HAMBANYAPernahkah Anda menghitung kenikmatan yang telah Allah berikan kepada Anda? Coba sekarang mulailah Anda mencatat daftar kenikmatan di dunia ini yang telah Anda rasakan. Siapa diantara kalian yang bisa menentukan jumlah kenikmatan yang telah Allah limpakan pada kalian.<br />Apa yang akan Anda lakukan jika musibah atau sakit menyerang Anda? Mengeluhkah? Menangiskah? Atau meratapi sakit yang Anda derita saat ini. Coba ingatlah orang-orang yang tidak mempunyai tempat tinggal, dan tidak ada seorangpun yang membantunya. Jika Anda yang mengalami hal demikian masihkah Anda tetap mengeluh dan menangis kesakitan? Sementara keluarga dan teman-teman Anda masih banyak yang peduli yang bersedia menjenguk serta menghibur Anda.<br />Coba pikirkan, betapa besarnya fungsi pendengaran, yang dengannya Allah menjauhkan Anda dari ketulian. Coba renungkan dan raba kembali mata Anda yang tidak buta. Ingatlah dengan kulit Anda yang terbebas dari penyakit lepra dan supak. Dan renungkan betapa dahsyatnya fungsi otak Anda yang selalu sehat dan terhindar dari kegilaan yang menghinakan.<br />Adakah Anda ingin menukar mata Anda dengan emas sebesar gunung Uhud, atau menjual pendengaran Anda seharga perak satu bukit? Apakah Anda mau membeli istana-istana yang menjulang tinggi dengan lidah Anda, hingga Anda bisu? Maukah Anda menukar kedua tangan Anda dengan untaian mutiara, sementara tangan Anda buntung?<br />Begitulah, sebenarnya Anda berada dalam kenikmatan tiada tara dan kesempumaan tubuh, tetapi Anda tidak menyadarinya. Anda tetap merasa resah, suntuk, sedih, dan gelisah, meskipun Anda masih mempunyai nasi hangat untuk disantap, air segar untuk diteguk, waktu yang tenang untuk tidur pulas, dan kesehatan untuk terus berbuat. Anda acapkali memikirkan sesuatu yang tidak ada, sehingga Anda pun lupa mensyukuri yang sudah ada. Jiwa Anda mudah terguncang hanya karena kerugian materi yang mendera. Padahal, sesungguhnya Anda masih memegang kunci kebahagiaan, memiliki jembatan pengantar dan kemudian syukurilah!<br />Sesungguhnya Allah tidak akan memberikan kenikmatan kepada hamba-Nya di dunia ini, melainkan untuk dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak. Sudah seharusnya orang yang diberi nikmat untuk menyempurnakan dan menggunakan kenikmatannya dengan beramal yang ikhlas dan hanya mengharap ridho-Nya.nur salamahhttp://www.blogger.com/profile/01528666921087484487noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3809907291128493571.post-68928809743973551442010-05-04T02:05:00.000-07:002010-05-04T02:07:27.752-07:00ALLAH MAHA PEMBERI RIZKISering kita mengeluh dengan rizki yang kita dapat. Selalu saja manusia merasa kurang dengan rizki yang telah dia peroleh. Padahal Allah swt. telah menjamin rizki dan segala kenikmatan setiap umat manusia di dunia selama ajal belum menjemput.<br />Coba kita perhatikan bagaimana dengan janin di perut sang ibu. Akan datang padanya makanan berupa darah dari satu jalan yaitu pusar. Ketika sang bayi keluar dari rahim maka terputuslah jalan itu (melalui pusar) dan tentunya akan dibukakan jalan makanan yang lain yaitu air susu yang bersih dan mudah diminum. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?<br />Apabila waktu menyusui sudah sempurna dan terputuslah jalan itu dengan disapih, maka Allah swt. Akan membuka jalan yang lebih sempurna, yaitu dengan dua makanan dan dua minuman. Kedua makanan itu dari binatang dan tumbuhan. Juga kedua minuman itu dari air bersih dan susu yang segar. Dari keduanya dapat diambil manfaat dan kelezatannya. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?<br />Jika manusia itu telah meninggal maka terputuslah jalan itu. Akan tetapi, Allah swt akan membukakan jalan bagi orang-orang yang beriman, yaitu jalan menuju pintu-pintu surga yang akan bisa masuk sesuka hatinya. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?<br />Demikian Allah swt. Memberikan jalan yang mudah dan rizki yang berlimpah kepada hamba-hamba-Nya yang mukmin. Sesungguhnya Allah swt. Tidak akan ridho dari sesuatu yang rendah lagi hina kepada hamba-Nya.<br />Apabila Allah swt. Mencegah sesuatu melainkan Dia akan memberikan sesuatu yang lebih tepat. Allah swt. Tidak akan menguji kecuali untuk mencegahnya dari kejelekan dan musibah. Allah swt tidak pula memberikan cobaan kecuali untuk membersihkan hamba-Nya dari perbuatan hina. Sesungguhnya Allah tidak akan mematikan makhluknya kecuali untuk dihidupkan kembali. Dan satu lagi kekuatan dari nikmat yang Allah berikan adalah Allah swt tidak akan menciptakan kehidupan ini kecuali untuk mempersiapkan hamba-hamba-Nya menghadap kepada-Nya dan berjalan pada jalan yang mengantarkan kepada-Nya. Seperti dalam firman-Nya:<br /><span style="font-style:italic;">“Dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur.”(Al-Furqan:62)</span>nur salamahhttp://www.blogger.com/profile/01528666921087484487noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3809907291128493571.post-33693035111797820102010-05-04T02:04:00.000-07:002010-05-04T02:05:02.287-07:00KEUTAMAAN DZIKIRAda sebuah lagu yang sering kita dengar tapi sangat jarang kita untuk memaknai lagu itu. Sebuah lirik yang jika kita dengan sungguh-sungguh mendengarnya, maka kita dapat memetik makna yang terkandung di dalamnya. Tentunya hidup kita akan selalu terasa indah. Masih ingatkah Anda dengan lagu “Obat Hati” yang dinyanyikan Opick?<br />Kalau Anda pernah dengar dan masih ingat Anda pasti menemukan salah satu suplemen untuk hati kita yaitu dengan memperbanyak dzikir.<br />Dzikir adalah sarana yang paling mudah untuk dapat mendekatkan diri dengan sang pencipta. Ada sebuah kalimat yang menyatakan bahwa majlis-majlis dzikir adalah majlis malaikat. Di sini maksudnya adalah bahwa oaring-orang yang melakukan perkumpulan untuk berdzikir kepada Allah swt. Di situ malaikat akan ikut berkumpul juga. Jadi siapa yang tidak mau berkumpul dengan para malaikat satu-satunya makhluk Allah swt. yang diciptakan untuk selalu patuh pada Allah swt. Dan tak memiliki nafsu untuk berbuat tercela. Sesungguhnya dzikir mempunyai keistimewaan dari amalan-amalan lainnya.nur salamahhttp://www.blogger.com/profile/01528666921087484487noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3809907291128493571.post-71061085413959514472010-05-04T01:55:00.001-07:002010-05-04T02:03:15.402-07:00TINGKATAN MANUSIA DALAM SHALATManusia dalam hal shalat dibagi menjadi lima tingkatan, yaitu:<br /><span style="font-style:italic;">Pertama:</span> ini adalah tingkatan yang paling rendah dalam shalat, yaitu dalam menjalankan shalat orang itu menjalaninya dengan terpaksa. Biasanya dalam wudhu, waktu shalat, dan rukun-rukunya tidak lengkap. <br /><span style="font-style:italic;">Kedua:</span> tingkatan orang yang menjaga shalat dari wudhunya, waktunya yang tidak mepet, dan rukun-rukun dalam shalatnya. Akan tetapi kurang dalam berkonsentrasi untuk sungguh-sungguh menegakkan shalat.<br /><span style="font-style:italic;">Ketiga:</span> adalah tingkatan orang yang menjaga kekhusyukan shalatnya. Meskipun demikian dalam tingkatan ini orang tersebut akan sibuk untuk berkonsentrasi dalam shalatnya supaya tidak dicuri oleh setan yang terkutuk.<br /><span style="font-style:italic;">Keempat:</span> ini merupakan tingkatan yang mendekati sempurna seperti pada tingkatan sebelumnya (ketiga). Orang pada tingkatan ini semua keinginannya dicurahkan dalam shalatnya. Hatinya telah tenggelam dalam menjaga dan menjalankan shalat.<br /><span style="font-style:italic;">Kelima:</span> semoga kita mampu berada di tingkatan ini, yaitu tingakatan yang sempurna. Orang yang mendirikan shalat seperti di atas, akan tetapi hatinya sepenuhnya diletakkan kepada sang Pencipta Allah swt. Karena seakan-akan dia bertemu dengan Allah. Tidak terlintas di hatinya perasaan was-was dan mempersembahkan jiwa dan raganya untuk beribadah kepada Allah Ta’ala.nur salamahhttp://www.blogger.com/profile/01528666921087484487noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3809907291128493571.post-41348984055543508002010-05-02T21:54:00.000-07:002010-05-02T21:55:03.763-07:00PACAR PERTAMA-KU, KEKASIH SEUMUR HIDUP-KUKata temen-temennya, Tyo adalah laki-laki yang selalu ceria dan dia pandai berbicara. Kemampuan mengolah katanya boleh dikatakan mirip dengan reporter radio, pembawa berita atau justru saking sukanya ngomong malah kayak mercon yang suka meledak-ledak saat lebaran tiba, pokoknya sesuai dengan nama depannya, yaitu Heri alias Heboh Sendiri. Selama ada Tyo di situ pasti rame dan bikin semua ketawa terbahak-bahak sampai lupa segalanya, karena selain lucu dari segi fisknya yang gemuk dan imut-imut dia juga pandai sekali bercanda.<br />Setelah lulus SMA Tyo ingin sekali kuliah di UNS, yang kata orang untuk masuk di kampus itu sulit bangets, harus ngalahin banyak bangets saingan yang IQnya pada selangit. Tapi itu semua bukan masalah bagi Tyo yang sok kepedean abiz. Awalnya sih dia ingin sekali masuk di PGSD, ya kalu lulus Cuma jadi guru SD sih. He..he..he. tapi setelah tes tak disangka ternyata Tyo di terima juga di UNS, tapi tidak di PGSD, karena Tyo malahan diterima di FKIP di jurusan yang namanya boleh dibilang paling panjang dan lebai, yaitu Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah dan anak-anak suka menyingkatnya dengan BASTID. Ya Tyo harus terima takdir itu. Di dalam kelas itu, yang menjadi mayoritas adalah kumpulan anak-anak cewek, karena laki-lakinya Cuma 6 orang doang pada saat itu, sungguh menggambarkan adat feminisme yang sangat kental. Jadi boleh dibilang kalu ada cowok masuk jurusan ini pasti orangnya ganteng-ganteng, karena arjuna-arjunanya emang langka. Kata Dewi temen Tyo cowok-cowok di BASTID itu limited edition. Artinya gak ada duanya dan termasuk orang-orang yang antik dan penuh keunikan. <br />Dalam kelas itu, banyak banget cewek-cewek cantik baik yang berjilbab, maupun yang berdandan serba mini dan super ketat atau sering dikatakan yukensi pokoknya tumpah ruah di sini, tapi kebanyakan alim-alim kok, karena lebih banyak yang berjilbab dari pada yang tidak. <br />Pada saat OSMARU ada salah satu cewek yang mampu menarik perhatian dan memalingkan pandangan Tyo. Cewek itu adalah Desi. Desi adalah cewek berjilbab dengan kaca matanya, kulitnya walau kelihatan cuma sedikit tapi bener-bener putih dan halus, dia juga cewek yang bersemangat dan cerdas. Saat masuk pertama kali Tyo duduk di belakang Desi. Tyo terkagum-kagum dengan keanggunan Desi yang kayak putri jawa tulen, belum lagi kalau denger suara Desi yang begitu lembut, tapi jangan salah ternyata Desi galak juga kok. Sebenernya Desi adalah salah satu cewek yang cukup susah untuk dideketin, apalagi sama cowok yang nggak disenengin pasti bawaannya jutek muluk. Suatu hari, saat ujian semester genap berakhir Tyo mencoba mengajak Desi untuk jalan-jalan, ya niatnya cuma bercanda sih. Tapi entah ditanggepin atau ndak Tyo mengajak Desi.<br />“Des gimana kalo abiz ujian gini kita jalan-jalan. Ya kemana kek buat refersing”<br />“boleh juga tu Yo ? tapi aku lagi gak punya uang ni alias lagi bokek” <br />“ya kalo itu mah gak jauh beda dengan aku Des. He..he..he…”<br />“ya kapan-kapan kita atur lagi duweh acaranya, makasih ya…”. “ya sama-sama”<br />Setelah berhari-hari bahkan sampai berbulan-bulan Tyo mencoba mendekati Desi, namun ternyata seolah 1001 jurus maut Tyo untuk menaklukan hati Desi hasilnya nihil, karena Tyo tidak mempunyai kebernian untuk mengutarakan perasaan cintanya kepada Desi. Tyo sama Desi sebenarnya rumayan deket. Tapi kalu dilihat-lihat malah kayak temen tempat curhart gitu, karena setiap ada masalah pasti Desi selalu curhat sama Tyo.<br />***<br /> Tyo dan temen-temen cowoknya yaitu Adit, adhi, Fajar, Anto, Riga dan Feri sehabis kuliah ataupun waktu istirahat seperti biasa mereka duduk-duduk dan tidur-tiduran di masjid sambil ngobrol-ngobrol seru bagets sampai terkadang lupa waktu, maklum lah cowok yang ada cuma itu, jadi kelihatan solit bangets. Bahan yang mereka obrolkan tentu saja tak jauh dari makhluk indah ciptaan Tuhan yang satu itu, yakni cewek-cewek BASTIND. Ya mereka kalau sudah di masjid itu pasti mereka asyik banget ngobrol, kebetulan tempatnya emang bener-bener sejuk dan pokoknya mantap bangets buat ngobrol sambil tidur-tiduran untuk melepas penat sehabis memeras otak saat kuliah. Sambil tiduran tanpa memandang siapapun tiba-tiba Tyo nyeletuk melontarkan pertanyaan buat Fajar yang membuat tubuhnya terdiam, kaku dan tak bergerak, seolah jantungnya sejenak berhenti. <br />“ ngomong-ngomong sekarang lagi deket ama siapa Jar?” <br />Belum sempat menjawab Tyo pun kembali nyeletuk <br />“ sama Rini ya?” trus gimana udah di utarakan belum perasaannya buat mbak Rini tercinta?” he..he..he..<br />Kemudian adit yang ceriwis bangets tiba-tiba ikut-ikutan nyeletuk “iya Yo skarang Fajar udah agak jarang ama kita, dia lebih suka ngejar-ngejar Rini dari pada kumpul-kumpul sama kita” <br />“ ya maklum lah Dit namanya juga lagi jatuh cinta. Dunia hanya milik berdua.”<br />Tak disangka Tyo mengalihkan pembicaraan ke Adhi “Lha kalau kamu gimana Dhi? Adhi yang ndak tau apa-apa sontak seketika diam sejenak menghelak nafas panjang. Adhit lagi-lagi menambahkan dengan gayanya yang kayak anak kecil lagi godain adiknya. “sekarang lagi deket sama siapa ni?” <br />Sambil tersenyum simpul Adhi menjawab “ya ada deh…, rahasia he..he..”<br />“lha kamu sendiri lagi ngedeketin siapa Yo?” tak disangka- sangka tyo ternyata mendapatkan giliran juga. Dengan suara yang gaguk, gagap dan malu-malu akhirnya Tyo pun menjawabnya juga.<br />“ya jujur ni aku lagi nyoba ngedeketin Desi, dia cantik sih, tapi dingin bangets kayak es..”<br />tiba-tiba adhit nyeletuk lagi. “ kalau Kanthi gimana Her?”<br />“lho kok Kanthi sih emang aku kelihatan lagi ngejar-ngejar dia ya?”<br />Karena tersipu malu Tyo pun mencoba mengalihkan pembicaraan dengan seketika. “eh temen-temen kayaknya udah mulai kuliah lagi tu, lagian ni juga udah jam sebelas ni.” Seolah belum puas dengan jawaban Tyo, Adhit terus mengejar dengan berkata “jawab dulu dong Yo, bener apa ndak?” <br />“ya lain kali aja pasti aku ceritain, ayo kita kuliah dulu” dosennya galak lho…”<br />***<br />Kanthi adalah gadis yang berasal dari Kebumen dia manis, namun agak sedikit gemuk. Awalnya Tyo tidak begitu kenal ama cewek ini apalagi sampai suka, cewek ini dikenal Tyo saat Tyo mau mengadakan acara pengakrapan bersama anak-anak bahasa Inggris, kebetulan kating (ketua tingkat) dari bahasa Inggris adalah teman satu kos Kanthi, jadi Tyo berkerjasama dengan Kanthi untuk mengefikskan acara itu. karena sering bersama, Tyo pun lama-lama dan diam-diam jatuh cinta ama Kanthi. Tyo makin hari makin perhatian sama Kanthi. Setiap Kanthi mau pulang kampung Tyo selalu nyempet-nyempetin untuk nelpun Kanthi dengan berbagai alasan yang dibuat-buatnya, ya terkadang cuma sekedar ngucapin semoga slamet sampai tujuan dan lekas ketemu sama bapak dan ibuk, dan bahkan terkadang hanya mengucapkan “hati-hati di jalan ya!”<br />***<br />Suatu ketika saat kumpul-kumpul seperti biasa di masjid, Tyo curhat dan mengutarakan isi hatinya kepada teman-temannya kalau dia sangat mencintai Kanthi dan ingin menjadi pacarnya Kanthi. <br />Seperti biasa Adhit lagi-lagi nyeletuk duluan “bener Yo kamu suka ama Kanthi? Bener gak nyesel?”<br />“emang kenapa Dit aku gak pantes dan gak ada harapan ya?<br />“he..he..he..” Anto temen satu kelompok Kanthi tertawa sambil senyum-senyum melihatku.<br />“emang kenapa Tok, aku gak pantes dan cuma malu-maluin ya?” “enggak Yo, kita pasti dukung kamu kok..” ntar pokoknya tak bantuin dweh”<br /> tapi tetep saja Anto memandangku seolah meremehkanku dan terus menyindirku.<br />Setelah sekian lama Tyo menyembunyikan perasaannya, Tyo akhirnya memutuskan untuk mengutarakan isi hatinya kepada Kanthi walopun cuma lewat sms dan Kanthi sedang berada di Kebumen. Kan Tyo paling gak berani ngutarain isi hatinya di depan cewek. <br />“Thi aku boleh ngomong sesuatu nggak ama kamu?, tapi kamu jangan marah ya!”<br />“ya tentu boleh lah…”<br />“Thi aku sebenere udah lama tertarik dan sayang ama kamu”<br />“sayang yang gimana maksudmu Yo?”<br />“ya aku sayang ama kamu sejak semester II dan aku pengen kamu mau jadi pacarku” seolah tersentak dengan ucapan Tyo lewat sms itu, Kanthi pun sejenak menghentikan smsnya dan seolah berpikir untuk memutuskan urusan Negara yang sangat beribet. Setelah beberapa saat menunggu dengan berharap-harap cemas akhirnya Hp Tyo yang menggunakan nada dering RnB berbunyi pertanda ada sms yang masuk. Tyo pun segera berlari menghampiri HPnya seolah mendapatkan anugerah yang sangat luar biasa. Tapi tak disangka ternyata diluar dugaan…<br />“ tapi maaf yo?”<br />“maaf kenapa Thi?”<br />“sebenere aku juga sayang ama kamu, tapi sebagai temen ndak lebih. Aku suka sama kamu karena kamu pandai banget ngomong di depan orang banyak, aku simpati sama kamu Yo. Tapi aku nggak bisa jadi pacar kamu.” <br />“emang kenapa kamu gak mau jadi pacar aku? Aku gak pantes ya buat kamu?”<br />“ bukan itu Yo, maaf bangets yo aku udah ada yang punya. Jadi aku nggak bisa.”<br />“ ya udah deh, makasih ya udah mau nemenin smsan selama ini, makasih bangets atas jawabannya, tapi kamu masih mau kan temenan sama aku? Dan aku juga masih boleh kan sms kamu?”<br />“ya tentu boleh lah, kamu kan temen aku?” <br /> Sejenak Tyo terdiam, dan tak disangka tetes demi tetes air mata mengalir dari matanya, hatinya memeng hancur, tapi setidaknya itu membuat Tyo agak sedikit lega. Yang jelas Tyo masih penasaran ama cowok yang jadi pacar Kanthi saat itu. <br />***<br />Setelah beberapa hari Tyo menyembunyikan kejadian yang mungkin bagi cowok cukup memalukan itu sendirian, akhirnya setelah beberapa hari berlalu Tyo tidak tahan dan Tyo mencoba mengutarakan semua isi hatinya kepada teman-temannya. Kebetulan sore itu, seperti biasa Tyo dan teman-temannya berkumpul di masjid untuk ngobrol-ngobrol sambil menunggu meredanya terik matahari yang saat itu begitu menyengat kota Solo. Ya setidaknya saat pulang nanti matahari sudah condong ke barat, bersembunyi dibalik gunung, merubah cahaya surya menjadi merona kemerah-merahan meninggalkan siang menuju senja dan berujung pada kegelapan malam. <br />Sore itu suasana sangat santai dan penuh sendau gurau, jauh dari suasana hati Tyo yang begitu memilukan yang menyesak didada. Di tengah suasana yang penuh canda tawa, tiba-tiba rona wajah Tyo berubah seketika, wajahnya menunduk seperti orang kehilangan semangat karena punya penyakit kronis yang tak bisa disembuhkan lagi. Secara cepat Adhit pun mencoba menanyakan keadaan itu kepada Tyo.<br />“ada apa Yo? Kok kayaknya hidupmu berat bangets, seolah dunia mau runtuh aja.”<br />“gak ada apa-apa kok Dhit” Tyo mencoba menyembunyikan.<br />“pasti masalah cewek… nyantai aja sob, ceritain aja pada kita siapa tau kita biasa bantu.”<br />“iya ni Dhit, aku kemaren ngutarain perasaanku ke Kanthi kalau aku sayang bangets sama dia dan ingin jadi pacarnya, ya walau cuma lewat sms sih”<br />“trus jawabannya gioamana Yo?” teman-teman sontak bertanya serentak dengan penuh antusias seperti ledakan bom molotof saat tawuran mahasiswa. <br />“pada sabar dikit napa. Mau tau jawabannya? Jawabannya…. Aku ditolak sama Kanthi, katanya dia udah ada yang punya.” <br />Namun pernyataan dari Tyo itu tidak ditanggapi secara serius oleh salah satu tenmannya. Bukannya ikut sedih tapi Anto temen satu kelompok Kanthi dan juga temen curhat Tyo malah senyum-senyum seolah ingin meledek dan ngajak bercanda di tengah kegentingan itu. Kelihatan sekali ada sesuatu yang Anto sembunyikan. Tyo pun ingin mencari tahu apa yang Anto sembunyiin selama ini. <br />“emang ada apa sih Tok? Kok kamu malah senyum-senyum gitu, emang kisahku kurang memilukan ya?”<br />Teman-teman Tyo tiba-tiba diam menunduk sesaat seolah merenungkan sesuatu, namun tak disangka setelah beberapa saat mereka serentak mengangkat wajahnya dan tertawa terbahak-bahak sambil berkata “kasihan bangets sih kamu Yo. Kanthi Itu udah punya pacar lagi.” “O ternyata kalian udah pada tahu ya kalo kanthi itu sudah punya pacar, kok kalian diem aja sih? Kalian pengen aku dipermaluiin ya? Puas kalian, kalian kok tega bangets ama temen sendiri.” Tyo marah-marah dan agak sedikit emosi.<br />Anto dengan gaya bicaranya yang berbelit-belit mencoba menjelaskannya <br />“Bukannya gitu Yo, kirain kamu juga udah tahu siapa pacarnya Kanthi.” <br />“emang pacarnya siapa sih?” bikin penasaran aja.” Tyo bertanya dengan menggebu-gebu.<br />“tu kan kamu nggak up date, pacarnya Kanthi itu kakak tingkat kita, itu lho yang pakai kaca mata dan super jenius, siapa lagi kalau bukan mas Arif”<br />“Ha… mas Arif, kalau dia yang jadi sainganku, udah aku nyerah aja deh, bakalan berat kalo aku harus saingan sama profesor.” <br />“Pantesan tiap kali aku bahas cewek yang satu itu kalian pada senyum-senyum yang bikin aku bertanya-tanya penasaran.”<br />Karena mungkin Tyo malu dia pun segera beranjak dari tempat di mana dia duduk. “ ya udah deh, yuk kita pulang, lagian juga sudah sore ni, aku pamit dulu aja ya… Asalamu’alaikum.” Tyo pun segera pulang dengan seribu Tanya “kok bias mas Arif… dan juga kenapa harus mas Arif… kenapa… dan kenapa…<br />***<br />Semenjak kejadian itu, kini Tyo tidak begitu lagi memperhatikan masalah cewek, apalagi sampai ngejar-ngejar cewek, seolah dia sudah jenuh dengan masalah cewek yang begitu ribet dan kadang bikin sakit hati. Kini dia kembali fokus terhadap kuliahnya. Apalagi bapaknya pernah menjajikan apabila dua semester berturut-turut Tyo berhasil mendapatkan IP (indek prestasi) yang terbaik Tyo akan dihadiahi sepeda motor VIXION baru yang sudah lama dia impikan. Meskipun target itu cukup berat atau bahkan mustahil, namun Tyo adalah sosok yang tak semudah itu menyerah. Kata Hany temen satu kelompoknya Tyo adalah sosok yang sangat perfeksionis. Itu artinya setiap ngerjain sesuatu, termasuk tugas kuliah Tyo selalu ingin lebih baik dan sempurna dibanding teman-temannya.<br />Namun di akhir semester Tyo dan teman satu kelompoknya mengalami masalah dengan tugas yang dihadapi. Tugas itu adalah membuat rekaman dengan berbagai logat bahasa daerah. Yang menjadi masalah adalah dalam kelompok itu semuanya adalah anak sekitar Solo. Jadi bahasa mereka sama. padahal dalam pembuatan tugas tersebut setiap anak dituntut untuk tidak hanya hafal kata-katanya saja namun juga harus bisa dan mahir dalam pengucapannya. <br />Di tengah kebuntuan itu mereka sering bertengkar dalam setiap latihan, karena mereka mempunyai pandangan yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Apalagi saat itu ada beberapa anak yang tidak rutin mengikuti latihan dengan berbagai alasan. Jadi tak heran kalau suasana kelompok jadi lebih horor dan menegangkan. Untung saja dalam suasana yang genting itu mereka sepakat untuk meminta salah satu dari teman untuk membantu. Haning pun mengusulkan Yanti yang kebetulan anak Tegal dan rumayan dekat dengannya. Tidak membuang-buang waktu mereka pun segera menemui Yanti dan mengajaknya dengan agak sedikit memaksa. Awalnya Yanti hanya bisa membantu mencari kata-kata yang bisa dimasukkan dalam dialog naskah rekaman saja, misalnya kata godong bodin yang artinya daun singkong, kata godong tropong yang artinya daun bawang, dan sebagainya. Namun karena mereka bukan anak asli Tegal, meskipun mereka latihan berkali-kali tetap saja logat mereka tetep logat Solo dan belepotan menirukan logat asli Tegal. <br />Hari rekaman pun akhirnya tiba, namun tetap saja persiapan mereka belum matang, dan masih banyak kendala. Pagi itu mereka berkumpul di lobi Gedung E FKIP UNS. Di situ mereka sibuk latihan dan mempersiapkan naskah dialog. Tapi ternyata naskah baru yang sudah mereka rapikan belum di print dan masih tersimpan dalam disket. Mereka segera mencoba geprint naskah itu di rental komputer, tapi ternyata disket itu eroor dan tidak bisa digunakan lagi. Mereka pun panik dan tidak ada jalan lain selain pulang lagi untuk mengambil soft file yang baru. Dalam situasi tersebut, karena terlalu lama menunggu beberapa anggota kelompok mereka pun tidak sabar menunggu dan memutuskan untuk pulang. Tinggal Tyo yang masih menunggu sendirian di lobi Gedung E. <br />Setelah beberapa jam Tyo menunggu, akhirnya Haning dan Ragil yang saat itu mengambil naskah dari rumah pun datang. Tapi karena Haning melihat ada beberapa anggota kelompok yang pulang, Haning yang mempunyai watak temperamental pun sontak marah-marah kepada Tyo. Haning memarahi Tyo karena Tyo mengijinkan anggota kelompoknya pulang sebelum Haning dan Ragil sampai. Tyo hanya bisa diam mendengar omelan Haning sambil sesekali memberikan sedikit argument agar kemarahan Haning sedikit mereda. Mereka kini hanya tinggal ber tiga. Namun karena tugas itu harus dikumpulkan besuk maka mau tidak mau tugas itu harus selesai. Akhirnya mereka pun memutuskan untuk minta bantuan kepada Fery dan Yanti yang kebetulan bersedia untuk membantu.<br />***<br />Ada yang aneh dengan Tyo semenjak kejadian itu. Karena tak disangka semenjak kejadian itu diam-diam Tyo memendam rasa kepada Yanti. Rasa itu muncul karena Tyo simpati dan kasihan kepada Yanti yang harus berjalan setiap pagi dengan jarak yang rumayan jauh dari kos ke kampus. Tyo pun simpati dengan Yanti karena di mata Tyo, Yanti adalah sosok wanita yang sangat tegar, namun pemalu dan cenderung menutup diri. Dalam kegiatan sehari-hari Yanti lebih sering menghabiskan waktu sendirian di perpus untuk membaca buku dibanding ngobrol-ngobrol dengan temannya. Bahkan Yanti seperti nggak punya teman dan dianggap aneh oleh teman-temannya. Namun yang jelas saat itu Yanti sangat berjasa menyelamatkan kelompok Tyo dan rela meluangkan waktu seharian untuk membantu rekaman. <br />Semenjak Tyo pertama kali mengantar Yanti sampai di depan kos, rasanya ada yang beda, Tyo berangan-angan “seandainya aku bisa mengantarnya masuk kuliah tiap pagi…, seandainya aku bisa mengantarkannya pulang setiap hari…, seandainya aku bisa jadi pacarnya… pokoknya seandainya dan seandainya yang ada di benak Tyo saat itu. Tyo merasa kasihan kepada Yanti. Tapi kan Yanti kata Hany udah punya pacar di Tegal sana, kayaknya nggak ada harapan bagi Tyo. Tapi Tyo pantang menyerah. “ya tapi kan minimal bisa jadi temen deketnya, biar bisa bantu kalau dia kesulitan atau sekedar ngehibur dia dengan lelucon yang gombal dan menggelitik disaat dia sedih.”<br />Meskipun agak aneh tapi Tyo cukup tertarik dan antusias menjalin hubungan dengan Yanti. Itupun cuma sekedar jadi temen dan hanya lewat sms. Namun walo cuma lewat sms terkadang tak jarang Tyo memberikan sms mesra untuk merayu Yanti. Entah karena takdir atau apa, hubungan mereka berdua seolah direstui oleh Tuhan, karena pada awal semester tiga tak disangka dan tak diduga Hany dan Yanti ikut ke dalam kelompok Tyo sebagai anggota baru setelah salah satu anggota kelompok mengundurkan diri dari perkuliahan. <br />Mereka pun semakin dekat, walau setiap ketemu mereka jarang ngobrol dan masih malu-malu, namun hal itu tidak berlaku dalam setiap kata dalam smsnya, karena dalam sms mereka seolah sudah sangat akrab dan cukup mesra. Tapi agaknya sms Tyo yang semakin intens mulai mengganggu hubungan antara Yanti dengan pacarnya, sampai pada suatu hari sms Tyo dibaca oleh pacar Yanti dan Yanti pun dimarahi pacarnya dan disuruh menghentikan hubungannya dengan Tyo. <br />Tyo lantas segera menyadari kesalahannya yang sudah mengganggu pacar orang lain. Semenjak itu, sudah seminggu lebih Tyo tidak lagi smsan dengan Yanti begitu pun juga sebaliknya. Namun karena Tyo sudah terlanjur jatuh cinta kepada Yanti akhirnya Tyo tidak tahan dan kembali memberanikan diri untuk memulai lagi smsan dengan Yanti. Tapi entah kebetulan atau entah apa Yanti malah menangis sambil memberi kabar kalau dia sudah putus dengan pacarnya. Sebenarnya walau itu yang Tyo harapkan, namun Tyo tidak lantas senang. Tyo juga merasa bersalah, karena seolah Tyo yang menjadi dalang putusnya hubungan Yanti dengan pacarnya. Namun kata Yanti Tyo tidak ada hubungannya dengan putusnya hubungan itu. <br />Melihat kondisi itu, Tyo mencoba menghibur dan menenangkan hati Yanti yang sedang gundah, Tyo hanya bisa menemani Yanti lewat sms dan sesekali mengajaknya bercanda saat berkumpul satu kelompok atau saat sedang mengerjakan tugas bersama. Ada tugas klompok yang menjadi kenangan yang tak terlupakan antara Tyo dan Yanti. Pada saat pembuatan tugas akhir semester mereka berduet menyanyikan lagu yang mereka beri judul “HILANG” yang diaransemen langsung oleh Yanti dari lagunya Aca Irwansyah. Berhari-hari mereka latihan bersama di rumah Ragil dengan diiringi melodi gitar oleh saudara-saudara Ragil. <br />Kebetulan setiap kali pulang latihan dari rumah Ragil, Yanti selalu mau diboncengin Tyo untuk pulang ke kos dengan sepeda motor TANDER hitam kepunyaan Tyo saat itu. Sembari menyetir melewati hamparan persawahan menjelang senja, dengan sangat pelan-pelan dan berharap supaya tidak cepat melepaskan moment itu, Tyo banyak ngobrol dengan Yanti yang membut mereka semakin dekat dan akrab.<br />Tidak selang beberapa lama Tyo pun akhirnya memberanikan diri untuk mengutarakan perasaannya kepada Yanti kalau selama ini sesungguhnya dia kagum dan sayang bangets kepada Yanti serta ingin jadi pacar Yanti. Yanti tidak semudah itu menerima Tyo untuk jadi pacarnya. Namun berkat kegigihan Tyo, akhirnya Tyo diterima menjadi pacar Yanti setelah Tyo memberanikan diri untuk mengutarakan secara langsung mengenai isi hatinya kepada Yanti. Kenangan yang tak terlupakan itu bertempat di kos melati sekitar bulan Oktober 2008 dengan bayang-bayang resiko ditolak untuk kesekian kalinya. Akhirnya dalam seumur hidupnya baru pertama kali Tyo mendapatkan pacar. Sejak hari itu Tyo pun berjanji akan setia dan sayang sama Yanti sampai dirinya meregang nyawa menghembuskan nafas terakhir.<br />***nur salamahhttp://www.blogger.com/profile/01528666921087484487noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3809907291128493571.post-75153997499891913202010-05-02T21:52:00.001-07:002010-05-02T21:52:52.253-07:003 WANITAKUMenikah… Itulah kata yang selalu terngiang-ngiang dalam ingatanku. Lima tahun yang lalu aku pernah merasakannya, tapi sekarang aku sudah lupa. Untungnya aku masih ingat wajah istriku yang telah mendahuluiku bertemu dengan Sang Pencipta. Sebulan terakhir ini aku sedang dekat dengan wanita yang wajah dan bentuk tubuhnya belum kulihat. Jika kau tidak gaptek tentulah tahu dunia maya. Media komunikasi manusia berbagai penjuru dunia dari kota yang megah dan dusun terpencilpun bisa terjamah. Namanya Tanti. Dia mengaku tinggal di Bogor, kota yang selalu menjadi kambing hitam ketika banjir melanda Jakarta. Sedangkan aku tinggal di daerah Pantura kota Bahari.<br />Aku tinggal tidak sendiri, sikembar selalu menghiburku ketika aku dalam kesepian. Tawanya yang menggemaskan serta lincah membuat aku masih betah menduda selama empat tahun. Yana dan Yani anakku, mereka tumbuh tanpa pernah merasakan ASI dari ibunya.<br />***<br /><br />Hesti tersenyum manis menyambutku setiap kali aku pulang kerja. Aku bahagia dan merasa sangat beruntung menjadi lelaki yang bisa menikahi wanita yang konon masih ada keturunan dengan priyayi dari keraton Solo. Aku tidak begitu menghiraukan silsilah istriku karna aku tak mau ambil pusing. Yang ku tahu hanyalah aku mencintainya dan aku ingin menikah dengannya. Ternyata pilihanku tepat. Baru satu bulan kami menikah Tuhan telah menitipkan janin di perut istriku. Aku senang bukan kepalang. Keluargaku menyambutnya dengan penuh sukacita. Malam ini aku mengajak Ayah, Ibu, Mas Rohman, dan kedua adikku Toni dan Ridho serta orang yang paling penting Hesti ¬¬¬¬--- istriku yang sebentar lagi akan menjadi seorang ibu --- pergi ke sebuah Restoran Sea Food dekat dengan pantai tempat aku dan Hesti dulu dan sampai sekarang sering memadu kasih.<br />Malam ini aku ingin memberikan yang terbaik untuk calon ibu dari anakku. Telah kusiapkan segala sesuatu dari yang biasa sampai yang luar biasa. Intinya aku ingin memuaskan dan membahagiakan dia sampai ke puncak orgasme yang paling nikmat. Aku terinspirasi ide ini dari sebuah acara televisi yang menayangkan beberapa cara membahagiakan istri saat di ranjang. Sebelum memulai semuanya aku ingin dimulai dari sebuah adegan dimana saat dulu tujuh tahun yang lalu aku memintanya untuk bersedia menjadi pacarku. Aku melangkah mendekati istriku yang sedang menyisir rambutnya yang terurai panjang, harum, dan lembut. Sesungguhnya aku sudah tidak tahan untuk segera memulainya, hanya dari mencium wangi rambutnya aku sudah bisa menikmati wangi bagian tubuh yang lain dan secara cepat membangunkan bagian tubuhku.<br />“Hesti” aku memanggil istriku. Dia menoleh sambil penuh tanya, karna setelah kita resmi berpacaran aku membiasakan diri untuk memanggilnya dengan sebutan ayank dan sampai kita menikah.<br />“apa mas?” kembali kulihat keningnya mengernyit.<br />“ga papa kok, aku cuma mau ngasih ini buat kamu” kuberikan sekotak coklat. Aku tahu Hesti suka coklat dari temanku Rini dan saat itu saat ku akan menembaknya, aku membongkar celengan ayam jagoku untuk membelikan coklat seharga enam ribu perak. Untungnya tabungan yang baru kuisi lima belas hari itu sudah mencapai dua belas ribu tujuh ratus rupiah. Jadi aku bisa membeli dua buah coklat, satu untuk Hesti dan satunya lagi untuk kedua adikku Toni dan Ridho.<br />“lho ini kan udah malem, aku juga udah gosok gigi, kenapa dikasih coklat?” agaknya Hesti belum menyadari. Sambil tersenyum dia menerima coklat itu. Kaki kiriku sedikit kutarik ke belakang dan aku berjongkok posisinya seperti pangeran mengajak sang putri menari. Tangan kanan istriku yang jemarinya begitu lembut kupegang dengan penuh hati-hati takut sampai tergores dengan tanganku yang kasar ini. “Hes,,, kamu suka coklat kan?” istriku mengangguk. Persis seperti saat aku dulu menyatakan cintaku. “kalo sama aku, Andi yang berkulit coklat ini, apa kamu juga menyukainya?” tepat seperti yang kukira, Hesti telah menyadarinya bahwa aku mengulang adegan yang tak pernah bisa kami lupakan. Hesti merengkuh tanganku dan mengajakku berdiri. Tersenyum dan memelukku. Dan yang terjadi di kamar indah ini adalah hal-hal yang indah pula.<br />***<br /><br />Aku tidak tahu kemana aku harus pergi membeli infus dan obat-obatan sesuai dengan resep yang diberikan dokter. Karna sekarang adalah pukul sepuluh malam. Semua apotek pasti sudah tutup. Tapi aku tidak menyerah begitu saja. Aku langsung menelpon teman sepermainanku Ezi. Kutanya dimana aku bisa menebus resep dokter, sedang tidak ada apotek yang masih buka. Ezi seorang apoteker yang bekerja di sebuah apotek tapi sayang jaraknya lumayan jauh dari rumah sakit tempat istriku bersalin. Ezi bersedia membantu mengantarkan aku ke apotek tempatnya bekerja. Malam ini juga aku harus ke Brebes untuk memperoleh obat-obat yang sangat sedang dibutuhkan istriku. Aku harus menempuh jarak kira-kira empat sampai lima puluh kilo meter dengan mengendari sepeda motor. Ezi mengemudi dan aku membonceng di belakang. Bukan karna aku tidak bisa mengendarai sepeda motor melainkan aku kalut dengan keadaan ini. Aku tidak siap. Tiba-tiba saja dokter yang membantu persalinan istriku mengatakan bahwa kondisi istriku kurang baik untuk melahirkan, lemah dan dapat membahayakan sang ibu. Dokter menyarankan untuk operasi cesar agar istriku bisa beristirahat saat dibius. Tapi istriku tetap ngeyel, dia ingin anak pertamanya dilahirkan dengan normal tanpa ada operasi. Kalo sudah yang namanya ingin, Hesti tidak bisa diubah lagi, sepintas kulihat istriku baik-baik saja dan nampak bahagia menunggu kelahiran si mungil. Istriku meyakinkan aku bahwa dia baik-baik saja, dia ingin merasakan perjuangan seorang ibu yang bertaruh nyawa untuk melahirkan seorang anak. Karna ibunya selalu menceritakan pengorbanan dan perjuangannya saat melahirkan anaknya Hesti yang kini menjadi istriku. Ia bersikeras agar kelak ia bisa menceritakan pada anaknya tentang rasanya melahirkan dan perjuangannya mengeluarkan seorang bayi. Aku tidak bisa memaksa dan dokterpun akhirnya manut dengan permintaan istriku.<br />***<br /><br />Belum selesai teriakanku yang sangat bahagia melihat putriku lahir ternyata istriku belum selesai perjuangannya, ia masih harus mangeluarkan sisa-sisa tenaganya untuk melahirkan satu lagi bayi yang ada dalam perjalanan mencari pintu keluar. Dan lagi-lagi anugrah itu lahir ke dunia. Aku dikaruniai dua putri kembar yang cantik dan manis. Rasanya aku ingin segera menggendong kedua putriku di pangkuanku dan mengantarkan mereka untuk disusui ibunya. Ketika kupanggil mesra, istriku tetap tidak bergerak, dia tertidur pulas karna begitu lelah. Tapi ada rasa yang mengganjal dalam hatiku. Aku saat ini bahagia mendapatkan dua putri seperti yang didamba-dambakan keluargaku tapi hatiku gelisah. Sekali lagi kupanggil Hesti dengan kecupan yang paling lembut dan belaian di pipinya, tetap saja istriku tidak bergeming. Dadaku sesak. Aku takut istriku pergi. Segera kupanggil dokter dan beberapa suster serta keluarga yang sedang berebut ingin menggendong kembar di luar kamar inap. Semua ingin ikut masuk. Ingin mengetahui yang terjadi. Dalam hati tak henti-hentinya kupanjatkan doa dan harapan serta ampunan yang pernah kulakukan pada siapapun aku berharap istriku baik-baik saja.<br />Dokter keluar dengan sedikit senyum yang menurutku dipaksakan.<br />“istri bapak baik-baik saja” alhamdulilah………...tapi,<br />“hanya saja istri bapak mengalami dehidrasi yang hebat, istri bapak butuh banyak cairan dan beberapa obat-obatan yang di rumah sakit ini tidak tersedia, jadi bapak harus menebusnya di apotek luar.” Lututku lemas, hampir saja aku terjatuh tapi aku masih bisa menguasai diri.<br />“jam segini apa masih ada apotek yang buka dok?” dokter hanya menyerahkan selembar kertas berisi tulisan yang tidak bisa terbaca, apa semua dokter harus seperti ini tulisannya? Pikirku sejenak mengamati secarik kertas ini.<br />***<br /><br />Orang-orang sudah pulang dan tinggal aku sendiri duduk di depan makam istriku Hesti, kekasihku yang paling aku cintai. Selama proses upacara pemakaman aku tidak hentinya bertanya dalam hati, setelah kamu pergi siapa yang akan membangunkan aku sholat tahajud? Siapa yang akan membangunkan bagian tubuhku yang kau bilang lucu? Siapa yang akan menyusui kembar? Siapa yang akan tersenyum manis menyambutku saat pulang kerja? Siapa yang…, siapa yang…, aku tidak tahan dengan bendungan air mata yang sudah tidak sabar keluar muncrat dan mengalir sampai aku lelah. <br />***<br /><br />Aku berharap aku tidak terlambat memberikan obat yang kubeli sampai menempuh jarak lima puluh kilo meter dari Tegal kota tempatku tinggal sekarang. Dan betul saja istriku masih terbaring tapi sudah siuman dari pingsannya karna suster memberikan suntikan yang ku tak tahu kandungannya. Segera kucium pipinya yang halus dan kurengkuh tubuhnya yang tak bertenaga itu. Aku begitu takut kehilangan istriku yang paling kucintai ini. Setelah kondisi istriku membaik dokter mengijinkan besok istriku bisa pulang.<br />Aku begitu lelah dan kini kuterbangun dari tidurku yang lelap disamping istriku. Kami bersiap-siap untuk pulang ke rumah. Si kembar telah dimandikan dan harum telon membuat aku ingin menciumi anak-anakku tapi ibuku melarang karna aku belum mandi. Istriku tersenyum melihat kelakuanku yang seperti anak kecil karna senang mendapatkan adik baru. Belum sempat aku beranjak ke kamar mandi tiba-tiba istriku terbatuk-batuk, aku pikir karna dia tadi tertawa geli melihat tingkahku, bukan tertawa. Istriku batuk-batuk dalam waktu yang relatif lama tidak seperti batuk biasanya. Dan keluarlah darah dari mulutnya, dia memegangi dadanya, kulihat dia susah bernafas. Aku panggil siapa saja untuk menolong Hesti. Tangannya memegangiku dan berbisik “mas aku sayang kamu, jaga anak kita. Maaf tugasku telah usai. Jaga diri mas baik-baik.” Kupegangi tangan istriku yang mulai dingin. Lidahku kelu dan aku tak mampu harus berbuat apa. Kelopak matanya yang indah perlahan menutup. Sekali lagi aku berusaha memanggil siapa saja untuk menolong istriku. Tapi takdir tidak menolongnya.<br />***<br /><br />Tanti mengajakku menikah. Buatku ini terlalu cepat, karna kami memang belum sempat ngopi darat. Kami memang sudah berkirim foto lewat email. Agaknya Tanti gadis baik dan dari keluarga baik-baik. Dia sering mengirimkan paket untuk Yana dan Yani, kadang baju, sepeda mini untuk balita, tas punggung, dan masih banyak lagi. Aku tidak menyangka dia akan melanjutkan pertemanan kami sampai hubungan serius. Sebenarnya aku hanya iseng saja, untuk mengisi kesepianku karna sudah empat bulan aku ditinggal kekasihku Sari. Aku kenal Sari saat kembar baru berumur tiga bulan. Sari masih duduk di bangku SMA kelas 2. Cantik, pintar, dan baik. Sari tidak seperti gadis seusianya yang manja dan sering merengek minta dibelikan ice cream atau dibelanjakan baju model terbaru di Mall. Sudah dua tahun aku mengenalnya dan aku menaruh hati padanya. Sayang dia masih seumur jagung masih bau kencur, aku harus menunggu gadis berkulit sawo matang itu lulus dari kuliah itu yang menjadi cita-citanya menikah setelah kerja biar bisa bantu mama. Sari memang gadis penurut tapi dia cerdas dan kritis dengan berbagai hal yang menurutnya ganjil. Tapi sekarang setelah aku berpacaran dengannya selama satu tahun dia meninggalkanku. Itu karna ulahku sendiri. Aku tidak bisa menahan hasrat yang terpendam bertahun-tahun setelah istriku meninggal. Aku ingin menjamah gadis lugu itu. Sari begitu ketakutan saat ku keluarkan bagian tubuhku yang menurut istriku lucu, tapi bagi Sari sangat menakutkan. Dia menjerit dan menamparku keras! Hampir saja aku terjungkal karna Sari pernah mengikuti Pencak Silat.<br />Aku menyesal jika mengingat apa yang pernah kulakukan pada gadis lugu itu. Meskipun, usianya masih belia, tapi dia begitu lembut dan mampu memberikan perhatian seperti yang pernah istriku dulu berikan. Ketika aku disampingnya aku merasa istriku masih hidup dan jiwanya masuk ke dalam raga Sari. Senyum manisnya selalu mengingatkanku pada Hesti. Namun, sekarang Sari begitu membenciku, air mataku mengalirpun dia tidak memperdulikanku dan mungkin Sari tak akan pernah bisa memaafkanku.<br />***<br /><br />Persiapan pernikahan hampir selesai dan aku begitu santai tidak seperti dulu saat pertama kali aku akan menikah dengan Hesti. Aku tidak sebahagia dulu dan setiap malam aku merindukan Sari. Aku ingin sebelum ku melepas masa dudaku, aku bertemu dengan Sari, paling tidak ingin mengucapkan rasa sesalku dan aku ingin dia tahu bahwa aku masih sangat mencintanya. Jujur saja aku tidak begitu menyukai Tanti. Dia memang lebih dari aku. Usianya lebih tua dan secara materi dia lebih unggul. Harusnya aku merasa beruntung tapi sayang sekali ada yang membuat aku begitu merindukan Sari. Sari begitu mirip dengan Hesti dan Tanti tidak lebih cantik dari Sari.<br />Glosarium<br />Gaptek = gagap teknologi<br />Sea Food = makanan dari jenis ikan laut<br />Cesar = operasi melahirkan<br />Ngeyel = keras kepala<br />Manut = ikut<br />Ngopi darat = bertemu langsungnur salamahhttp://www.blogger.com/profile/01528666921087484487noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3809907291128493571.post-89787840680182945372010-05-02T21:47:00.000-07:002010-05-02T21:48:50.987-07:00Madrasah CintaApa yang paling dinanti seorang wanita yang baru saja menikah? Sudah<br />pasti jawabannya adalah kehamilan. Seberapa jauh pun jalan yang harus<br />ditempuh, seberat apa pun langkah yang mesti diayun, seberapa lama<br />pun waktu yang kan dijalani, tak kenal menyerah demi mendapatkan satu<br />kepastian dari seorang bidan; “positif”.<br />Meski berat, tak ada yang membuatnya mampu bertahan hidup kecuali<br />benih dalam kandungannya. Menangis, tertawa, sedih dan bahagia tak<br />berbeda baginya, karena ia lebih mementingkan apa yang dirasa si<br />kecil di perutnya. Seringkali ia bertanya; menangiskah ia? Tertawakah<br />ia? Sedih atau bahagiakah ia di dalam sana? Bahkan ketika waktunya<br />tiba, tak ada yang mampu menandingi cinta yang pernah diberikannya,<br />ketika mati pun akan dipertaruhkannya asalkan generasi penerusnya itu<br />bisa terlahir ke dunia. Rasa sakit pun sirna sekejap mendengar<br />tangisan pertama si buah hati, tak peduli darah dan keringat yang<br />terus bercucuran. Detik itu, sebuah episode cinta baru saja berputar.<br />Tak ada yang lebih membanggakan untuk diperbincangkan selain anak-<br />anak. Tak satu pun tema yang paling menarik untuk didiskusikan<br />bersama rekan sekerja, teman sejawat, kerabat maupun keluarga,<br />kecuali anak-anak. Si kecil baru saja berucap “Ma…”, segera ia<br />mengangkat telepon untuk mengabarkan ke semua yang ada didaftar<br />telepon. Saat baru pertama berdiri, ia pun berteriak histeris, antara<br />haru, bangga dan sedikit takut si kecil terjatuh dan luka. Hari<br />pertama sekolah adalah saat pertama kali matanya menyaksikan langkah<br />awal kesuksesannya. Meskipun disaat yang sama, pikirannya terus<br />menerawang dan bibirnya tak lepas berdoa, berharap sang suami tak<br />terhenti rezekinya. Agar langkah kaki kecil itu pun tak terhenti di<br />tengah jalan.<br />“Demi anak”, “Untuk anak”, menjadi alasan utama ketika ia berada di<br />pasar berbelanja keperluan si kecil. Saat ia berada di pesta seorang<br />kerabat atau keluarga dan membungkus beberapa potong makanan dalam<br />tissue. Ia selalu mengingat anaknya dalam setiap suapan nasinya,<br />setiap gigitan kuenya, setiap kali hendak berbelanja baju untuknya.<br />Tak jarang, ia urung membeli baju untuknya dan berganti mengambil<br />baju untuk anak. Padahal, baru kemarin sore ia membeli baju si kecil.<br />Meski pun, terkadang ia harus berhutang. Lagi-lagi atas satu alasan,<br />demi anak.<br />Disaat pusing pikirannya mengatur keuangan yang serba terbatas,<br />periksalah catatannya. Di kertas kecil itu tertulis: 1. Uang sekolah<br />anak, 2. Beli susu anak …, nomor urut selanjutnya baru kebutuhan yang<br />lain. Tapi jelas di situ, kebutuhan anak senantiasa menjadi<br />prioritasnya. Bahkan, tak ada beras di rumah pun tak mengapa, asalkan<br />susu si kecil tetap terbeli. Takkan dibiarkan si kecil menangis, apa<br />pun akan dilakukan agar senyum dan tawa riangnya tetap terdengar.<br />Ia menjadi guru yang tak pernah digaji, menjadi pembantu yang tak<br />pernah dibayar, menjadi pelayan yang sering terlupa dihargai, dan<br />menjadi babby sitter yang paling setia. Sesekali ia menjelma menjadi<br />puteri salju yang bernyanyi merdu menunggu suntingan sang pangeran.<br />Keesokannya ia rela menjadi kuda yang meringkik, berlari mengejar dan<br />menghalau musuh agar tak mengganggu. Atau ketika ia dengan lihainya<br />menjadi seekor kelinci yang melompat-lompat mengelilingi kebun,<br />mencari wortel untuk makan sehari-hari. Hanya tawa dan jerit lucu<br />yang ingin didengarnya dari kisah-kisah yang tak pernah absen<br />didongengkannya. Kantuk dan lelah tak lagi dihiraukan, walau harus<br />menyamarkan suara menguapnya dengan auman harimau. Atau berpura-pura<br />si nenek sihir terjatuh dan mati sekadar untuk bisa memejamkan mata<br />barang sedetik. Namun, si kecil belum juga terpejam dan memintanya<br />menceritakan dongeng ke sekian. Dalam kantuknya, ia terus pun<br />mendongeng.<br />Tak ada yang dilakukannya di setiap pagi sebelum menyiapkan sarapan<br />anak-anak yang akan berangkat ke kampus. Tak satu pun yang paling<br />ditunggu kepulangannya selain suami dan anak-anak tercinta. Serta<br />merta kalimat, “sudah makan belum?”, tak lupa terlontar saat baru saja<br />memasuki rumah. Tak peduli meski si kecil yang dulu kerap ia timang<br />dalam dekapannya itu sudah menjadi orang dewasa yang bisa membeli<br />makan siangnya sendiri di kampus.<br />Hari ketika si anak yang telah dewasa itu mampu mengambil keputusan<br />terpenting dalam hidupnya, untuk menentukan jalan hidup bersama<br />pasangannya, siapa yang paling menangis? Siapa yang lebih dulu<br />menitikkan air mata? Lihatlah sudut matanya, telah menjadi samudera<br />air mata dalam sekejap. Langkah beratnya ikhlas mengantar buah<br />hatinya ke kursi pelaminan. ia menangis melihat anaknya tersenyum<br />bahagia dibalut gaun pengantin. Di saat itu, ia pun sadar buah hati<br />yang bertahun-tahun menjadi kubangan curahan cintanya itu tak lagi<br />hanya miliknya. Ada satu hati lagi yang tertambat, yang dalam<br />harapnya ia berlirih, “Masihkah kau anakku?”<br />Saat senja tiba. Ketika keriput di tangan dan wajah mulai berbicara<br />tentang usianya. Ia pun sadar, bahwa sebentar lagi masanya kan<br />berakhir. Hanya satu pinta yang sering terucap dari bibirnya, “bila<br />Ibu meninggal, Ibu ingin anak-anak Ibu yang memandikan. Ibu ingin<br />dimandikan sambil dipangku kalian”. Tak hanya itu, imam shalat<br />jenazah pun ia meminta dari salah satu anaknya. “Agar tak percuma Ibu<br />mendidik kalian menjadi anak yang shalih sejak kecil,” ujarnya.<br />Duh Ibu, semoga saya bisa menjawab pintamu itu kelak. Bagaimana<br />mungkin saya tak ingin memenuhi pinta itu? Sejak saya kecil Ibu telah<br />mengajarkan arti cinta sebenarnya. Ibulah madrasah cinta saya,<br />sekolah yang hanya punya satu mata pelajaran: Cinta. Sekolah yang<br />hanya punya satu guru: Pecinta. Sekolah yang semua murid-muridnya<br />diberi satu nama: Yang Dicinta.nur salamahhttp://www.blogger.com/profile/01528666921087484487noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3809907291128493571.post-3144046480897074902010-05-02T21:45:00.000-07:002010-05-02T21:47:25.934-07:00PINKAris, dialah lelaki itu yang sering Wiwi ceritakan kepada Anita. Menurutnya lelaki itu sangat baik dan rupawan. Anita tidak suka dengan senyumnya karena baginya senyum itu tidak tulus hanya semata untuk menggaet wanita bodoh yang mudah termakan bujuk rayu seorang lelaki. Wiwi malah tambah kagum dengan sosok Aris yang baginya adalah lelaki yang paling sempurna, tidak jarang dia tersenyum-senyum sendiri, entah apa yang sedang dia pikirkan. Tapi Wiwi adalah teman yang baik untuk Anita. Wanita penyuka warna biru itu sungguh baik dan ringan tangan dalam menolong sesama termasuk teman sebangkunya Anita. Sebaliknya, Anita sangat menyukai warna merah muda yang banyak orang menyebutnya warna pink, warna cewe banget, warna cengeng, dan apalah yang bagi sebagian orang warna pink itu tidak berkarakter. Lain halnya dengan biru, yang penuh semangat, tegas tapi tetap lembut.<br />Aris lagi-lagi sengaja menampakkan senyumnya yang menurutnya adalah jurus terjitu untuk menarik lawan jenis. Wiwi memang tidak salah, dia punya mata yang masih normal, wanita lain pun akan ke-ge er-an jika selalu diperhatikan lelaki ganteng seperti Aris dengan lesung pipit di sebelah kanan saat dia tersenyum.<br />Agaknya makna yang terkandung dalam warna kesukaannya mulai meluber, kini Wiwi jadi cenderung melankolis, romantic, tapi tetap egonya masih saja tinggi.<br />Dengan beratnya yang hanya 30 kg jauh dari berat normal wanita usia kelas 1 SMA, Anita tetap pede dan dia juga tidak minder dengan tubuh cacatnya yang tangan, kaki, dan badannya tidak seperti teman yang lain. Yang setiap jam pelajaran olahraga dia hanya bisa duduk dan melihat dari jendela, jangankan untuk pemanasan yang sekedar lari-lari kecil memutari lapangan basket, untuk jalan pun dia kesusahan, makanya dia memilih kelas yang di lantai bawah karena jika di lantai 2 dia akan sangat merepotkan orang tuanya dan temannya termasuk Wiwi teman sebangkunya, karena hanya Wiwi yang bersedia menggendongnya. Teman yang lain hanya kasian dan merasa jijik dekat-dekat dengan Anita. Bagi mereka Anita itu sebaiknya tidak bersekolah di SMA favorit se Kabupaten ini, dan dia lebih tepat mengenyam pendidikan di sekolah luar biasa yang tersedia kursi roda untuk penyandang cacat seperti Anita.<br />Lagi-lagi Anita sibuk membuat kartu ucapan di bangkunya, dia sering menyibukkan dirinya dengan kegiatan seperti itu agar teman yang lain tidak usah berbasa-basi untuk menemaninya terkecuali Wiwi dengan senang hati selalu mau berbagi dan bercerita dengan sahabat terkuatnya yang kebanyakan teman lain menganggap lemah. Padahal kalo diamati menurut Wiwi, Anita adalah sesosok wanita yang tangguh, dia pede dengan kecacatannya dan dia menganggapnya bukan sebuah kekurangan akan tetapi kelebihan yang tersebunyi agar dia tidak ria dan tidak digunakan untuk berbuat dosa.<br />Semalam Wiwi bermimpi berlari-lari menangkap kupu-kupu yang beterbangan di taman, sungguh indah dan menyenangkan, sampai bangun tidurpun Wiwi lupa bahwa Anita itu tidak bisa berjalan apalagi berlari mengejar kupu-kupu.<br />Pagi hari di kelas<br />Wiwi: “Nit..Nit… dengerin deh, semalem aku mimpi aneh tapi indah banget!” (wiwi sangat berantusias menceritakan mimpinya)<br />Anita: “emang mimpi apaan Wi?” (Anita penasaran tapi dia masih sibuk dengan menggambar pola untuk kartu ucapannya)<br />Wiwi: “semalem aku mimpi kamu bisa jalan!... amazing kan? Udah gitu kita bareng-bareng ngejar kupu-kupu di taman kota, amboi…. Kupu-kupunya indah nian…”<br />Anita: “sayang aku ga bisa jalan” (seketika wajah Wiwi muram mendengar respon Anita yang pesimis)<br />Wiwi merasa aneh dengan sikap Anita, dia tidak biasa berwajah muram jika diceritakan sesuatu yang amazing dan menakjubkan baginya. Biasanya Anita sangat antusias dan tidak kalah hebohnya dengan Wiwi.<br />Wiwi: “Nit.. maafkan aku ya kalo aku dah nyinggung kamu. Aku cuma..”<br />Anita: “udah ga papa lagi Wi.. nih udah jadi kartu ucapannya..”<br />Wiwi melongo… Anita membuatnya dengan bentuk kupu-kupu yang indah, tapi masih berwarna putih, Anita memintanya untuk mewarnainya dengan warna-warna yang cantik<br />Anita: “Wi tolong dikelirin ya.. yang cakep” (kelir=warna)<br />Wiwi mengangguk.<br />Kesokan harinya Wiwi telah selesai mewarnai kartu ucapan dengan warna yang cantik. cenderung warna biru. Setelah Anita melihatnya dia kurang senang, karena dia mengharapkan kupu-kupu itu berwarna pink. Seharian itu wajah Anita murung dan sendu jauh dari kata ceria, Wiwi juga ga mau ngalah dia tanpa merasa bersalah dengan Pedenya bilang “suka-suka aku dong warnainnya, aku kan sukanya warna biru, warna yang berkarakter ga kaya pink, ih…warna apaan tuh, warna cengeng”. Anita sungguh kecewa dengan sikap Wiwi. Tiba-tiba Aris lewat di depan kelas, Wiwi langsung beranjak menemui Aris dan memberikan kartu ucapan itu. Anita makin tidak suka karena memang dari awal dia tidak menyukai Aris.<br />Keesokan hari Anita tidak masuk sekolah, di surat ijin tertulis sakit. Wiwi mencibir Anita, “ah.. paling dia ngambek kupu-kupunya aku warnai biru”. Kenyataannya Anita memang sakit.<br />3 hari sudah Anita tidak berangkat, Wiwi agak cemas juga, dia cukup menyesal dengan sikapnya yang kasar, dia berencana bersama Aris dan teman-teman sekelas untuk menjenguk Anita. Dia memungut sumbangan dari teman-temannya dengan mematok seribu rupiah untuk dibelikan buah-buahan. Wiwi tau buah kesukaan Anita yaitu melon dengan aroma dan kesegaran buah itu Wiwi yakin dia akan memaafkan tingkahnya yang seperti anak kecil serta ia berharap semoga Anita lekas sembuh.<br />Tetapi rencana itu gagal karena teman-teman yang lain membatalkan untuk menjenguk Anita<br />Wiwi: “kenapa dibatalin apa dia udah sembuh?”<br />Vina: “soalnya Anita udah ga ada”<br />Wiwi: “maksud lo dia dirawat di rumah sakit gitu?”<br />Rudi: “gak wi..”<br />Wiwi: “lha trus kenapa?”<br />Satu persatu teman-temannya menunduk, tidak ada yang berani mengungkapkan sebenarnya. Wiwi benar-benar bingung dia masih saja positif thinking berharap Anita baik-baik saja. Namun, kenyataan tetaplah kenyataan bahwa Anita telah tiada, pergi selamanya terbang bersama kupu-kupu ke taman yang terindah di Surga yang abadi.<br />Satu penyesalan yang selalu terngiang dalam kepalanya, andai saja Wiwi memenuhi keinginan Anita untuk memberi warna kupu-kupu dengan warna pink, ah… segalanya sudah terjadi.<br />Kini Wiwi tidak pernah menjelek-jelekkan warna pink lagi malah dia menyukai warna tersebut, yang menurutnya mengandung warna kelembutan, romantic, dan jauh dari kesan kasar.<br />I love pink <br />I love my best friend..nur salamahhttp://www.blogger.com/profile/01528666921087484487noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3809907291128493571.post-75411816020776608052010-04-29T19:18:00.000-07:002010-04-29T19:19:33.310-07:00cerpen cinta sejati dan unsur intrinsiknyaCinta Sejati<br /><br />Harus! Titik! Nggak ada tapi-tapian lagi! Apapun yang terjadi dia harus bisa! Yap, apalagi kalo bukan harus langsing! Itu misi terpentingnya. Itu cita-citanya yang paling diimpikan siang malam, pagi sore, pokoknya segera. Darurat deh! Doo segitunya? Emang seh, cita-citanya nggak semulia orang lain malah kesannya malu-maluin, tapi Suci nggak peduli. Dia tetep keukeh pengen langsing mendadak, kalo bisa malah lebih instan daripada buat mie.<br /><br />Sebenernya kalo dipikir-pikir Suci tuh nggak gendut amat cuma agak kelebihan berat badan doang (ye, itu sih sama aja!) dalam rangka merencanakan strategi pelangsingan yang oke punya, maka disinilah Suci berada. Di depan kaca besar dalam kamarnya yang serba pinky. Tepatnya sudah satu jam lebih 34 menit plus 10 detik. Mungkin kalo kacanya bisa ngomong kayak di dongeng, doi bakalan misuh-misuh alias bete abis… “Woiii, gue udah pegel nih diplototin mulu dari tadi! Berenti kenapa?” kurang lebih gitu kali. Sayang aja, kacanya nggak bisa protes. Dan Suci masih aja puter-puter mirip gasing. Ih… kurang kerjaan banget sih? Akhirnya Suci berhenti juga muter-muter dan coba-coba jilbab yang super ribet (baginya), kepalanya mulai pening, nyut-nyutan gara-gara kebanyakan muter. Untung belum oleng, tapi Suci masih belum selesai juga. Sekarang dipegangnya pipi yang lumayan gembil itu. Huh, apa tadi kata Dinda? Tembem? Masak sih? Tapi…emang tembem, sampe matanya jadi keliatan lebih kecil ketutup dengan pipinya. Kebayang kan gimana betenya Suci? So, menimbang, memilih dan memutuskan (ceile, lagaknya kayak direktur aja) hari ini Suci menyatakan perang dengan segala makanan dan hal lain yang berkaitan erat dengan kegemukan termasuk sama coklat yang paling dia sukai. Motto Suci yang tadinya tiada hari tanpa ngemil, terpaksa harus disingkirkan. Tapi, apa sih sebenernya yang bikin Suci jadi mati-matian mau langsing gitu?<br /><br />Sebelumnya Suci oke-oke aja dengan bodynya yang lebih berisi dibanding cewek seangkatannya. Tapi itu dulu! Waktu Suci masih wajib peke seragam putih biru. Sering sih, dia diledek oleh teman sekelasnya. Tapi sejak beberapa bulan lalu, pas Suci udah jadi siswa SMA, mulai deh uring-uringan. Tadinya dikit tapi tambah lama tambah berat. Terus, mendadak jadi hal yang prinsipil.<br /><br />Kantin sekolah (jam istirahat)<br /><br />“Din, Din!”<br /><br />“Emangnya aku klakson?! Apaan sih! Gangguin kenikmatan orang lagi makan aja!”<br /><br />“Liat deh, liat deh! Itu tuh, mas Yusuf ketua rohis sekolah kita lagi sama anak kelas satu yang baru masuk.”<br /><br />“Ada apa sama mereka?”<br /><br />“Mesra amat, seh!”<br /><br />“Yee…bolehnya cembokur.”<br /><br />“Ih, siapa yang cembuu? Heran aja. N’tu anak biasanya kan dingin banget sama cewek…”<br /><br />“Kulkas kali…”<br /><br />“Eh, Din, Din…”<br /><br />“Uh, Suci…kalo manggil nama aku sekali aja dong! Gak usah diulang-ulang, jadi kayak klakson kedaraan tau! Kenapa lagi?”<br /><br />“Apa cewek kelas satu itu nggak risih duduk berduaan sama cowok? Mana rapeet benget. Padahal dia kan…”<br /><br />“Pake jilbab?”<br /><br />“Iya. Harusnya dia malu dong sama jilbabnya! Masa’ akh…akh…apa namanya, Din?”<br /><br />“Akhwat.”<br /><br />“Iya. Akhwat, masa’ kelakuannya gawat gitu. Mana di tempat umum lagi…apa dia gak malu, diliatin sama anak-anak lain?”<br /><br />“Tapi, Ci…”<br /><br />“Ih, mending lepas aja jilbabnya!”<br /><br />“Lho, kok?”<br /><br />“Buat apa pakai jilbab kalo kelakuannya gak Islami gitu?”<br /><br />“Tapi Annisa…”<br /><br />“Ah, siapapun namanya, ketika seorang wanita telah memutuskan berjilbab, seharusnya dia bisa menyesuaikan kelakuan dengan pakaian yang dikenakannya. Tapi anak kelas satu itu…”<br /><br />“Annisa?”<br /><br />“Iya, iya… Annisa, kamu sendiri sebagai akh… akh…”<br /><br />“Akhwat.”<br /><br />“Iya itu, apa kamu nggak risih melihat mereka dua-duaan gitu? Aku aja belum pake jilbab gak gitu-gitu amat kalo sama cowok…”<br /><br />“Ha ha ha… kamu pasti cemburu sama Annisa, kan?”<br /><br />“Idiih… siapa yang cemburu?!”<br /><br />“Gak cemburu tapi mukanya merah…”<br /><br />“Masak sih, Din?”<br /><br />“Liat aja sendiri di kaca!”<br /><br />***<br /><br />Ruang kelas XI ipa 4, 15 menit sebelum bel masuk berbunyi.<br /><br />“Din, Din!”<br /><br />“Suci…! Kali ini apa lagi? Cepetan kalo mau cerita, aku lagi sibuk ngerjain PR kimia!”<br /><br />“Masih soal mas Yusuf sama anak kelas satu itu.”<br /><br />“Kenapa lagi mas Yusuf sama Annisa?”<br /><br />“Kemarin aku liat mereka jalan berdua di Sriwedari! Mereka bener-bener udah jadian, ya?”<br /><br />“Jadian?”<br /><br />“Iya, pacaran!”<br /><br />“Suci, mereka itu…”<br /><br />“Pacaran, kan? Uh, sebel banget deh ngliat mereka jalan berduaan…”<br /><br />“Hayo! Kamu naksir kan sama ketua rohis sekolah kita itu?”<br /><br />“Naksir? Aku? Sama mas Yusuf?”<br /><br />“Iya, kalo gak naksir, kenapa harus sebel melihat mereka jalan berduaan?”<br /><br />“Oh, eh, i…i…tu…”<br /><br />“Ngaku aja, deh! Naksir juga nggak apa-apa.”<br /><br />“Ngg.. anu… hehe… iya sih, Din…”<br /><br />“Huh, ngomong gitu aja kok susah amat…Udah ah, lagi sibuk, nih.. masih banyak soal yang belum aku kerjakan.”<br /><br />“Eh Din… terus gimana, dong? Gimana caranya supaya mas Yusuf suka sama aku?”<br /><br />“Lho! Bukannya selama ini mas Yusuf emang suka sama kamu?”<br /><br />“Masa sih, Din? Kamu tau dari mana?”<br /><br />“Yang aku liat begitu, Uci mas Yusuf itu suka ama kamu.”<br /><br />“Yang bener, Din?”<br /><br />“Iya, suka… nyuekin kamu! Huahaha…hahaha”<br /><br />“Dindaaaaaaaaaaa!!!...!”<br /><br />***<br /><br />Emang sih kalo mau dibandingin Suci sama Annisa itu jauh banget, Annisa itu cewek kalem, pintar, imut, n yang pasti nggak segendut Suci.<br /><br />Teras depan rumah Dinda, siang menjelang sore.<br /><br />“Gawat, Din! Gawat Din! Aku liat mas Yusuf boncengin Annisa pakai motor!”<br /><br />“Dimana letak gawatnya?”<br /><br />“Annisa duduknya rapeeeeet banget, pake meluk pinggangnya mas Yusuf segala!”<br /><br />“Biarin aja, biar gak jatoh kali. Diakan kecil anaknya, nggak kaya kamu!”<br /><br />“Emang kenapa sama aku?”<br /><br />“Kamu kan gede, jadi gak bakalan jatoh kalo ketiup angin, tapi…”<br /><br />“Tapi apa Din…?”<br /><br />“Jatoh juga sih!... kalo kamu yang bonceng, kamunya gede, mas Yusufnya kurus ya bakal…”<br /><br />“Bakal apa?”<br /><br />“Bakal… jungkir balik, alis ngejengkal… hihihi”<br /><br />“Iiih… Dinda”<br /><br />“Apa iya mas Yusuf milih cewek yang ramping?”<br /><br />“Iya kali”<br /><br />“Hemm… kalo gitu aku musti diet ketat nih!”<br /><br />“Whats? Suci diet?! Apa nggak salah denger!”<br /><br />***<br /><br />Ini jamu apa comberan ya? Kok… baunya ngalahin got depan rumah? Suci gak abis pikir, begitu beratkah perjuangan yang harus dilaluinya demi pinggul yang seksi, perut yang rata dan ops, tentu aja, pipi yang nggak tembem kaya bakpao. Glek! Glek! Suci merem sempet megap-megap sebentar. Hihi… kayak ikan mas koki keabisan air. Perutnya seperti dikitik-kitik, kayak mau muntahin sesuatu. Jamu tadi, tapi Suci udah bertekad baja. Apapun yang terjadi, jamu itu harus ngendon di perutnya. Nggak boleh keluar lagi. Hhhh… Suci menderita sekali.<br /><br />Seandainya mas Yusuf tau betapa besar pengorbanannya demi bisa diboncengin ketua rohis itu, biar gak ngejengkal, kan kasihan juga mas Yusufnya. Ini sudah merk jamu yang ketujuh, yang dicobanya. Dan tak sedikitpun perubahan terjadi pada bodynya. Lemak pipinya tak berkurang meski hanya satu milimeter. Padahal ia sudah memasuki babak kesepuluh hari sejak ia menyatakan perang terhadap kegendutan.<br /><br />***<br /><br />Jamu udah! Pil pelangsing udah! Teh hijau biar singset udah! Pake magnet di perut sampe sesak nafas udah! No coklat, no es krim, udah! Padahal itu makanan favoritnya lho. Berenang seminggu sekali (meski lebih banyak air kolam yang ketelen ketimbang berenang). Juga udah! Anti makan nasi udah! Puasa makan pas lewat dari jam enam sore, udah! Yang terakhir, seminggu belakangan ini, dia cuma makan apel doang. Beneran Cuma apel tok! Pagi, sarapan apel, siang, makan apel, malem, apel lagi. Muka Suci aja udah mirip apel, bulat kemerahan.<br /><br />Sampe-sampe kemarin, pas upacara, dia hampir pingsan. Nyaris! Matanya kunang-kunang. Yang keliatan cuma bintik-bintik putih yang rada mengkilat, terang, kedip-kedip. Buru-buru dia pegangan di bahunya Dinda, kalo nggak, pasti deh dia udah gedubrak di lantai.Yang ada di kepala Suci, Cuma bayangan apel, apel dan yap apel again!<br /><br />“Udah deh Suci jangan diterusin lagi…”<br /><br />“Ah, aku masih kuat kok…”<br /><br />“Kamu udah gila? Nggak cukup tadi kamu mau pake acara pingsan segala?”<br /><br />“Itu kan nyaris, belum pingsan beneran!”<br /><br />“Oke! Gini aja, aku nggak mau ngurusin kamu lagi kalo besok kamu pingsan beneran!”<br /><br />“Yah, kamu segitunya ama aku, siapa lagi yang mau nolongin aku kalo bukan kamu, pliss!”<br /><br />“Salah kamu sendiri! Diet kok nggak kira-kira?”<br /><br />“Abis gimana dong! Aku harus langsing, ini mutlak! Ini menyangkut mati hidupnya aku!”<br /><br />“Suci…emang kalo kamu langsing, apa mas Yusuf pasti bakal mau jadi pacar kamu? Ini lagi, kamu jadi ikut-ikutan pake jilbab, mending kalo pake jilbabnya karena Allah ta’ala tapi ini malah melenceng, cuma demi merebut perhatian mas Yusuf dari Annisa!”<br /><br />“Namanya juga usaha!”<br /><br />“Usaha sih boleh, tapi apa usahamu, pengorbananmu setimpal harganya dengan seorang Yusuf?”<br /><br />Suci diam, iya juga sih! Kenapa mas Yusuf harus menjadi begitu penting baginya? Mengalahkan rasa perih yang musti dideritanya saat menahan lapar. Mengalahkan lelahnya setiap kali ia jogging, berenang, sit up. Mengalahkan nasib lambungnya yang jadi bahan percobaan segala merek obat pelangsing. Mengalahkan kepalanya yang nyut-nyutan karena seminggu ini ia bela-belain hanya memakan apel. Mengalahkan rasa gerahnya pake jilbab karena buat nyaingin penampilan Annisa cewek kelas satu itu. Beginikah susahnya? Padahal ia hanya ingin merasa disayangi, dicintai? Hanya itu. Tidak lebih. Tidak berhakkah ia untuk merasakan semua itu?<br /><br />***<br /><br />“Kamu pengen dicintai, disayangi dengan keadaan kamu yang apa adanya ini kan?” Suci menggeleng, tak mengerti ke arah mana pembicaraan Dinda.<br /><br />“Kamu pengen, ada yang menyayangimu, nggak peduli kamu gembrot, jerawatan, kulit bersisik, rambut pecah-pecah, idung bulu keriting…”<br /><br />“Hei! Stop! Stop! Kok malah ngejekin aku?”<br /><br />“Ups, sory! Aku terlalu bernafsu…”<br /><br />“Emangnya ada?”<br /><br />“Oh, jelas! Bahkan lebih hebat dari siapapun dan apapun di dunia ini. Maha segalanya. Gak ada tandingannya deh!”<br /><br />“Kalo kamu misal suatu saat jadian sama mas Yusuf, pasti ada berantemnya. Pasti ada sedihnya, betenya, empetnya, marahnya, belum lagi kalo mas Yusuf misal suka sama cewek lain, wuih… kamu pasti sakit ati banget kan?”<br /><br />“Kok doa kamu jelek banget sih?”<br /><br />“Bukannya gitu. Ini kan fakta yang bakal kamu alamin kalo jadian sama dia… Nah kalo sama yang aku calonin tadi, kamu nggak bakal sakit ati. Never deh! Promise!” Dinda mengangkat kedua jarinya membentuk huruf V.<br /><br />“Siapa sih?”<br /><br />“Allah…!”<br /><br />***<br /><br />Kok semuanya serba putih? Dimana dia? Apa ini mimpi? Suci menatap nanar sekelilingnya. Ia mengangkat tangan kanannya hendak mencubit pipi, biar ia segera tahu ini mimpi atau bukan. Tapi, waa… kok ada selang infus di tangannya? Buat apa? Memangnya dia sakit? Kapan? Kok dia nggak ngeh? Diliriknya Dinda yang menelungkup di pinggir tempat tidur. Kayaknya sih tidur, kalo gitu, beneran dong ini rumah sakit! Pengen ngebangunin Dinda, mau nanya kenapa ia bisa ada di sini tapi kok ya… nggak tega. Liat aja muka Dinda, meski cuma separo pipinya yang keliatan, tapi jelas ada lingkaran hitam di sekeliling matanya. Pasti kurang tidur, ngapain dia begadang? Ye, tulalit amat! Begadang nungguin dia lah, siapa lagi? Suci berusaha mengingat hal terakhir yang dilakukannya.<br /><br />Mmm... apaan ya? Kayaknya di sekolahan deh! Trus… apa ya? Suci berusaha keras mengingatnya. Kepalanya jadi cenut-cenut. Tapi Suci nggak berenti mikir. Ah, ya! Dia ingat sekarang! Waktu itu, perutnya perih banget, jalannya udah lemes, diseret-seret karena tenaganya udah drop. Dia telentang di Mushola SMA nungguin Dinda yang lagi sholat. Dia sendiri? Hihi… masih bolong-bolong sholatnya. Tergantung mood, meskipun dia udah berjilbab. Huss! Bukannya nyadar kok malah ngikik. Abis itu apa ya? Kayaknya sampe disitu deh! Seterusnya gelap, ya… gelap.<br /><br />Kepala Dinda bergerak, tangannya menggeliat, air mukanya terkejut, campur bahagia melihat Suci yang udah bangun.<br /><br />“Eh, kamu udah bangun ya?”<br /><br />“Aku bego ya, Din?”<br /><br />“Siapa yang bilang kayak gitu?”<br /><br />“Aku bener-bener idiot, kan?”<br /><br />“Ssshh… nggak bagus ngomong kayak gitu.”<br /><br />“Aku bego… mau-maunya kayak gini cuma gara-gara…”<br /><br />Air mata Suci mulai merembes.<br /><br />“Kamu nggak bego cuma khilaf…”<br /><br />“Udah deh, Din! Nggak usah ngehibur aku! Aku tau, aku ini bener-bener stupid!”<br /><br />“Eh kamu tahu Annisa itu?”<br /><br />“Udah deh Din! Aku nggak mau nginget-nginget tentang itu!”<br /><br />“Mereka kakak beradik”<br /><br />“Hah…! Yang bener kamu?”<br /><br />“Ye, kamu nya sih kebiasaan, kalo orang ngomong itu dengerin dulu, jangan nyerocos terus!”<br /><br />“Jadi! Bukannya karena mas Yusuf suka sama cewek yang langsing & pake jilbab kaya Annisa itu?”<br /><br />“Wah, kalo itu mana aku tahu…”<br /><br />“Uh, udah dibela-belain diet ketat plus pake jilbab sampe kepala aku rasanya gatel banget, lagi…”<br /><br />“Terus, kamu mau lepas jilbab kamu?”<br /><br />“Yah, ehm… gimana ya…”<br /><br />“Kamu nggak malu lepas jilbab? Jilbab itu bukan buat mainan tau!”<br /><br />“Aku gak lepas jilbabku.”<br /><br />“Nah, gitu dong!”<br /><br />“Tapi… aku masih bisa kan ngecengin mas Yusuf?”<br /><br />“Suci, udah deh, aku gak mau nungguin kamu di rumah sakit lagi kalo kamu jatuh sakit lagi gara-gara pengen diet!”<br /><br />“Ya, ya… aku bakal berenti diet!”<br /><br />“Nah, itu baru Suci temanku.”<br /><br />“Aww, sakit tau pipiku dicubit!”<br /><br />“Habis kamu ngegemesin sih!”<br /><br />Entah darimana datangnya, tiba-tiba saja, otak Suci memutar ulang memorinya tentang ucapan Dinda waktu itu. Tentang ada yang bisa menyayanginya bagaimanapun buruknya rupa dia. Ada yang bisa menyayanginya tanpa ia harus berkorban menjadi langsing.<br /><br />Ada! Suci yakin sekali, dia memang selalu menyertai kita, memperhatikan kita, mengawasi kita, menyayangi kita lebih dari siapapun, dialah Allah swt. Hanya Allah-lah yang mengerti tentang diri kita. Dan hanya kepada Allah-lah kita patut mencurahkan cinta sejati.<br /><br />^_^<br /><br />UNSUR INTRINSIK DAN SINOPSIS DARI CERPEN<br /><br />“Cinta Sejati”<br /><br />Sudut pandang : Orang ketiga. Tidak sebagai pelaku.<br /><br />Tema : Percintaan<br /><br />Setting : Kantin sekolah, ruang kelas, Rumah Sakit, Toko Buku.<br /><br />Alur/Plot : Maju (progesif)<br /><br />Penokohan :<br /><br />Suci : Ambisius, tidak percaya diri,<br /><br />Dinda : Sabar, setia kawan<br /><br />Aisyah : Alim, baik.<br /><br />Yusuf : Sopan, pintar, alim.<br /><br />Penyelesaian : Bahagia (Happy Ending)<br /><br />Amanat :Bahwa kita harus bersyukur dengan apa yang telah diberikan Tuhan dan senantiasa bersabar dalam menghadapi permasalahan, serta cinta yang sejati hanya pantas tercurahkan kepada Sang Maha Pencipta.<br /><br />Sinopsis Cerpen :<br /><br />Suci siswi SMA kelas 2 mempunyai kelebihan berat badan serta mempunyai teman yang bernama Dinda yang baik dan berjilbab yang selalu memberi semangat dan setia menemaninya baik suka maupun duka.<br /><br />Suatu hari Suci ingin melakukan diet dan berjilbab seperti Aisyah siswi kelas 1 yang sering kelihatan berdua dengan Yusuf ketua Rohis SMA. Ternyata Suci menyukai Yusuf yang ganteng, pintar dan alim. Demi mendapatkan perhatian dari Yusuf, Suci rela tidak sarapan dan merubah kebiasaannya ngemil. Tetapi Suci salah sangka dengan Aisyah yang ternyata adalah adik kandung Yusuf. Suci menyadari kesalahannya yang berjilbab dengan niat hanya untuk merebut perhatian Yusuf dan berdiet sampai sakit dan masuk Rumah Sakit juga menyadari bahwa ada yang bisa menyayanginya tanpa ia harus berkorban menjadi langsing. Yaitu Sang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang Allah swt. yang mengerti tentang diri kita. Dan hanya kepada Allah-lah kita patut mencurahkan cinta sejati.nur salamahhttp://www.blogger.com/profile/01528666921087484487noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3809907291128493571.post-50532210989176138252010-04-29T19:16:00.000-07:002010-04-29T19:18:09.284-07:00KAMUS BAHASA JAWA PARIBASANA<br /><br />1. Adhang-adhang tetesé embun = Njagakaké barang mung sak olèh olèhé<br /><br />2. Adigang, adigung, adiguna = Ngendelaké kakuwatané, kaluhurané lan kapinterané<br /><br />3. Aji godhong garing = Wis ora ana ajiné/asor banget<br /><br />4. Ana catur mungkur = Ora gelem ngrungokaké rerasan kang ora becik<br /><br />5. Ana daulaté ora ana begjané = Arep nemu kabegjan, ning ora sida.<br /><br />6. Ana gula ana semut = Panggonan sing akèh rejekiné, mesti akèh sing nekani.<br /><br />7. Anak polah bapa kepradah = Tingkah polahé anak dadi tanggungané wong tuwa.<br /><br />8. Anggenthong umos = Wong kang ora bisa nyimpen wewadi.<br /><br />9. Angon mangsa = Golèk waktu kang prayogo kanggo tumindak.<br /><br />10. Angon ulat ngumbar tangan = Ngulataké kaanan yen limpe banjur dicolong.<br /><br />11. Anjajah desa milang kori = Wong kang lelungan menyang ngendi-ngendi<br /><br />12. Ambalithukkhukum = Wong kang pagaweane ngapusi<br /><br />13. Ambidhung api rowang = Wong kang nduweni maksud jahat nanging ngaku dadi kancane.<br /><br />14. Arep jamuré emoh watangé = Gelem kepenaké ora gelem rekasané.<br /><br />15. Asu rebutan balung = Rebutan barang kang sepélé.<br /><br />16. Asu belang kalung wang = Wong asor nanging sugih.<br /><br />17. Asu gedhé menang kerahé = Wong kang dhuwur pangkate, mesthi baé luwih gedhé panguwasan<br /><br />18. Asu marani gebuk = Njarag marani bebaya.<br /><br />19. Ati béngkong oleh oncong = Wong duwé niyat ala oléh dalan<br /><br />B<br /><br />20. Baladéwa ilang gapité = Ilang kakuwatané/kaluhurané<br /><br />21. Banyu pinerang = Ngibarate pasulayané sedulur mesthi enggal pulihe<br /><br />22. Banyu pinerang ora bakal pedhot = Pasulayané sedulur ora bakal medhotake pasedulurane.<br /><br />23. Bathang lelaku = Lunga ijèn ngambah panggonan kang mbebayani.<br /><br />24. Blaba wuda = Saking lomane nganti awake dhewe ora keduman.<br /><br />25. Bebek mungsuh mliwis = Wang pinter mungsuh padha wong pinter.<br /><br />26. Becik ketitik ala ketara = Becik lan ala bakal ketara ing tembe mburine.<br /><br />27. Belo melu seton = Manut grubyuk ora ngerti karepe.<br /><br />28. Beras wutah arang bali menyang takere = Barang kang wis owah ora bakal bali kaya maune<br /><br />29. mBidhung api rowang = Ethok-éthok nulung nanging sejatiné arep ngrusuhi.<br /><br />30. Blilu tau pinter durung nglakoni = Wong bodho nanging sering nglakoni, luwih pinter karo wong pinter nanging durung tau nglakoni.<br /><br />31. Bubuk oleh leng = Wong duwe niyat ala olèh dalan.<br /><br />32. Bung pring petung = Bocah kang longgor (gelis gedhe).<br /><br />33. Buntel kadut, ora kinang ora udut = Wong nyambut gawe borongan ora oleh mangan lan udut/rokok.<br /><br />34. mBuru uceng kelangan dheleg = Mburu barang sepele malah kelangan barang kang luwih gedhe.<br /><br />35. Busuk ketekuk, pinter keblinger = Sing bodho lan sing pinter padha nemu cilaka<br /><br />C<br /><br />36. Carang canthel = Ora diajak guneman nanging mèlu—mèlu ngrembug<br /><br />37. Car-cor kaya kurang janganan = Ngomong ceplas-ceplos ora dipikir dhisik.<br /><br />38. Cathok gawèl = Seneng cawe cawe mesthi ora diajak guneman.<br /><br />39. Cebol nggayuh lintang = Kekarepan kang mokal bakal kelakon.<br /><br />40. Cecak nguntal cagak = Gegayuhan kang ora imbang kekuwatan.<br /><br />41. Cedhak celeng bolote = Cedhak karo wong ala bakal katut ala.<br /><br />42. Cedhak kebo gupak = Cedhak karo wong ala bakal katut ala.<br /><br />43. Ciri wanci lelai ginawa mati = Pakulinan ala ora bisa diowahi yen durung nganti mati.<br /><br />44. Cincing-cincing meksa klebus = Karep ngirid nanging malah entek akèh.<br /><br />45. Criwis cawis = Seneng maido nanging yo seneng mènèhi/muruki.<br /><br />46. Cuplak andheng - andheng yen ora pernah panggonan bakal disingkirake = Wong kang njalari ala becik disingkirake<br /><br />D<br /><br />47. Dadiya banyu emoh nyawuk, dadiya godhong emoh nyuwek, dadiya suket emoh nyenggut = Wis ora gelem nyanak / sapa aruh<br /><br />48. Dahwen ati open = Nacad nanging mbenerake wong liya.<br /><br />49. Dhandhang diunekake kuntul, kuntul diunekake dhandhang = Ala diunèkaké becik, becik diunekake ala.<br /><br />50. Desa mawa cara, negara mawa tata = Saben panggonan duwe cara utawa adat dhéwe dhewe.<br /><br />51. Dhemit ora nduilt, sétan ora doyan = Tansah diparingi slamet ora ana kang ngrusuhi.<br /><br />52. Digarokake dilukokake = Dikongkon nyambut gawe abot.<br /><br />53. Didhadhunga medhot, dipalangana mlumpat = Wong kang kenceng karepe, ora kena dipenggah manèh.<br /><br />54. Diwenehi ati ngrogoh rempela = Wis diwènehi sethithik, malah njaluk kang akeh.<br /><br />55. Dom sumurup ing banyu = Laku sesidheman kanggo meruhi wewadi.<br /><br />56. Dudu sanak dudu kadang, yen mati melu kélangan = Senajan wong liya nek nemoni rekasa bakal dibelani.<br /><br />57. Duka yayah sanipi, jaja bang mawinga winga = Wong kang nesu banget.<br /><br />58. Dudutan lan anculan = Padha kethikan, sing siji ethok-ethok ora ngerti.<br /><br />59. Durjana mati raga = Wong kang nduweni tekad mati.<br /><br />60. Durung ilang pupak lempuyange = Wong kang dianggep bocah cilik durung ngerti apa-apa.<br /><br />61. Durung pecus keselak besus = Durung sembada nanging kepingin sing ora-ora<br /><br />E<br /><br />62. Eman eman ora keduman = Karep eman malah awake dhewe ora keduman<br /><br />63. Emban cinde emban siladan = Pilih kasih ora adil<br /><br />64. Emban cinde emban siladan = Pilih kasih ora adil<br /><br />65. Embat embat celarat = Wong nyambut gawe kanthi ngati-ati banget.<br /><br />66. Emprit abuntut bedhug = Perkara sing maune sepele dadi gedhe.<br /><br />67. Endhas gundhul dikepeti = Wis kepenak ditambahi kepenak maneh.<br /><br />68. Endhas péthak ketiban empyak = Wong kang bola-bali nemu cilaka.<br /><br />69. Enggon welut didoli udhet = Panggone wong pinter dipamèri kapinteran sing ora sepirowa.<br /><br />70. Entek ngamek kurang golek = Olehe, nguneni/nyeneni sakatoge<br /><br />71. Entek jarake = Wis entek kasugihane<br /><br />72. Esuk dhele sore tempe = Wong kang ora tetep atine (mencla - menclé).<br /><br />G<br /><br /> 73. Gajah alingan suket teki. = Lair lan batine ora padha, mesti bakal ketara<br /><br /> 74. (ng) Gajah elar = Sarwa gedhe lan dhuwur kekarepane<br /><br /> 75. Gajah ngidak rapah = Nrajang wewaler dhewe<br /><br /> 76. Gajah perang karo gajah, kancil mati ing tengah = Wong gedhe kang padha pasulayan, wong cilik sing dadi korban<br /><br /> 77. Garang garing = Wong semugih nanging sejatine kekurangan<br /><br /> 78. Gawe luwangan nggo ngurugi luwangan = Golek utangan kanggo nayur utang sing dhisik<br /><br /> 79. Gayuk-gayuk tuna, nggayuh nggayuh luput = Samubarang kang dikarepake ora bisa keturutan<br /><br /> 80. G1iyak-gliyak tumindak, sareh pakoleh = Senajan alon-alon anggoné tumindak, nanging bisa kaleksanan kekarepane<br /><br /> 81. Golek banyu bening = Meguru golèk kawruh sing becik<br /><br /> 82. Golek-golek ketemu wong luru-luru = Karepe arep golèk utangan malah diutangi (dijaluki utang)<br /><br /> 83. Gupak puluté ora mangan nangkane = Mèlu rekasa nanging ora melu ngrasakake kepénak<br /><br />I<br /><br /> 84. Idu didilat maneh = Murungake janji sing wis diucapaké<br /><br /> 85. Iwak lumebu wuwu = Wong kena apus kanthi gampang<br /><br />J<br /><br />86. (n) Jagakaké endhogé si blorok = Njagakake barang kang durung mesti ana lan orané<br /><br />87. (n) Jajah désa milang kori = Lelungan menyang endi-endi<br /><br />88. Jalma angkara mati murka = Nemoni cilaka jalaran angkara murkané<br /><br />89. (n) Jalukan ora wèwehan = Seneng njaluk ora gelem mènèhi.<br /><br />90. Jati ketlusupan ruyung = Kumpulané wong becik klebon wong ala.<br /><br />91. Jaran kerubuhan empyak = Wong wis kanji (kapok) banget<br /><br />92. Jarit lawas ing sampiran = Duwé kapinteran nanging ora digunakaké<br /><br />93. Jer basuki mawa béa = Samubarang gegayuhan mbutuhake wragat<br /><br />94. (n) Jujul muwul = Prakara kang nambah-nambahi rekasa<br /><br />95. (n) Junjung ngentebaké = Ngalembana nanging duwe niyat ngasoraké.<br /><br />K<br /><br />96. Kacang ora ninggal lanjaran = Kabiasane anak niru wong tuwané<br /><br />97. Kadang konang = Gelem ngakoni sedulur mung karo sing sugih<br /><br />98. Kalah cacak menang cacak = Samubarang penggawéyan luwih becik dicoba dhisik bisa lan orané<br /><br />99. Kandhang langit, bantal ombak, kemul mega = Wong sing ora duwé papan panggona<br /><br />100. Katépang ngrangsang gunung = Kagedhen karep/panjangka mokal bisa kelakon.<br /><br />101. Katon kaya cempaka sawakul = Tansah disenengi wong akeh<br /><br />102. Kaya banyu karo lenga = Wong kang ora bisa rukun<br /><br />103. Kakèhan gludhug kuraug udan = Akèh omongé ora ana nyatané<br /><br />104. Kebanjiran segara madu = Nemu kabegjan kang gedhe banget<br /><br />105. Kebat kliwat, gancang pincang = Tumindak kesusu mesthi ora kebeneran<br /><br />106. Kebo bule mati sétra = Wong pinter ning ora ana sing merlokaké<br /><br />107. Kebo ilang tombok kandhang = Wis kelangan ngetokaké wragat manèh kanggo nggoleki malah ora ketemu pisan<br /><br />108. Kebo kabotan sungu = Rekasa merga kakèhan anak<br /><br />109. Kebo lumumpat ing palang = Ngadili prakara ora nganggo waton<br /><br />110. Kebo mulih menyang kandhangé = Wong lunga adoh bali menyang omah manèh<br /><br />111. Kebo nusu gudel = Wong tuwa jaluk wuruk wong enom<br /><br />112. Kegedhen empyak kurang cagak = Kegedhen kakerepan nanging kurang sembada<br /><br />113. Kajugrugan gunung menyan = Oleh kabegjan kang gedhé banget<br /><br />114. Kekudhung welulang macan = Ngapusi nggawe jeneng wong kang diwedeni<br /><br />115. Kelacak kepathak = Ora bisa mungkir, jalaran wis kabuktèn<br /><br />116. Kena iwake aja nganti butheg banyune = Sing dikarepake kelakon ning aja nganti gawe rusak/ramé<br /><br />117. Kencana katon wingka = Senajan apik nanging ora diseneng<br /><br />118. Kendel ngringkel, dhadhag ora godak = Ngaku kendel tur pinter jebu1 jirih tur bodho<br /><br />119. Kenès ora ethes = Wong sugih umuk nanging bodho<br /><br />120. Keplok ora tombok = Wong senengané maido thok, ora gelem mélu cawe-cawe<br /><br />121. Kére munggah bale = Batur dipek bojo karo bendaran<br /><br />122. Kere nemoni malem = Wong kang bedhighasan / serakah.<br /><br />123. Kerot ora duwe untu = Duwe kekarepan ning ora duwé bandha/ wragat<br /><br />124. Kerubuhan gunung = Wong nemoni kesusahan sing gedhé banget<br /><br />125. Kesandhung ing rata, kebentus ing tawang = Oleh cilaka sing ora dinyana nyana<br /><br />126. Ketula-tula ketali = Wong kang tansah nandhang sengsara<br /><br />127. Kethek saranggon = Kumpulan wong kang tindak ala<br /><br />128. Kleyang kabur kanginan, ora sanak ora kadang = Wong sing ora duwe panggonan utawa omah sing tetep<br /><br />129. Klenthing wadah masin = Angel ninggalake pakulinan tumindak ala<br /><br />130. Kongsi jambul wanen = Nganti tumekan tuwa banget<br /><br />131. Krokot ing galeng = Wong kang mlarat banget<br /><br />132. Kriwikan dadi grojogan = Prakara kang maune cilik dadi gedhe<br /><br />133. Kumenthus ora pecus. = Seneng umuk nanging ora sembada<br /><br />134. Kurung munggah lumbung = Wong asor /cilik didadèkake wong gedhe<br /><br />135. Kuthuk nggendhong kemiri = Manganggo kang sarwa apik/aji liwat dalan kang mbebayani<br /><br />136. Kutuk rnarani sunduk ula marani gepuk = Njarag marani bebaya<br /><br />137. Kuncung nganti temeka gelung = Suwe banget anggone entèni.<br /><br />L<br /><br />138. Ladak kecangklak = Wong kang angkuh nemoni pakewuh marga tumindake dhewe<br /><br />139. Lahang karoban manis = Rupane bagus/ayu tur luhur bebudène<br /><br />140. Lambe satumang kari semerang = Dituturi bola-bali meksa ora digugu<br /><br />141. Lanang kemangi = Wong lanang kang jirèh<br /><br />142. Legan golek momongan = Wis kepenak malah golèk rekasa<br /><br />143. Lumpuh ngideri jagad = Duwe kekarepan kang mokal keturutan.<br /><br />M<br /><br />144. Maju tatu mundur ajur = Prakara kang sarwa pakéwuh<br /><br />145. Matang tuna numbak luput = Tansah luput kabèh panggayuhané<br /><br />146. Mbuang tilas = Ethok-éthok ora ngerti marang tumindaké kang ala sing lagi dilakoni<br /><br />147. Meneng widara uleran = Katon anteng nanging sejatiné ala atine<br /><br />148. Mentung koja kena sembaginé = Rumangsané ngapusi, nanging sejatine malah kena apus<br /><br />149. Merangi tatal = Mentahi rembug kang wis mateng<br /><br />150. Mikul dhuwur mendhem jero = Bisa njunjung drajat wog tuwa<br /><br />151. Milih-milihh tebu oleh boleng = Kakèhan milih, wekasan olèh kang ora becik<br /><br />152. Mrojol selaning garu = Wong kang luput saka bebaya<br /><br />153. Mubra-mubru mblabar madu = Wong sing sarwa kecukupan.<br /><br />N<br /><br />154. Nabok nyilih tangan = Tumindak ala kanthi kongkonan wong liya<br /><br />155. Ngagar metu kawul = Ngojok-ngojoki supaya dadi pasulayan, nanging sing diojok-ojoki ora mempan<br /><br />156. Ngajari bebek nglangi = Penggaweyan sing ora ana padahe<br /><br />157. Ngalasake negara = Wong sing ora manut pranatan negara<br /><br />158. Ngalem legining gula = Ngalembana kapinteran wang kang pancèn pinter/sugih<br /><br />159. Ngaturake kidang lumayu = Ngaturak barang kang wis ora ana<br /><br />160. Nglungguhi klasa gumelar = Nindakak panggaweyan kang wis tumata.<br /><br />161. Ngontragake gunung = Wong cilik asor bisa nga1ahake wong luhur/ gedhe, nganti gawe kagèt wong akèh<br /><br />162. Nguthik-uthik macan dhedhe = Njaragwongkangwis lilih nepsune<br /><br />163. Nguyahi segara = Weweh marangwong sugih kang ora ana pituwase<br /><br />164. Nucuk ngiberake = Wis disuguhi mangan mulih isih mbrekat<br /><br />165. Nulung menthung = Wong kang nulung malah nggawe rekasa dhewe.<br /><br />166. Nututi layangan pedhot = Nggolèki barang sepele sing wis ilang<br /><br />167. Nyangoni kawula minggat = Ndandani barang kang tansah rusak<br /><br />168. Nyolong pethek = Tansah mlèsèt saka pamèthèke/pambatang.<br /><br />O<br /><br />169. Obah ngarep kobet mburi = Tumindaké panggedhé dadi contoné/ panutané kawula alit.<br /><br />170. Opor bebek, mentas awake dhewek = Rampung saka rekadayane dhéwé<br /><br />171. Ora ana banyu mili menduwur = Wataké anak biasané niru wong tuwané<br /><br />172. Ora ana kukus tanpa geni = Ora ana akibat tanpa sebab<br /><br />173. Ora gonja ora unus = Wong kang ala rupane uga atine<br /><br />174. Ora narima ing pandum = Ora puas apa kang diduweni.<br /><br />175. Ora mambu enthong irus = Dudu sanak dudu kadang<br /><br />176. Ora tembung ora tawung = Nupuk barange liyan tanpa kandha dhisik<br /><br />177. Ora uwur ora sembur = Ora gelem cawe-cawe babar pisan<br /><br />178. Ora kinang ora udut = Ora mangan apa-apa<br /><br />179. Othak athik didudut angel = Guneme sajak kepenak, bareng ditemeni jebul angel.<br /><br />P<br /><br />180. Palang mangan tandur = Diwenehi kepercayan nanging malah gawe kapitunan<br /><br />181. Pandengan karo srengenge = Memungsuhan karo panguwasa<br /><br />182. Panditane antake = Laire katon suci batine ala.<br /><br />183. Pecruk tunggu bara = Dipasrahi barang kang dadi kesenengane.<br /><br />184. Pitik trondhol diumbar ing padaringan = Wong ala dipasrahi barang kang aji, wekasan malah ngentek-enteki<br /><br />185. Pupur sadurung benjut = Ngati-ati mumpung durung cilaka.<br /><br />R<br /><br />186. Rampek rampek kethek = Nyedhak- nyedhak mung arep gawe kapitunan.<br /><br />187. Rawer-rawe rantas, malang-malang putung = Samubarang kang ngalang alangi bakal disingkirake.<br /><br />188. Rebut balung tanpa isi = Pasulayan merga barang kang sepele.<br /><br />189. Rindik asu digitik = Dikongkon Nindakaké(penggaweyan kang cocok karo kekarepane.<br /><br />190. Rupa nggendong rega = Marga barang apik mula regane ya larang.<br /><br />191. Rukun agawé santosa, crah agawé bubrah = Yen padha rukun mesti padha santosa, yen padha congkrah mesti bakal bubrah rusak<br /><br />S<br /><br />192. Sabar sareh mesti bakal pikoleh = Tumindak samubarang aja kesusu.<br /><br />193. Sabaya pati, sabaya mukti = Kerukunan kang nganti tekan pati.<br /><br />194. Sadumuk bathuk, sanyari bumi= Pasulayan nganti dilabuhi tekan pati.<br /><br />195. Sandhing kebo gupak = Cedhak wong tumindak ala, bisa-bisa katut ala.<br /><br />196. Sapa salah saleh = Sapa sing salah bakal konangan<br /><br />197. Satru mungging cangklakan = Mungsuh wong kang isih sanak sadulur.<br /><br />198. Sedhakep awé-awé = Wis ninggalake Tumindak ala. nanging ing batin isih kepingin nglakoni maneh.<br /><br />199. Sembur-sembur adus, siram-siram bayem = Bisa kaleksanan marga oleh pandongàné wong akèh<br /><br />200. Sepi ing pamrih, ramé ing gawe = Nindakake panggaweyan kanthi ora duwé kamélikan apa-apa.<br /><br />201. Sigar semangka = Mbagi kanthi adil<br /><br />202. Sing sapa salah bakal seleh = Sapa sing salah bakal konangan.<br /><br />203. Sluman slumun slamet = Senajan kurang ngati-ati. nanging isih diparingi slamet<br /><br />204. Sumur lumaku tinimba, Gong lumaku tinabuh = Wong kang kumudu-kudu dijaluki piwulang/ditakoni.<br /><br />T<br /><br />205. Tebu tuwuh socane = Prakara kang wis apik, bubrah marga ana kang durung mesthi salah lan benere.<br /><br />206. Tega larane ora tega patine = Senadyan negakake rekasane, nanging isih menehi pitulungan.<br /><br />207. Tekek mati ing ulone = Nemoni cilaka marga saka guneme dhewe.<br /><br />208. Timun jinara = Prakara gampang banget<br /><br />209. Timun mungsuh duren = Wong cilik mungsuh pànguwasa, mesthi kalah<br /><br />210. Timun wungkuk jaga imbuh = Wong bodho kanggone mung yen kekurangan baé<br /><br />211. Tinggal glanggang colong playu = Ninggalaké papan pasulayan<br /><br />212. Tulung menthung = Katoné nulungi, jebulé malah ngrusuhi<br /><br />213. Tumbak cucukan = Wong sing seneng adu-adu<br /><br />214. Tuna sathak bathi sanak = Rugi bandha, nanging bathi pasaduluran<br /><br />215. Tunggak jarak mrajak, tunggak jati mati = Prakara ala ngambra ambra, prakara becik kari sathithik<br /><br />216. Tembang rawat-rawat, ujare mbok bakul sunambiwara = Khabar kang durung mesthi salah lan benere<br /><br />U<br /><br />217. Ucul saka kudangan = Luput karo gegayuhane<br /><br />218. Ulat madhep ati manteb = Wis manteb banget kekarepané<br /><br />219. Undaking pawarta, sudaning kiriman = Biasané pawarta iku béda karo kanyatakane<br /><br />220. Ungak-ungak pager arang = Ngisin isini.<br /><br />W<br /><br />221. Weding ing wayangane dhewe = Wong sing ala, rumasa wedi yen konangan alane.<br /><br />222. Wedi rai wani silit = Wedi ning ngarepe, nanging wani ing burine<br /><br />223. Welas tanpa alis = Karepe welas nanging malah gawé kapitunan.<br /><br />224. Wis kebak sundukané = Wis akèh banget kaluputané.<br /><br />225. Wiwit kuncung nganti gelung = Wiwit cilik nganti gedhé/tuwa.<br /><br />226. Wong busuk ketekuk = Wong kang bodho mesthi nemu cilaka.<br /><br />Y<br /><br />227. Yitna yuwana mati ina = Sing ngati-ati bakal slamet, sing sembrana bakal cilaka<br /><br />228. Yiyidan mungging rampadan. = Biyene wong durjana/culika, saiki dadi wong sing alim<br /><br />229. Yoga anyangga yogi = Murid nirokaké piwulangé guru.<br /><br />230. Yuwana mati lena = Wong becik oleh cilaka, marga kurang ati-ati.<br /><br />231. Yuyu rumpung mbarong ronge = Omahé magrong-magrong nanging sejatiné mlaratnur salamahhttp://www.blogger.com/profile/01528666921087484487noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3809907291128493571.post-42461360276641407502010-04-29T19:15:00.000-07:002010-04-29T19:16:32.776-07:00KONSEP DASAR KBKBAB I<br /><br />PENDAHULUAN<br /><br />A. Latar Belakang<br /><br />Guru (pendidik) merupakan faktor penting dalam proses pembelajaran, karena guru yang akan berhadapan langsung dengan peserta didik dalam proses belajar mengajar. Melaluii guru pula ilmu pengetahuan dapat ditransferkan. Dalam lingkup lebih luas lagi, guru merupakan faktor penting dalam implementasi kurikulum, disamping kepala sekolah dan tenaga administrasi.<br /><br />Dalam proses pelaksanaan dalam hal ini proses pembelajaran, guru juga memiliki perbedaan antara satu dengan yang lain, baik itu dari segi cara mengajar, segi penilaian dan sebagainya. Untuk itu terdapat pengklasifikasian guru. Terdapat guru yang menjalankan tugas dan tanggung jawab secara professional, dan ada pula guru yang kurang mampu bekerja secara professional. Akibatnya banyak terjadi ketimpangan mutu pendidikan yang diakibatkan kurangnya tingkat profesionalisme seorang guru.<br /><br />Sebenarnya yang jadi permasalahan pendidikan tidak hanya menurunnya tingkat profesionalisme guru, namun juga dari segi penerapan kurikulum. Pasalnya selama periode penerapan kurikulum 1968, hingga kurikulum 1994, guru tidak mendapatkan motifasi penuh untuk mengembangkan kualitas dalam mengajar. Karena guru dianggap berhasil jika telah menyelesaikan seluruh materi selama satu semester/satu caturwulan tanpa memperhatikan proses dan hasil pengajaran.<br /><br />Pemerintah sebenarnya mengetahui bahwasanya banyak kekurangan yang terjadi pada penerapan kurikulum 1994, akhirnya setelah tahun 2000, pemerintah menyusun dan memberlakukan kurikulum berbasis kompetensi (KBK), dengan ini kualitas guru lebih dikembangkan, dalam implementasinya kualitas guru dapat ditinjau dari dua segi, yakni segi proses dan dari segi hasil. Di dalam implementasi KBK guru berperan dalam menerapkan ide. Dan konsep kebijakan kurikulum dalam aktivitas pembelajaran, sehingga anak didik mencapai/menguasai kompetensi tertentu.<br /><br />Ditinjau dari sejarahnya perubahan kurikulum hingga lahirnya KBK, untuk menemukan konsep dan ide kurikulum yang dianggap sempurna, melalui perjalanan cukup panjang dan mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan zaman. Dilihat dari tahun 1968 dan 1975, kurikulum bersifatsentralisasi, artinya kurikulum berlaku untuk satu jenis pendidikan diseluruh Indonesia, dan guru hanya berperan serbagai pelaksana di sekolah. Pada tahun 1984 kurikulum mengalami sedikit perubahan dengan disisipkannya muatan lokal pada berbagai bidang studi yang sesuai, dan hal ini lebih diintensifkan pada pelaksanaan kurikulum 1994, yang tampak pada pendekatan monolitik berupa bidang studi, baik wajib maupun pilihan, sehingga bobot muatan lokal lebih besar.<br /><br />.<br /><br />B. Rumusan Masalah<br /><br />Berdasarkan latar belakang tersebut, diangkat dan dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :<br /><br /> 1. Apa pengertian dari KBK dan apa pula yang menjadi landasan KBK ?<br /> 2. Apakah yang menjadi tujuan dari KBK ?<br /> 3. Apa yang menjadi karakteristik dari KBK ?<br /> 4. Terdiri dari apa sajakah asumsi KBK ?<br /><br />C. Tujuan Penulisan<br /><br />Merujuk pada rumusan makalah di atas, penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui tentang :<br /><br /> 1. Pengertian dan landasan dari KBK<br /> 2. Tujuan dari KBK<br /> 3. Karakteritik dari KBK<br /> 4. Asumsi KBK <br /><br />BAB II<br /><br />ISI DAN PEMBAHASAN<br /><br />A. Pengertian KBK dan Landasan KBK<br /><br />v Pengertian KBK<br /><br />Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) adalah suatu kurikulum yang masih cukup baru di kalangan pendidikan. Karena kurikulum ini baru dirintis pada tahun 2000 dan mulai diberlakukan secara resmi oleh pemerintah pada tahun 2004, sebagai penggati kurikulum 1994.<br /><br />Namun penerapan kurikulum KBK ini bukannya tanpa masalah yang menjadikan kontroversi. Pasalnya banyak guru yang belum begitu mengetahui tentang pengertian KBK dan konsep pengajaran menggunakan KBK yang sebenarnya.<br /><br />Maka sebelum melakukan pembahasan mengenai KBK secara lebih mendalam, di sini akan dipaparkan mengenai beberapa definisi mengenai kurikulum berbasis kompetensi. Apabila kita berbicara mengenai KBK yang menjadi pusat perhatian adalah pengembangan kompetensi.<br /><br />Berbicara mengenai kompetensi, secara umum kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksasikan dalam kebiasaan berpilar dan bertindak. Jadi kompetensi bisa diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang diakui oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya. (www.google.co.id diakses 23 Mei 2003).<br /><br />Berdasarkan pengertian kompetensi tersebut, maka kurikulum berbasis kompetensi (KBK) ialah seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa, dengan penilaian, kegiatan pembelajaran, serta pemberdayaan sumber daya yang tersedia.<br /><br />Agak berbeda dengan pendapat di atas E. Mulyasa mengemukakan “KBK adalah suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performasi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap seperangkat tertentu” (2003 : 39)<br /><br />Dari pengertian-pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa KBK adalah seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi, dan hasil belajar yang harus dicapai oleh siswa. Dengan penilaian, kegiatan pembelajaran pemberdayaan sumber daya yang menekankan pada pengembangan kemampuan dalam melaksanakan tugas-tugas dengan standar performasi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik.<br /><br />Dalam KBK ini menuntut guru yang berkualitas dan professional untuk melakukan kerjasama dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan. KBK memfokuskan pada pemerolehan kompetensi-kompetensi tertentu oleh peserta didik. Oleh karena itu dalam penerapan KBK perlu adanya kerjasama antara pendidik (guru) dan peserta didik (siswa). Di sisni tugas pendidik hanya sebagai fasilitator, dan peserta didik harus dapat memenfaatkan secara optimal.<br /><br />Berbicara lebih jauh mengenai KBK tentunya ada aspek-aspek yang terkandung dalam penerapan kurikulum ini. Adapun aspek yang terkandung dalam kompetensi tersebut meliputi :<br /><br />ü Pengetahuan (know ledge)<br /><br />ü Pemahaman (under standing)<br /><br />ü Kemampuan (skill)<br /><br />ü NIlai (value)<br /><br />ü Sikap (attitude)<br /><br />ü Minat (interest)<br /><br />v Landasan KBK<br /><br />Dalam penyusunan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) tentunya ada landasan-landasan yang dijadikan sebagai fondasi (dasar hukum) serta pegangan dalam penerapannya. Adapun landasan-landasan KBK meliputi :<br /><br />a. Pancasila sebagai landasan filosofis pengembangan kurikulum nasional. Sebagai suatu sistem kurikulum nasional, KBK mengakomodasikan berbagai perbedaan secara tanggap budaya dengan memadukan beragam kepentingan dan kemampuan daerah. KBK menerapkan strategi yang meningkatkan kebermaknaan pembelajaran untuk semua peserta didik terlepas dari latar budaya, etnik, agama, dan gender melalui pengelolaan kurikulum berbasis sekolah. Dalam rekonseptualisasi kurikulum ini digunakan landasan filosofis Pancasila sebagai dasar pengembangan kurikulum. Pancasila sangat relevan untuk penerapan filosofi pendidikan yang mendunia seperti empat pilar belajar (learning to be, learning to know, learning to do, dan learning to life together).<br /><br />b. Dalam TAP MPR No.IV/MPR/1999/BAB IV.E, GBHN (1999-2004) bab V tentang “Arah Kebijakan Pendidikan” dan UU RI No. 22 Tahun 1999 serta peraturan pemerintah No. 25 Tahun 2000. Tentang otonomi daerah. Dimana sebagai daerah yang otonom substansinya menuntut perubahan dalam pengelolaan pendidikan dari yang bersifat sentralistik ke desentralistik. Pergeseran pola sentralisasi ke desentralisasi dalam pendidikan ini merupakan upaya pemberdayaan daerah dan sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan secara berkelanjutan, terarah dan menyeluruh.<br /><br />c. UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas : di nyatakan bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.<br /><br />Sementara itu, agak berbeda dengan landasan-landasan di atas E. Mulyana menegaskan ada tiga landasan teoritis yang mendasari kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yaitu :<br /><br />1) Adanya pergeseran dari pembelajaran kelompok kearah pembelajaran individual.<br /><br />2) Pengembangan konsep belajar tuntas/belajar sebagai penguasaan.<br /><br />3) Pendefinisian kembali terhadap bakat (2003 : 40-41)<br /><br />B. Tujuan Dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)<br /><br />Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) disusun oleh pemerintah, karena pemerintah menyadari bahwa masih banyak kelemahan dan kekuranan dari kurikulum yamg sebelumnya, yakni kurikulum 1994 yang hanya memfokuskan pada penyelesaian materi pelajaran saja, tanpa memperhatikan proses dan hasil dari pembelajaran itu sendiri. Padahal target pemerintah secara umum adalah menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensai yang tinggi, yaitu lulusan yang memiliki kreatifitas, skils, kemandirian, mampu berinovasi serta mampu bersaing dengan masyarakat global.<br /><br />Sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yang secara makro yakni membentuk organisasi pendidikan yang bersifat otonom sehingga mampu melakukan inovasi dalam pendidikan untuk menuju suatu lembaga yang beretika, selalu menggunakan nalar, kemempuan berkomunikasi sosial yang positif dan memiliki sumber daya manusia yang sehat dan tangguh. Maka adanya pengembangan kurikulum ke KBK adalah upaya untuk memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia. Melalui reformasi sekolah dalam dengan partisipasi orang tua, kerjasama dengan dunia Industri, ketentuan pengelolaan sekolah, profesionalisme guru, hadiah, dan hukuman sebagai kontrol dan lain-lain.<br /><br />Selain itu, karena kurikulum pada dasarnya merupakan rencana/program tertulis untuk mencapai tujuan pendidikan dilembaga pendidikan maka KBK bertujuan untuk membantu dalam pencapaian tujuan pendidikan nasional tersebut. Dan melihat dari sejarah pembentukannya jelas bahwa KBK dengan berbagai keunnggulannya bertujuan untuk menyempurnakan kurikulum yang sebelumnya. Sedangkan meninjau dari ranah yang terkandung dalam KBK, maka KBK diharapkan mampu mengembangkan kemampuan anak, bukan hanya aspek kognitif, tetapi sampai pada ranah avektif dan psikomotorik.<br /><br />Dengan demikian, maka tujuan pendidikan nasional secara mikro dapat tercapai, terutama dalam hal pembentukan manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan beretika karena dalam KBK dalam aspek afektifnya menekankan pada kompetensi sebagai berikut; siswa memiliki keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan ajaran agamanya masing-masing, memiliki nilai-nilai etika dan estetika, dan memiliki nilai-nilai demokrasi, toleransi, dan humaniora.<br /><br />Adapun tujuan umum dari kurikulum berbasis kompetensi (KBK) adalah memendirikan atau memperdayakan sekoloah dalam mengembangkan kompetensi yang akan disampaikan kepada peserta didik, sesuai dengan kondisi lingkungan. Dengan otonomi sekolah dapat melakukan pengambilan keputusan secara parsitipatif.<br /><br />C. Karakteristik Kurikulum Berbasis Kompetensi<br /><br />Sesuai dengan tujuan dari kurikulum ini, yaitu adanya keaktifan siswa dalam belajar maka secara lebih lanjut kita dapat mengetahui ciri-ciri KBK adalah sebagai berikut :<br /><br />1) Menekankan pada tercapainya kompetensi siswa (individu dan klasikal)<br /><br />2) Berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman<br /><br />3) Pendekatan dan metode bervariasi<br /><br />4) Multi sumber belajar yang educatif<br /><br />5) Penilaian menekankan pada proses dan hasil dalam upaya pengulasan/pencapaian kompetensi<br /><br />6) Pembelajaran konstruktivistik<br /><br />Selain ciri-ciri tersebut, kurikulum berbasis kompetensi juga mempunyai beberapa karakteristik yang mampu membedakan dengan kurikulum sebelumnya. KBK mempunyai sejumlah kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik, penilaian dilakukan berdasarkan standar khusus sebagai suatu hasil demonstrasi kompetensi yang ditunjukkan oleh peserta didik. Pembelajaran lebih menekankan pada kegiatan individual personal untuk menguasai kompetensi yang dipersyaratkan.<br /><br />Depdiknas (2002) mengemukaan karakteristik kurikulum berbasis Kompetensi adalah sebagai berikut (Mulyasa, 2003:42) :<br /><br />1) Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal.<br /><br />2) Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.<br /><br />3) Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi.<br /><br />4) Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar yang memenuhi unsur educatif.<br /><br />5) Penilaian mnekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.<br /><br />Secara umum, karakteristik kurikulum berbasis kompetensi meliputi enam hal, yaitu :<br /><br />1) Sistem belajar dengan modul. Tujuan dari sistem modul ini adalah untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran di sekolah. Keunggulan pembelajaran dengan sistem modul adalah adanya kontrol terhadap hasil belajar, berfokus pada kemampuan individu, dan relevansi kurikulum ditunjukkan dengan adanya tujuan dan cara pencapaiannya.<br /><br />2) Menggunakan keseluruhan sumber belajar. Sumber belajar merupakan segala sesuatu yang dapat memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk memperoleh informasi, pengetahuan, pegalaman, dan keterampilan dalam proses bealajar. Sumber belajar dapat berrupa manusia, bahan, lungkungan, alat dan peralatan, serta aktivitas.<br /><br />3) Pengalaman lapangan. Pengalamamn lapangan ini untuk menumbuhkan komunikasi antara guru dengan murid. Pengalaman lapangan dapat secara sistematis melibatkan masyarakat dalam pengembangan program, aktivitas, dan evaluasi pembelajaran.<br /><br />4) Strategi belajar individual personal. Tujuannya adalah agar siswa mampu belajar mandiri. Belajar individual adalah belajar berdasarkan tempo belajar peserta didik, sedangkan belajar personal adalah interaksi educatif berdasarkan keunikaan peserta didik seperti minat, bakat, dan kemampuan.<br /><br />5) Kemudahan belajar. Kemudahan ini diberikan melalui perpaduan antara pembelajaran individual personal dengan pengalaman lapangan, dan pembelajaran secara tim.<br /><br />6) Belajar tuntas. Agar semua peserta didik memperoleh hasil yang maksimal, maka pembelajaran harus dilakukan dengan sistematis, yang akan tercermin dari strategis yang dilakukan terutama dalam mengorganisasi tujuan dan baha ajar, melaksanakan evaluasi dan memberikan bimbingan terhadap peserta didik yang gagal mencapai tujuan.<br /><br />D. Asumsi dasar Diterapkannya KBK<br /><br />Kurikulum berbasis kompetensi merupakan program pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan. Selain itu, KBK diterapkan sebagai acuan bagi pelaksanaan pendidikan untuk mengembangkan berbagai aspek pendidikan dalam seluruh jenjang pendidikan dan jalur pendidikan khususnya pendidikan di sekolah. Dalam kurikulum ini, terdapat asumsi yang menjadi parameter untuk menentukan tujuan dan kompetensi yang khusus.<br /><br />Dalam kurikulum berbasis kompetensi, ada tujuh asumsi yang mendasarinya, yaitu :<br /><br />1) Banyaknya sekolah yang memiliki sedikit guru profesional dan tidak mampu melakukan proses pembelajaran secara optimal. Oleh karena itu, penigkatan profesionalisme guru sangat diperlukan.<br /><br />2) Banyak sekolah yang hanya mengoleksi sejumlah mata pelajaran dan pengalaman, sehingga mengajar diartikan sebagai kegiatan mengakji materi yang tedapat dalam setiap mata pelajaran.<br /><br />3) Peserta didik bukanlah kertas putih yang dapat seenaknya diberikan warna atau ditulisi oleh guru, tapi peserta didik mempunyai potensi yang perlu dikembagkan. Pengembangan tersebut harus mampu mendorong peserta didik belajar bagaiman belajar (learning how to learn), serta menghubungkan kemampuan yang dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari.<br /><br />4) Peserta didik memiliki potensi atau kemampuan yang berbeda dan bervariasi, serta memiliki tingakatan yang berbeda pula dalam menyikapi sesuatu hal yang baru.<br /><br />5) Pendidikan berfungsi mengondisikan lingkungan untuk membantu peserta didik mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya secara optimal.<br /><br />6) Kurikulum sebagai rencana pembelajaran harus berisi kompetensi-kompetensi potensial yang tersusun secara sistematis, sebagai jabaran dari seluruh aspek kepribadian peserta didik yang mencerminka keterampilan yang dapat diterapkan dalam kehidupan.<br /><br />7) Kurikulum sebagai proses pembelajaran harus menyediakan berbagai kemungkinan kepada seluruh peserta didik untuk mengembangkan berbagai potensi secara optimal.<br /><br />BAB III<br /><br />PENUTUP<br /><br />A. Kesimpulan<br /><br />KBK adalah seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi, dan hasil belajar yang harus dicapai oleh siswa. Landasan teoritis yang mendasari KBK yaitu adanya pergeseran dari pembelajaran kelompok kearah pembelajaran individual, pengembangan konsep belajar tuntas/belajar sebagai penguasaan dan pendefinisian kembali terhadap bakat.<br /><br />Adapun tujuan umum dari KBK adalah memandirikan atau memperdayakan sekolah dalam mengembangkan kompetensi yang akan disampaikan kepada peserta didik, sesuai dengan kondisi lingkungan. Secara umum, karakteristik KBK meliputi sistem belajar dengan modul, menggunakan keseluruhan sumber belajar, pengalaman lapangan, pengalamamn lapangan ini untuk menumbuhkan komunikasi antara guru dengan murid, strategi belajar individual personal, kemudahan belajar dan belajar dengan tuntas. Dalam kurikulum ini, terdapat asumsi yang menjadi parameter untuk menentukan tujuan dan kompetensi yang khusus.<br /><br />B. Saran<br /><br />Untuk keberhasilan K B K, perlunya ditingkatkan optimalisasi pengelolaan sumber daya, perbaikan mutu pendidikan, dan peningkatan kompetensi guru. Dengan mengidentifikasi, merancang, membuat, dan menggunakan alat peraga pembelajaran<br /><br />serta melatih dan mengembangkan metode mengajar dengan model-model pembelajaran yang mendidik, interaktif, dan menyenangkan. Untuk keberhasilan pencapaian belajar, dituntut kemitraan dan tanggung jawab bersama dari peserta didik, guru, sekolah, orangtua dan masyarakat.<br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br /><br />Anonim. 2008. “Konsep KBK”. http://mycoursedesign.files.wordpress.com. (Diakses 23 Mei 2008).<br /><br />Anonim. 2008. “Beberapa Catatan Pelaksanaan Kurikulum Berbasis (Kbk) di Lingkungan PTAI”. http://www.ditpertais.net/swara/warta18-04.asp. (Diakses 23 Mei 2008).<br /><br />Anonim. 2008. ”Kurikulm 2004= KBK”. www.google.co.id. (Diakses 23 Mei 2003).<br /><br />E. Mulyana. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.nur salamahhttp://www.blogger.com/profile/01528666921087484487noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3809907291128493571.post-82289051363952837062010-04-29T19:14:00.000-07:002010-04-29T19:15:24.662-07:00PENGGUNAAN BAHASA PERS DALAM MEDIA MASSABAB I<br /><br />PENDAHULUAN<br /><br />A. Latar Belakang Masalah<br /><br />Pers menjadi proses mediasi antara masyarakat dengan dunia. Pers diproses oleh jurnalisme untuk punya daya persuasi. Jurnalisme memprosesnya melalui tata cara mencari dan menyebarkan informasi. Jurnalisme selalu mengembangkan teknik peliputan dan pendistribusian pesan sesuai dangan kultur masyarakat. Pada proses pengembangannya, perancangan informasi mendorong kelahiran fenomena bahasa pers. Bahasa pers menjadi suatu alat. Bahasa, di dalam kehidupan jurnalistik tidak lagi sekedar sarana pengantar pesan melainkan menjadi daya dorong lain. Dalam perkembangannya mempengaruhi kegiatan pers sampai ke pengepingan realitas peristiwa berita.<br /><br />Tata nilai dan norma bahasa jurnalistik menjadi kelembagaan yang unik dan bila dipolakan, menginduksi wacana masyarakat ketika menempatkan perspektif atas realitas. Jurnalistik membuat media menjadi institusi bahasa. Joshua Meyrowitz (dalam Littlejohn, 2002) mengilustrasikan metaphor-metafor media menancapkan pengaruh di masyarakat. Lewat bahasa, media menjadi penerjemah kita dalam mengonstruksi pengalaman social dan “tanda-tanda akhir” berbagai instruksi dan arahan social. Oleh karena itu, model-model teori komunikasi massa mengembangkan media content and structure. McLuhan dan Harold Adams Innis (dalam Littllejohn, 2002) mengolah arahan struktur media yang menekankan pengiriman komuniakasi dan upaya pengkodingan. Dengan bahasa lain, bahasa jurnalistik diproses pers. Artikulasi industrialisme masyarakat ditaksir. Terus diusahaklan menjadi alat hubungan social (Bittner, 1986).<br /><br />Sudah sejak beberapa lama timbul keluh kesah di sana-sini diantara para pemerhati bahasa mengenai betapa semakin rusaknya pemakaian bahasa Indonesia dewasa ini. Ditambah lagi posisi bahasa Indonesia adalah terbuka, dalam artian membari peluang bahasa-bahasa lain terserap dalam bahasa ini. Sehingga hal ini menambah rusaknya pemakaian bahasa Indonesia oleh masyarakat kita. Dari situlah timbullah suatu pemikiran bahwa diperlukan pembinaan pemakaian bahasa. Hal ini merupakan suatu tugas yang berat bagi para Pembina bahasa, yang di dalamnya termasuk para guru, penulis, penyiar, wartawan, dll. Selain itu, pers juga mempunyai pengaruh yang besar dalam proses ini.<br /><br />Dapat kita ketahui bahwa masyarakat dewasa ini selalu haus akan informasi apalagi era globalisasi seperti ini, yang secara tidak langsung menuntut masyarakat untuik selalu update jika tidak mau tertinggal. Dan pers merupakan salah satu media yang dapat memberikan pemenuhan kebutuhan tersebut. Sehingga tidak heran jika perkembangan dunia pers pun selalu berkembang pesat. Melalui bahasa yang disajikan dalam surat kabar sedikit banyak memberikan pengaruh dalam proses pembinaan dan pengembangan pemakaian bahasa. Pers di sini lebih dimaksudkan pada pekerjanya yaitu wartawan yang berkedudukan sebagai model pemakai bahasa yang akan dicontoh atau ditiru oleh masyarakat pembacanya. Surat kabar didukung oleh wartawan-wartawan yang memandang waktu itu serba berharga. Untuk mengejar keaktualan berita tidak jarang wartawan bergerak cepat, menulis karangannya dengan cepat pula. Dari situ timbullah kesalahan pemakaian bahasa surat kabar. Hal inilah yang nantinya akan penulis bahas dalam makalah ini, yaitu mengenai penggunaan bahasa pers dalam madia massa.<br /><br />B. Perumusan Masalah<br /><br />Sesuai dengan latar belakang masalah tersebut, maka dapat ditemukan masalah-masalah yang akan dibahas dalam makalah ini:<br /><br /> 1. Kekeliruan apa sajakah yang terdapat pada pemakaian bahasa Indonesia?<br /> 2. Apa yang mempengaruhi ketidaksempurnaan dalam penggunaan bahasa jurnalistik (bahasa pers) yang baik dan benar?<br /> 3. Hal-hal apa sajakah yang bisa dipertimbangkan untuk peningkatan kualitas berbahasa jurnalistik yang baik dan benar?<br /><br />C. Tujuan Penulisan<br /><br />Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka dapat dipaparkan mengenai tujuan penulisan makalah ini adalah :<br /><br /> 1. Untuk mengetahui kekeliruan apa sajakah yang terdapat pada pemakaian bahasa Indonesia.<br /> 2. Untuk mengetahui beberapa hal yang mempengaruhi ketidaksempurnaan dalam penggunaan bahasa jurnalistik (bahasa pers) yang baik dan benar.<br /> 3. Untuk mengetahui hal-hal yang bisa dipertimbangkan untuk peningkatan kualitas berbahasa jurnalistik yang baik dan benar.<br /><br />BAB II<br /><br />LANDASAN TEORI<br /><br /> 1. Pengertian Bahasa<br /><br />Bahasa merupakan sarana komunikasi manusia yang utama. Agar komunikasi dapat berjalan dengan lancar, para pemakai bahasa harus menggunakan bahasa itu sedemikian rupa sehingga diantara pemakai bahasa terdapat pengertian yang sama. Ada beberapa pendapat mengenai pengertian bahasa, berikut beberapa pendapat tersebut :<br /><br />a. Pengertian bahasa menurut Finocchiaro (1946:8)<br /><br />· Bahasa adalah sistem simbol vokal yang memungkinkan semua orang dalam suatu kebudayaan tertentu, atau orang lain yang mempelajari sistem kebudayaan itu, berkomunikasi atau berinteraksi.<br /><br />b. Pengertian bahasa Kridalaksana dalam Kentjono (1982:2)<br /><br />· Bahasa dalam sistem lambang bunyi yang arbitrar yang dipergunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidantifikasi diri.<br /><br />c. Pengertian bahasa menurut Carrol (1961:10)<br /><br />· Bahasa adalah sistem bunyi atau urutan bunyi vokal yang terstruktur yangt digunakan, atau dapat digunakan, dalam komunikasi interpersonal oleh sekelompok manusia dan secara lengkap digunakan untuk mengungkapkan sesuatu, peristiwa, dan proses yang terdapat di sekitar manusia.<br /><br />Sedangkan dalam KBBI (2003:67), menyebutkan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasi diri, percakapan (perkataan yang baik, sopan santun).<br /><br /> 2. Pengertian dan Fungsi Pers<br /><br />Pers adalah lembaga sosial tau lembaga kemasyarakatan yang merupakan subsistem dari sistem pemerintahan di negara dimana ia beroperasi bersama-sama dengan subsistem lainnya.<br /><br />Pengertian pers dalam arti sempit adalah media massa cetak seperti surat kabar, majalah, tabloid, dan sebagainya. Sedangkan dalam arti luas pers adalah media massa cetak elektonik, antara lain radio siaran dan televisi siaran, sebagai madia yang menyiarkan karya jurnalistik.<br /><br />Fungsi Pers :<br /><br />1. Fungsi menyiarkan informasi<br /><br />2. Fungsi mendidik<br /><br />3. Fungsi menghibur<br /><br />4. Fungsi mempengaruhi<br /><br /> 3. Bahasa dalam Dunia Pers<br /><br />Bahasa yang digunakan oelh wartawan disebut bahsa pers atau bahasa jkurnalistik sebagai salah satu ragam bahasa nasional (dalam hal ini adalah bahasa Indonesia). Dilihat dari pokok pembicaraannya, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka, 2002) membagi ragam bahsa menjadi empat golongan yakni:<br /><br />1) Ragam bahasa undang-undang<br /><br />2) Ragam bahasa jurnalistik<br /><br />3) Ragam bahasa inlmiah<br /><br />4) Ragam bahasa sastra.<br /><br />Bahasa pers memiliki sifat-sifat khas seperti singkat, padat, sederhana, jelas, lugas dan menarik. Bahasa berita ialah bahasa komoditas yang memiliki nilai tukar simbolik dan ekonomi. Nilai tukar simboliknya mengacu pada unsur-unsur komponen isi berita seperti akurat, seimbang, obyektif, singkat dan jelas, aktual. Juga atributif, verifikasi, selektif dan tanggung jawab.<br /><br />Oerkembangn bahasa jkurnalistik Indonesia dalam empat dekade terakhir ini cukup pesat. Banyak istilah-istilah muncul, seperti dari yang awalnya menggunakan bahasa asing kini sudah ada istilahnya yang baru dalam wujud Bahasa Indonesia. Menurut sejarah perkembangannya, daftar kosakata Bahasa Indonesia diperkaya dengan tiga cara:<br /><br />1) Melalui peminjaman bahasa asing (banyak meminjam dari Bahasa Portugis, Belanda, Cina dan Arab)<br /><br />2) Melalui peminjaman bahasa dialek Betawi yang banyak mempengaruhi Bahasa Indonesia<br /><br />3) Melalui dari peminjaman bahasa pergaulan.<br /><br />Dalam usaha memperkaya bahasa melalui peminjaman dari dialek dan bahasa pergaulan ini, pers ikut berjasa dalam mempopulerkan bahasa tersebut yang akhirnya menjadi bagian dari bahasa nasional.<br /><br />Dalam sejarahnya, pers muncul sebagai salah satu institusi penginspirasi kesadaran sebuah nation keindonesiaan telah turut mendorong masyarakat untuk menyatukan diri ke dalam sebuah sistem politik yang solid berdasarkan konsep kebangsaan. Realitas kolonial Hindia Belanda telah meletakkan pers Indonesia pada awal embrionya menstimulasi rangkaian pergerakan Indonesia. Taufik Abdullah (1991) dalam sebuah telaah pendek mencatat bagaimana penggunaan bahasa jurnalistik telah ikut menumbuhkan kesadaran awal nasionalisme. Masyarakat diajak untuk mulai melakukan dan meretas penciptaan kesadaran yang tertuju pada pembuatan jaringan kultural atau politik dalam satuan komunitas kesatuan suku bangsa. Sebagaimana bunyi salah satu Sumpah Pemuda 1928 ”Berbahasa Satu Bahasa Indonesia”. Bahasa telah dipergunakan pers Indonesia sebagai penyebaran kesadaran politis berbangsa dan bernegara.<br /><br />Pers secara fulgar berarti usaha percetakan dan penerbitan (KBBI, 2003:376). Dewasa ini pers diartikan dengan media massa, dunia bersurat kabaran. Bahasa tulis merupakan komponen utama dalam pers, karena memang informasi yang dikemas di dalamnya merupakan bahasa tulis. Bahasa yang dipakai dalam surat kabar berbeda dengan bahasa yang dipakai dalam buku kesusastraan yang memperhatikan unsur keindahan di dalamnya. Keindahan tidak perlu di dalam bahasa wartawan yang di sini berkedudukan sebagai pekerja pers. Bagi wartawan bahasa adalah pengantar berita. Untuk melaksanakan pekerjaannya itu sudah cukup jika bahasanya sudah mengandung berita yang akan disampaikan kepada para pembacanya. Bagi mereka cepat dan tepat adalah pedoman soal bahasa (Drs. RB. Slametmuljana cs, Ragam Bahasa Indonesia). Dapat disimpulkan bahwa bahasa wartawan itu praktis.<br /><br />BAB III<br /><br />PEMBAHASAN<br /><br />1. Kekeliruan yang terdapat pada Pemakaian Bahasa Indonesia.<br /><br />Sugihasti (2003) memberikan beberapa contoh kekeliruan pemakaian bahasa Indonesia dalam bahasa jurnalistik yaitu<br /><br />1) Masih ditemui tulisan yang belum secara konsekuen menggunakan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Kesalahan paling menonjol dalam surat kabar adalah kesalahan ejaan.<br /><br />2) Semakin merebaknya penggunaan akronim dan singkatan yang dinilai berlebihan.<br /><br />3) Masih ada penghilangan imbuhan, bentuk awal atau prefiks.<br /><br />4) Masih banyak digunakan ungkapan klise atau stereotipe dalam transisi berita seperti kata-kata : sementara itu, dapat ditambahkan bahkan, perlu diketahui dalam rangka, selanjutnya dan lain-lain.<br /><br />5) Masih didapati kata-kata mubazir seperti : adalah (kata kerja kopula), telah (petunjuk masa lampau), untuk (sebagai terjemaf of dalam hubungan milik), bahwa (sebagai kata sambung) dan bentuk jamak yang tidak perlu diulang.<br /><br />A Chaedar Alwasih (2002) menilai adanua kesalahan pengguanaan bahasa jurnalistik yang baik dan benar juga dipengaruhi oleh dimensi sosial politik dari media massa. Menurutnya, ada bebera papraktik bahasa yang sengaja dimainkan oleh wartawan dengan alasan teknis dan politis, seperti ekonomi, efimisme, iklan dan wacana opini.<br /><br />1) Akronim yaitu makna yang kompleks dibahasakan dalam simbol yang singkat sehingga terjadi pengaburan makna dan sulit dicerna khalayak. Misal Sekwilda = Sekitar Wilayah Dada, Sekretaris Wilayah Daerah.<br /><br />2) Efimisme yaitu ujaran enak bagi pendengaran namun tidak enak bagi penalaran, seperti desa tertiggal = miskin, rawan pangan = kelaparan, tak sesuai rencana = penyelewengan, dan lainnya. Juga kata-kata bernuansa wah seperti Jakarta Convention Center, Shopping Center.<br /><br />3) Iklan, karena sebagai pertuturan yang bisa mengacaukan bahasa, menumbuhkan sifat konsumtif, menghidupkan angan-angan. Mengapa? Karena iklan diedit untuk tujuan tertentu, kaya dengan nuansa dan memikat perhatian, melibatkan pembaca (pendengar), dan bukan rahasia dan diungkapkan dengan sederhana (O;Neill, 1986).<br /><br />4) Wacana opini yaitu tajuk rencana, artikel (kolom opini) dan surat pmbaca.<br /><br />Hal senada juga diakui oleh kalangan jurnalis sendiri seperti yang tertuang dalam ”10 Pedoman Pemakaian Bahasa dalam Pers Persatuan Wartawan Indonesia (PWI)”. Pasal pertama (1) menyebut ”Wartawan hendaknya secara konsekuen melaksanakan Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia Yang Dsempurnakan (EYD). Hal ini juga harus diperhatikan oleh para korektor karena kesalahan paling menonjol dalam surat kabar sekarang ialah kesalahan ejaan”.<br /><br />2. Beberapa Hal yang Mempengaruhi Ketidaksempurnaan dalam Penggunaan Bahasa Jurnalistik (Bahasa Pers) yang Baik dan Benar.<br /><br />Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusmaraningrat (2006) menyebut setidaknya ada beberapa hal yang mempengaruhinya, yaitu<br /><br />1) Menulis di bawah tekanan waktu. Kecepatan merupakan salah satu keharusan dalam memproduksi karya jurnalistik, baik dalam hal cara menyampakain informasi maupun dalam penulisan karena dikejar tenggat waktu (deadline). Penulis berita tidak punya waktu dalam memoles tulisannya agar benar-benar sempurna. Karya jurnalistik memang ditulis dengan tergesa-gesa. Journalism is story in a hurry, jurnalisme adalah sejarah yang (ditulis) tergesa-gesa.<br /><br />2) Kemasabodohan dan kecerobohan, yakni kemalasan berpikir, mencari dan menempatkan kata atau istilah secara baik dan benar. Kondisi ini menimbulkan sikap masa bodoh yang berakibat pada kecerobohan. Tidak ada penyegaran dalam produksi pesan berita.<br /><br />3) Tidak mau mengikuti petunjuk, yakni petunjuk dalam menggunakan bahasa tertulis adalah tata bahasa, kamus, dan pedoman Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) serta 10 Pedoman Pemakaian Bahasa dalam Pers.<br /><br />4) Ikut-ikutan, yakni mengikuti istilah yang sedang menjadi tren terutama diucapkan oleh tokoh terkenal tertentu. Ikut-ikutan tidak dilarang tetapi jika dilakukan terlalu sering, maka ”pesona”-nya menjadi lenyap dan tidak menarik.<br /><br />5) Merusak arti, yakni tidak tepat memilih kata untuk kalimat yang dibuat. Misal kata meninju diganti dengan kata memukul.<br /><br />6) Belum optimalnya wawasan pekerja pers (khususnya wartawan, redaktur, editora) dalam mengikuti dan memahami penggunaan bahasa jurnalistik yang baik dan benar. Termasuk di dalamnya ini adalah kosakata berbahasa Indonesia yang baik dan benar.<br /><br />7) Kebutuhan institusi pers bersangkutan. Biasanya media massa akan cepat mengambil kata populer di masyarakat lalu mengadaptasi kata-kata itu untuk membuat sebuah berita menarik.<br /><br />8) Penyesuaian dengan gaya media massa bersangkutan. Selain sebagai kekhasan diri, gaya antarmedia massa yang berlainan juga terkait faktor kompetisi bisnis.<br /><br />Lippman (dalam Septiaman Santana K, 2005) menguraikan kerentanan kesalahan pemberitaan itu (termasuk dalam teknis pembahasan) disebabkan metafor bahasa-bahasa berita kerap kena sensor, bersifat buyektif, dihalangi kekerasan fisik, menghadapi rintangan sosial, tidak diperdulikan, dipakai dengan kemiskinan bahasa, mengalami gangguan dan ketidaksabaran.<br /><br />3. Beberapa Hal yang Bisa Dipertimbangkan Untuk Peningkatan Kualitas Berbahasa Jurnalistik yang Baik dan Benar.<br /><br />1) Penyesuaian gaya bahasa khas institusi pers sesuai dengan aturan yang berlaku. Artinya institusi penerbitan pers dituntut beradaptasi atas tata baku aturan kebahasaan yang berlaku. Namun, institusi pers harus tetap diberi ruang terbuka dalam mengejawantahkan kekhasan penggunaan bahasa persnya tanpa harus menabrak aturan yang disepakati.<br /><br />2) Perlunya pembinaan kontinu dan dinamis bagi pekerja pers terutama pihak yang langsung bersentuhan dengan pemproduksian berita, seperti wartawan, redaktur dan editor. Semakin mereka menguasai pengguanaan bahasa pers yang baik dan benar, maka semakin kecil pula tingkat kekeliruan perihal kebahasaan hasil karya jurnalistik yang diproduksi.<br /><br />3) Perlunya pengkajian secara kontinu pengguanaan bahasa jurnalistik yang baik dan benar sesuai dengan arus perkembangan zaman, terutama oleh konstitusi yang berkompeten seperti Depkominfo, Dewan Pers Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dan lainnya. Era terus bergulir den ragam situasi kondisi terus berkembang. Sehingga diperlukan penyesuaian yang proporsional pula.<br /><br />4) Perlunya pertisipasi aktif dari masyarakat dalam memberikan masukan konstruktif bagi pengembangan dan pengguanaan bahasa jurnalistik yang baik dan benar. UU RI No 40/1999 (Pasal 17) menyebutkan masyarakat dapat berperan serta memantau dan melaporkan analisis kekeliruan teknis pemberitaan yang dilakukan pers. Masyarakat juga bisa menyampaikan usulan dan saran kepada Dewan Pers dalam rangka menjaga dan meningkatkan kualitas pers nasional. UU RI No 32/2002 tentang Penyiaran (Pasal 52) menyebutkan masyaraat dapat mengajukan keberatan terhadap program dan atau isi siaran yang merugikan. Dunia pers dan masyarakat harus saling sinergis untuk bisa menghasilkan karya pers yang berkualitas.<br /><br />5) Perlunya penegakan aturan yang jelas dan tegas atas pelanggaran yang dilakukan oleh institusi pers. Penegakan aturan ini diterapkan oleh internal institusi pers maupun institusi berwenang lain. Tentunya sanksi yang diberiakn sesuai dengan tingkatan pelanggaran yang dilakukan (proporsional), khususnya penegakan aturan untuk kasus-kasus yang menyangkut moralitas berbahasa.<br /><br />6) Dan lain-lain.<br /><br />BAB IV<br /><br />PENUTUP<br /><br />A. Kesimpulan<br /><br />Pers mempunyai peran yang sangat besar dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Dewasa ini, pers mempunyai peranan yang sangat signifikan dalam bahasa Indonesia, karena pers tidak lepas dari pemakaian bahasa pada umumnya . akan tetapi dalam dunia pers juga terdapat beberapa kesalahan yang sangat merugikan dalam pembelajaran bahasa Indonesia yang baik dan benar.<br /><br />Dalam dunia pers banyak terdapat pengaruh baik dari bahasa asing maupun bahasa daerah. Hal tersebut sebenarnya bukan sepenuhnya kesalahan dunia pers di Indonesia. Akan tetapi lebih baik bila hal itu dapat diminimalisasikan.<br /><br />Diharapkan dengan meminimalisasikan kesalahan, peran pers dalam bahas Indonesia terutama dalam pembelajaran bahasa Indonesia akan semakin besar dan dapat terarah sebagaimana yang diinginkan dan dicita-citakan.<br /><br />B. Saran<br /><br />Pers sebaiknya tidak menelan mentah-mentah dalam mengambil berita. Hal ini agar kutipan langsung dapat berubah menjadi kutipan tidak langsung, untuk meminimalisasikan penggunaan kata-kata yang tidak sesuai dengan EYD.<br /><br />Sebisa mungkin dunia pers menggunakan bahasa Indonesia daripada bahasa asing dan daerah, atau bila tidak sebaiknya mencari padanan kata dalam bahasa Indonesia.<br /><br />Editor sebaiknya bekerja lebih profesional lagi agar kata dan kalimat dalam bahasa pers tidak lagi ada kontaminasi dan maksa rancu.<br /><br />Lepas dari kekurangan yang ada dalam transformasi kebahasaan jurnalistik kebahasaan jurnalistik yang berkembang, eksistensi pers Indonesia adalah sebuah realitas sekaligus potensi yang sangat potensial dalam ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa. Terlebih saat ini adalah era globalisasi. Futurolog Marshal McLuhan mengkosmologikan era global ibarat global village, kampung global. Media membuat jutaan orang bisa ”melihat dunia” secara langsung, serentak dan secara massif. Karena jika kita kurang/tidak memberikan ruang yang cukup untuk mengakses informasi, maka kita akan tetap ketinggalan kereta peradaban. Kekurangan yang ada jangan dihakimi sebagai malapetaka zaman, melainkan hendaknya dapat dilihat secara arif bijaksana sebagai bagian proses diri menuju kondisi lebih baik. Dunia beserta isinya tiada yang sempurna dan tidak akan bisa sempurna. Namun, ikhtiar menuju penyempurnaan karya bukanlah hal mustahil bisa dilakukan.<br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br /><br />Anonim. 2007. ”Karakteristik Siaran Pers”. http://romeltea.wordpress.com/2007/08/25/pr_writing/.(Diakses 23 Februari 2008).<br /><br />I.G.N.Oka. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Depdikbud.<br /><br />Kunardi Hardjoprawiro. 2005. Pembinaan Pemakaian Bahasa Indonesia. Surakarta: UNS Press.<br /><br />Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemem Pendidikan dan Kebudayaan. 1989. Politik Bahasa Nasional. Jakarta : PN Balai Pustaka.<br /><br />Sri Herwindya Baskara Wijaya. 2007. ”Mengrling Bahasa Jurnalistik Media Massa”. SOLOPOS, Edisi 5 November 2007.<br /><br />Yakub Nasucha. 2003. ”Perpaduan Pembelajaran Bahasa dan Sastra”. Kajian Linguistik dan Sastra, vol. 15, No. 29, 2003nur salamahhttp://www.blogger.com/profile/01528666921087484487noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3809907291128493571.post-71926005981528102962010-04-29T18:46:00.000-07:002010-04-29T19:11:56.765-07:00PACARAN REMAJAPACARAN DI KALANGAN REMAJA SEKARANG<br /><br />BAB I<br /><br />PENDAHULUAN<br /><br /> 1. Latar Belakang<br /><br />Masa remaja adalah masa yang indah. Banyak hal yang terjadi pada masa transisi remaja dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Satu proses masa yang semua anak manusia telah, sedang dan akan teradi dalam sebuah proses tumbuh kembang remaja. Dunia remaja memang unik, sejuta peristiwa terjadi dan sering diciptakan dengan ide-ide cemerlang dan positif.<br /><br />Namun demikian tidak sedikit juga hal-hal negatif yang terjadi. Salah satu hal yang menarik dan terjadi dalam dunia remaja adalah trend pacaran yang digemari sebagian remaja walau tidak sedikit juga orang dewasa gemar melakukannya. Bahkan ada rumor yang menarik, bahwasanya bila ada remaja yang belum punya pacar berarti belum mempunyai identitas diriyang lengkap.<br /><br />Memang tidak dapat dipungkiri bila pacaran merupakan fenomena tersendiri dikalangan remaja. Dan kalaupun dicari satu definisi tersendiri pacaran maka akan sulit. Sebagian ada yang mendifinisikan pacaran adalah ajang dariuntuk mendapatkan kepuasan libido seksual, atau pacaran hanya sebagai label ”saya punya pacar dan dapat mendongkrak percaya diri”. Ataukah pacaran adalah suatu hal yang penring karena dengan pacaran kita punya seseorang yang bisa membantu kita dalam mengatasi persoalan hidup dan untuk definisi pacaran tentu akan ada banyak yang lainnya.<br /><br /> 2. Rumusan Masalah<br /><br />Adapun yang dibahas dalam makalah ini adalah:<br /><br />1. Mengapa pacaran?<br /><br />2. Bagaimana gaya pacaran remaja sekarang?<br /><br />3. Apa dampak dari pacaran?<br /><br />4. Apa pengaruhnya terhadap sikap remaja kepada orang tua?<br /><br />5. Bagaimanakah tahapan pacaran?<br /><br />6. Apa upaya yang dapat dilakukan terhadap persoalan ini?<br /><br />7. Bagaimana pacaran yang sehat dan bertanggung jawab?<br /><br /> 3. Tujuan Penulisan<br /><br />Setelah mempelajari makalah ini diharapkan:<br /><br />1. Dapat mengetahui penyebab dari pacaran;<br /><br />2. Dapat memahami gaya pacaran remaja sekarang;<br /><br />3. Dapat mempelajari dampak yang ditimbulkan dari pacaran;<br /><br />4. Dapat menjelaskan pengaruh pacaran terhadap sikap remaja kepada orang tua;<br /><br />5. Dapat mengetahui tahapan dalam pacaran.<br /><br />6. Upaya yang dapat dilakukan terhadap persoalan ini.<br /><br />7. Dapat mengetahui pacaran yang sehat dan bertanggung jawab.<br /><br />BAB II<br /><br />PEMBAHASAN<br /><br /> 1. Penyebab Dari Pacaran<br /><br />Awal dari pacaran bermula ketika remaja masuk dalam tahap pubertas. Istilah pubertas berasal dari bahasa latin yang artinya rambut. Pubertas adalah munculnya rambut didaerah genetalia (2002:20).<br /><br />Bila dilihat dari sudut pandang biologis. Pubertas diawali dengan adanya tanda-tanda kelamin sekunder yang akan membedakan remaja putra dan remaja putri. Menurut Cole dalam Warkitri dan kawan-kawan (2002:21), tanda-tanda tersebut adalah :<br /><br />a. Tumbuh rambut dibeberapa tempat.<br /><br />b. Pada anak putra tumbuh jakun, sedangkan putri tumbuh buah dada.<br /><br />c. Suara pada anak putra merendah, sedangkan anak putri meninggi.<br /><br />d. Pada anak putra bahu, dada bidang, sedangkan putri adalah pinggul.<br /><br />e. Otot pada anak putra kelihatan besar.<br /><br />f. Mulai berfungsi kelenjar keringat.<br /><br />Selain tanda kelamin sekunder terdapat pula tanda kelamin tertier (remaja putri cenderung feminin dan remaja putra cenderung jantan).<br /><br />Dari tanda-tanda inilah yang menyebabkan seorang remaja tertarik dengan kawan sejenisnya. Pada masa pra pubertas relasi bersifat homoseksual yang kemudian pada masa pubertas relasi bersifat heteroseksual. Pada masa heteroseksual secara cepat/lambat remaja akan menemukan cinta yang sebenarnya.<br /><br />Bila ditinjau secara umum remaja jatuh cinta kepada lawan jenis karena beberapa hal antara lain:<br /><br />a. karakter<br /><br />b. fisik<br /><br />c. agama<br /><br />d. harta<br /><br />e. perhatian yang diberikan<br /><br />Kelley dalam Burhan Shadiq membagi cinta menjadi tiga macam yaitu :<br /><br />a. Cinta nafsu<br /><br />Cinta jenis ini cenderumg tak terkontrol karena hubungan antara dua orang yang dikuasai oleh emosi.<br /><br />b. Cinta pragmatis<br /><br />Cinta jenis ini cenderung dapat mengontrol perasaan<br /><br />c. Cinta atruistik<br /><br />Cinta yang disertai kasih sayang yang tak terbatas. Misalnya cinta seorang ibu kepada anaknya.(2007:35).<br /><br /> 2. Gaya Pacaran remaja Sekarang<br /><br />Adanya libido seksualitas yang diberikan Tuhan kepada manusia salah satunya adalah remaja, harus dikelola dengan baik dan benar.<br /><br />Satu sisi kenyataan dalam gaya pacaran remaja menjadikan kasus seksualitas semakin meningkat. Adanya libido seksualitas yang diberikan ALLAH SWT yang tidak mampu di kelola remaja secara benar dan pada saat yang seharusnya dilakukan, hal ini sering menyebabkan kekeliruan yang fatal. Gaya pacaran kearah yang negatif seperti kissing, mkeneki’, petting dan intercourse menjadi beberapa gaya pacaran remaja awal, pertengahan dan remaja dewasa sekarang ini. Sebagaian remaja tidak tahu dari efek yang dilakukan karena minimnya informasi tentang pendidikan seksualitas sesuai dengan kultur budaya dan religius. Tapi, ada juga remaja yang tahu efek dari gaya pacaran yang negatif seperti gaya pacaran foto close up dan kurang peduli dengan akibat yang akan terjadi. Kalau boleh diistilahkan dengan kata pacaran tidak sehat. Hal ini tentu banyak efek negatifnya. Misalnya saja saat pacaran, tentunya remaja punya banyak keinginan yang belum boleh dilakukan dimasa remaja. Keinginan itu bisa berbentuk berpegangan tangan, mencium dahi yang komom katanya sich sebagai tanda kasih sayang. Tapi kadang kala ciuman didahi bisa berlanjut kearah yang lebih jauh. Bagaikan berenang di air yang deras lama-lama juga terseret arus.<br /><br />Sama halnya dengan ciuman-ciuman yang dilakukan oleh remaja. Dari dahi menuju ke pipi dari pipi berlanjut ke bibir dari bibir berlanjut ke leher dari leher berlanjut ke sekwilda ( sekitar wilayah dada) dan ini yang disebut dengan pacaran foto close up dan selanjutnya bisa terjadi aktifitas yang lebih jauh, bahkan bisa jadi sampai ke gaya pacaran foto post card (melakukan hubungan seksualitas) dikalangan remaja.<br /><br /> 3. Dampak Dari Pacaran<br /><br />Gaya pacaran para remaja zaman sekarang yang cenderung tidak sehat, memiliki banyak sekali dampak negatif antara lain:<br /><br /> 1. Meningkatnya tingkat aborsi <br /><br />Bila seorang remaja putri pacaran dan dia terlanjur hamil akan teteapi kekasihnya tidak mau bertanggung jawab maka jalan yang ia tempuh adalah aborsi (menggugurkan kandungan). Zinanya saja sudah dosa besar, sekarang dia malah membunuh nyawa yang tidak berdosa.<br /><br /> 2. Meningkatnya tingkat kematian wanita.<br /><br />Hasil dari gaya pacaran yang tidak sehat salah satunya adalah kematian. Karena aborsi yang dilakukan oleh para remaja biasanya bersifat sembarang. Konon lagi dengan bantuan dukun yang tidak mendapatkan pengetahuan medis.<br /><br /> 3. Adanya Free sex<br /><br />Hal yang lebih mengerikan lagi akibat dari pacaran yang tidak sehat adalah seks bebas (free sex). Mereka pertama melakukan hal yang terlarang itu tetapi kemudian mereka cenderung ketagihan.<br /><br /> 4. Menyebarkan penyakit.<br /><br />Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa dampak dari seks bebas adalah mewabahnya berbagai jenis penyakit kelamin seperti HIV/ AIDS, sipilis dan penyakit kelamin lainnya.<br /><br /> 5. Meningkatnya penggunaan narkoba<br /><br />Pada usia remaja adalah usia di saat dimana seorang mencari jati diri. Pada usia ini akan sangat renta akan berbagai hal salah satunya adalah lingkungan. Pacar adalah salah satunya, bila pacarnya adalah pengguna narkoba maka kemungkinan besar dia juga akan terseret.<br /><br /> 6. Meningkatnya kriminalitas.<br /><br />Akan tetapi dilain pihak pacaran juga dapat memberikan dampak positif bagi kehidupan kita antara lain :<br /><br /> 1. Problema cinta seperti patah hati, naksir dan perselingkuhan bisa menjadi sebuah pengalaman yang mendukung kita menjadi lebih dewasa dan matang<br /> 2. Pacar bisa memberikan motivasi kepada kita agar dapat berpikir kedepan.<br /> 3. Dengan cinta dapat mengubah perilaku seseorang menjadi lebih progresif. Misalnya seseorang yang tadinya malas belajar mendadak jadi rajin belajar karena dorongan dari sang pacar.<br /> 4. Belajar mengenal dan menerima orang lain dalam kehidupan pribadi.<br /><br /> 4. Pengaruh Pacaran Terhadap Sikap Kepada Orang Tua.<br /><br />Orang yang berpacaran akan menghabiskan banyak waktu dengan pacarnya, terlebih momen-momen liburan. Tahukah kamu bahwa sebenarnya orangtua pun menginginkan kebersamaan dengan anaknya? Entah dengan piknik bareng, bekerja di kebun bareng, membuat kerajinan atau yang lain-lain. Namun disisi lain kita malah menghabiskan waktu dengan orang lain. Tak jarang orangtua menjadi sedih dan merasa dianggap tidak penting. Tapi kalau tideak mau pergi bersama pacar nanti pacar marah. Coba kalau ditanya balik kepada para remaja yang berpacaran, lebih berdosa mana membuat orang tua sedih dan marah atau membuat pacar marah (yang nota bene BUKAN SIAPA-SIAPA)? Bagaimanapun juga akal sehat akan lebih memilih untuk tidak membuat orangtua sedih dan marah. Namun terkadang setan lebih lihai dalam menjerumuskan manusia.<br /><br /> 5. Tahapan Pacaran<br /><br />1. Tahap ketertarikan<br /><br />Dalam tahap ini tantangannya ialah bagaimana mendapatkan kesempatan untuk menyatakan ketertarikan dan menilai orang lain. Munculnya ketertarikan kita sama doi, misalnya, karena penampilan fisik (doi cakep/cantik, tinggi), kemampuan (pintar), karakteristik atau sifat misalnya sabar, coolabis, dan lain-lain. Menurut para ahli, umumnya cowok pada pandangan pertama lebih tertarik pada penampilan fisik. Sedangkan cewek lebih karena karakteristik atau kemampuan yang dimiliki cowok.<br /><br />2. Tahap ketidakpastian<br /><br />Pada masa ini sedang terjadi peralihan dari rasa tertarik ke arah rasa tidak pasti. Maksudnya, kita mulai bertanya-tanya apakah doi benar-benar tertarik sama kita atau sebaliknya apakah kita benar-benar tertarik sama doi. Pada tahap ini kita mendadak ragu apakah mau melanjutkan hubungan atau tidak. Kalau kita enggak mampu memahami tahapan ini, kita akan mudah berpindah dari satu orang ke orang lainnya.<br /><br />3. Tahap komitmen dan keterikatan<br /><br />Pada tahap ini yang timbul adalah keinginan kita kencan dengan seseorang secara eksklusif. Kita menginginkan kesempatan memberi dan menerima cinta dalam suatu hubungan yang khusus tanpa harus bersaing dengan orang lain. Kita juga ingin lebih rileks dan punya banyak waktu untuk dilewatkan bersamanya. Seluruh energi digunakan untuk menciptakan saling cinta dan hubungan yang harmonis.<br /><br />4. Tahap keintiman<br /><br />Dalam tahap ini mulai dirasakan keintiman yang sebenarnya, merasa lebih rileks untuk berbagi lebih mendalam dibandingkan dengan masa sebelumnya, dan merupakan kesempatan untuk lebih mengungkapkan diri kita. Tantangannya adalah menghadapi sisi yang kurang baik dari diri kita. Tanpa pemahaman yang baik bahwa cowok dan cewek mempunyai reaksi yang berbeda terhadap keintiman, kita akan mudah mengambil kesimpulan yang salah bahwa terlalu banyak perbedaan antara kita dan doi untuk melanjutkan hubungan.<br /><br /> 6. Upaya untuk mengatasi<br /><br />Untuk mengantisipasi persoalan ini agar tidak lebih buruk lagi diperlukan suatu penanganan antara lain :<br /><br /> 1. Mensosialisasikan gaya pacarn sehat<br /><br />Gaya pacaran sehat mengambil konsep yang positif, dimana remaja akan sehat fisik, tidak meruasak diri sendiri dan orang lain.<br /><br /> 2. Memberikan informasi yang cukup mengenai seks.<br /><br />Pendidikan seks adalah suatu hal yang penting agar remaja sejak dini mengetahui tentang pendidikan seks.<br /><br /> 3. Menggunakan aspek agama.<br /><br />Dalam hal ini remaja harus mempertimbangkan aspek agama, yang melarang tindakan seksualitas diluar nikah.<br /><br /> 4. Menggunakan aspek budaya.<br /><br />Budaya yang ketimuran perlu diajarkan pada remaja.<br /><br /> 5. Menggunakan pendekatan, tindakan represif, kuratif dan rehabilitasi.<br /> 6. Menyediakan sarana-sarana tempat remaja mengaktualisasikan bakat dan potensi.<br /><br />7. Pacaran yang Sehat dan Bertanggung Jawab<br /><br />Pacaran yang sehat dapat dilakukan, adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:<br /><br />1. Saling terbuka, mau berbagi pikiran dan perasaan secara terbuka, jujur, mau berterus terang dengan perasan kita terhadap tingkah laku pacar. Siap nerima kritik dan kompromi.<br /><br />2. Menerima pacar apa adanya yang dilandasi oleh perasaan sayang. Tidak menuntut sesuatu yang berada di luar kemampuannya.<br /><br />3. Saling menyesuaikan. Kalau dalam proses ini terlalu sering ribut, maka perlu mempertimbangkan kemungkinan berpisah.<br /><br />4. Tidak melibatkan aktivitas seksual karena dapat mengaburkan proses saling mengenal dan memahami satu sama lain.<br /><br />5. Mutual dependensi, masing-masing merasakan adanya saling ketergantungan satu sama lain. Oleh karena itu, diharapkan kita dan pacar mampu melengkapi kekurangan, sedangkan kelebihan yang dimiliki diharapkan mampu menutupi kekurangan pasangan.<br /><br />6. Mutual respect, saling menghargai satu sama lain dalam posisi yang setara.<br /><br />BAB III<br /><br />PENUTUP<br /><br />Pacaran adalah sesuatu yang khas dengan dunia remaja. Mereka mulai mengenal cinta setelah pubertas. Tetapi pacaran pada anak remaja harus bersifat sehat dan positif, karena dengan pacaran yang sehat mereka tidak akan tersesat dalam gaya hidup bebas.<br /><br />Pacaran dapat memberikan dampak yang positif bagi remaja, akan tetapi dilain pihak sisi negatifnya juga banyak. Maka untuk itu kita harus mengkondisikan agar remaja berpacaran yang positif.<br /><br />Untuk itu diperlukan kerja sama dari berbagai pihak agar remaja tidak terjerumus kedalam pacaran yang tidak sehat yang mengarah pada freeseks.<br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br /><br />Burhan Shadiq.2007. Ya Allah, Aku Jatuh Cinta!.Surakarta.Samudera.<br /><br />Ilhan Marzuq.2005.X-pose Remaja.Yokyakarta:Hijrah.<br /><br />Warkitri dkk.2002.Perkembangan Peserta Didik. Surakarta.UNS Press.<br /><br />Anonim. WWW.Gamblekspress.co.id.2007(*diakses 30 mei 2008).<br /><br />Anonim.http://localhost/F:/internet/krr04.htm (diakses 1 April 2008).nur salamahhttp://www.blogger.com/profile/01528666921087484487noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3809907291128493571.post-89670629388302096622010-04-29T18:45:00.000-07:002010-04-29T19:11:18.560-07:00PERKEMBANGAN LINGUISTIK DI INDONESIABAB I<br /><br />PENDAHULUAN<br /><br />A. Latar Belakang<br /><br />Linguistik dewasa ini berkembang dengan pesat. Perkembangan tersebut dapat dilihat dari kian banyaknya teori dan penelitian yang telah dihasilkan serta munculnya bermacam gerakan dan aliran.<br /><br />Perkembangan teori-teori tersebut merata pada pelbagai cabang-cabang linguistik, seperti pada fonetik, fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, juga pragmatik. Bukan itu saja, penelitian-penelitian yang dilahirkan dari perkembangan teori tersebut pula semarak dan tumbuh bak jamur di musim hujan. Perkembangan teori dan makin banyaknya penelitian yang dihasilkan itu tidak terlepas dari gerakan dan aliran yang memayungi dan menyemarakkan dunia linguistik. Untuk mendapatkan pengertian dari fonetik, fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, juga pragmatik berikut ini akan dijelaskan perbedaannya.<br /><br />Istilah linguistik dapat dipahami secara luas dan sempit. Dalam pengertian luas, konsep ini menjangkau segala sesuatu yang membicarakan bahasa, apapun pendekatan dan tujuannya. Dalam pengertian sempit, linguistik hanya mencakup karya penelitian dan teoretis saja. Penggunaan pengertian luas dan sempit itu untuk memudahkan wacana ilmiah karena yang namanya keilmiahan itu adalah konsep berjenjang. Karya Raja Ali Haji (1856) bisa digolongkan sebagai karya linguistik ilmiah karena merupakan prestasi kebahasaan pada zamannya meskipun karya pedagogis. Justru kita akan membuat kesalahan sangat fatal jika meremehkan dan mengatakan karya itu sebagai karya tidak ilmiah.<br /><br />Dalam perkembangan teori linguistik di Indonesia bidang yang paling banyak diminati adalah gramatik, khususnya sintaksis. Hal itu disebabkan karena kajian linguistik Indonesia tumbuh dari perhatian pada pemakaian bahasa khususnya tata bahasa (gramatika pedagogis). Kalau linguistik Eropa lahir dari filsafat, linguistik India dan Arab lahir dari Agama, maka linguistik Indonesia lahir dari pengajaran bahasa (lihat Kridalaksana, 1995).<br /><br />B. Perumusan Masalah<br /><br />Sesuai dengan latar belakang masalah tersebut, maka dapat ditemukan masalah-masalah yang akan dibahas dalam makalah ini:<br /><br /> 1. Penghasilan bunyi bahasa dibuat mengikut sistem tertenu. Sistem ini wujud pada peringkat fonologi, morfologi, dan sintaksis<br /><br /> 2. Bahasa melambangkan sesuatu objek atau mendukung konsep tertentu. Semua lambang mestilah bermakna<br /><br /> 3. Hubungan lambang dengan benda atau konsep akan mewujudkan tanda linguistik<br /><br /> 4. Hubungan antara lambang dengan benda/perkara/peristiwa merupakan sesuatu yang kompleks, dan bergantung pada:<br /><br />C. Tujuan Penulisan<br /><br />Sesuai dengan masalah di atas, maka dapat dipaparkan mengenai tujuan penulisan malakah ini:<br /><br />®Penghasilan bunyi bahasa dibuat mengikut sistem tertenu. Sistem ini wujud pada peringkat fonologi, morfologi, dan sintaksis<br /><br />®Bahasa melambangkan sesuatu objek atau mendukung konsep tertentu. Semua lambang mestilah bermakna<br /><br />®Hubungan lambang dengan benda atau konsep akan mewujudkan tanda linguistik<br /><br />®Hubungan antara lambang dengan benda/perkara/peristiwa merupakan sesuatu yang kompleks, dan bergantung pada:<br /><br />BAB II<br /><br />ISI<br /><br />A. Landasan Teori<br /><br />Teori Linguistik di Indonesia<br /><br />Teori linguistik di Indonesia banyak dipengaruhi oleh linguistik Barat (Eropa-Amerika) karena dari sanalah para linguis banyak belajar tentang linguistik. Secara umum, perkembangan linguistik di Indonesia dapat dibagi ke dalam bebera periode berikut ini.<br />1. …sampai 1940<br />Sampai akhir abad 19 yang disebut tata bahasa adalah kelas kata sehingga buku-buku tata bahasa banyak mengulas tentang hal tersebut. Hal itu karena banyak mendapat pengaruh tata bahasa tradisional model Yunani dan Latin. Beberapa buku tata bahasa tertua tentang bahasa melayu antara lain:<br />a. Grondt of te Kort Bericht van de Maleysche Tale, Vervat in Twee Deelen: Her Eerste handelende van de Letters ende haren aenhanh. Het andere van de deelen eener Redene (1653) karya Joannes Roman. Buku ini digunakan sebagai sarana misionaris Kristen melalui penerjemahan Injil.<br />b. Bustanulkatibin (1850) dan Kitab Pengetahuan Bahasa (1858/1929) karangan Raja Ali Haji, seorang sastrawan dan linguis asal Riau.<br />c. Kitab jang Menyatakan Djalan Bahasa Melajoe (1910) karya Koewatin Sasrasoeganda.<br />d. Maleische Spraakkunst (1915) karya Ch. A van Ophuysen. Buku ini mulai menggunakan pendekatan filologi.<br />e. Kitab ABC karangan Lim Kim Hok. Buku ini berisi tata bahasa Melayu Rendah yang pada saat itu merupakan lingua franca.<br />2. Tahun 40-an sampai 60-an<br />Pada periode ini karya-karya kebahasaan dapat dibagi atas tata bahasa pedagogis (digunakan untuk pengajaran bahasa Indonesia di sekolah) dan tata bahasa teoretis. Contoh karya-karya pedagogis adalah:<br />a. Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia (1949-1950) karya STA yang banyak berpengaruh pada pengajaran bahasa Indonesia.<br />b. Tata Bahasa Indonesia (1951) karya C.A. Mees.<br />c. Djalan bahasa Indonesia (1942) karya Sutan M. Zain.<br />Penelitian yang bersifat ilmiah dan teoretis belum berkembang pesat pada periode ini namun beberapa buku berusaha mengungkap sisi lain bahasa Indonesia secara ilmiah, misalnya:<br />a. Mencari Sendi Baru Tata Bahasa Indonesia (1950) karya Armin Pane. Karya ini menekankan aspek bunyi.<br />b. Inleiding tot de Studie van de Indonesische Syntaxis (1951) yang diterjemahkan menjadi Pengantar Sintaksis Bahasa Indonesia. Buku karya Fokker ini mendapat pengaruh aliran Praha.<br />c. Kaidah Bahasa Indonesia (1956-1957) karya Slametmuljana ini bersifat generatif.<br />3. Tahun 60-an sampai 70-an<br />Periode ini menandai dimulainya kajian-kajian empiris tentang bahasa Indonesia maupun bahasa-bahasa lain. Contoh karya-karya yang muncul antara lain:<br />a. artikel tentang fonologi bahasa Jawa dan sistem fonem dan ejaan (1960) oleh Samsuri.<br />b. Artikel tentang morfem-morfem produktif (1960) oleh TW. Kamil dan Sugeng Sikarso.<br />c. Artikel tentang IC Analysis (1964) dan kata majemuk (1965) dengan menggunakan model IA oleh Ramlan.<br />Ciri-ciri penelitian pada saat itu adalah:<br />- dipengaruhi gerakan deskriptivisme<br />- menganut aliran Neo-Bloomfieldian dan bersifat behavioristik<br />- ketat dalam metodologi<br />- bahasa lisan menjadi objek utama.<br />4. Tahun 70-an sampai 80-an<br />Antara tahun tersebut teori linguistik Indonesia ditandai penerapan teori aliran Leiden, dan teori TG. Penelitian linguistik mulai berkembang dan banyak mendapat pengaruh dari aliran-aliran tersebut. Para sarjana yang mencoba menerapkan teori deskriptif Leiden antara lain Muhajir, Badudu, Ayatrohaedi, dan Tarigan.<br />Para sarjana yang mendapat beasiswa Ford Foundation juga mulai menerapkan teori TG, mislanya Samsuri (yang sebelumnya beraliran Neo-Bloomfieldian) beralih ke TG. Salah satu karyanya Tata Kalimat Bahasa Indonesia (1985). Ada juga sarjana yang melakukan penelitian bersifat fungsionalistis, misalnya Sudaryanto, dalam karyanya Predikat-Obyek dalam Bahasa Indonesia (1979).<br />Hal baru yang diperkenalkan dalam sistem bahasa Indonesia adalah mengenai wacana sebagai satuan terbesar dalam hierarki gramatikal. Konsep ini diperkenalkan Kridalaksana (1970 dan 1978).<br />5. Tahun 80-an sampai 90-an<br />Pada periode ini perkembangan teori linguistik merupakan sintesis atas teori-teori yang ada. Penelitian dalam bidang pragmatik mulai mendapat tempat cukup penting dalam penelitian linguistik Indonesia. Selain itu, Kridalaksana mengupayakan dibangunnya sebuah teori sintaksis yang merupakan sebuah sintesis dengan dipengaruhi oleh gerakan fungsionalisme. Selain hal itu, beberapa kegiatan ilmiah, seminar, lokakarya, dan semacamnya diselenggarakan guna mendorong perkembangan linguistik di Indonesia.<br />Kemajuan yang dicapai sepanjang sejarah linguistik Indonesia dalam beberapa bidang kajiannya antara lain:<br />1. Bidang fonologi<br />a. masuknya konsep fonem (tahun 70-an)<br />b. masuknya wawasan tentang unsur suprasegmental oleh Amran Halim, Intonasi (1969), dan Hans Lapoliwa (1981) dengan fonologi generatifnya.<br />c. Usaha memahami lafal bahasa Indonesia oleh Joko Kencono (1983).<br />2. Bidang morfologi<br />a. masuknya konsep morfem (tahun 60-an)<br />b. pemakaian Model IA<br />c. penggunaan Model IP<br />3. Bidang Sintaksis<br />a. pengenalan konsep hierarki gramatikal dalam linguistik Indonesia.<br />b. Pengenalan konsep frasa menggunakan teori Hockett (aliran Neo-Bloomfieldian) oleh Ramlan (1964)<br />c. Pengenalan teori tagmemik oleh Kridalaksana (70-an)<br />d. Sudaryanto (1979) mempertajam konsep klausa.<br />4. Bidang leksikografi<br />Muncul seorang pelopor leksikografi modern Indonesia, yaitu W.J.S. Poerwadarminta. Kamusnya yang terkenal adalah Kamus Umum Bahasa Indonesia (1952). Selain itu ia juga menaruh perhatian pada bahasa Jawa dan Jawa Kuno.<br />Perkembangan linguistik malahan semakin meriah pada tahun 2000 hingga sekarang ini dengan munculnya beragam bidang dan pendekatan kajian linguistik yang dilakukan di pelbagai universitas di Indonesia. Ada juga kecendrungan beberapa tahun terakhir penelitian linguistik berorientasi pada eksplorasi bidang pragmatik bahasa Indonesia. Hal itu bisa dilihat dari seringnya muncul tulisan-tulisan (jurnal, makalah, artikel, tesis, atau disertasi) yang menggali secara khusus pragmatik bahasa Indonesia. Saya menduga-duga barangkali ini karena dipicu oleh kolom bahasa Indonesia di harian Media Indonesia yang diasuh oleh Rahardi yang banyak menjawab permasalahan pragmatik. Namun, untuk mengetahui perkembangan mutakhir linguistik Indonesia saat ini diperlukan survei lagi yang lebih mendalam.<br /><br />B. Pembahasan<br />Cakupan dan Kemaknawian Ilmu Bahasa<br /><br />Secara umum, bidang ilmu bahasa dibedakan atas linguistik murni dan linguistik terapan. Bidang linguistik murni mencakup fonetik, fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Sedangkan bidang linguistik terapan mencakup pengajaran bahasa, penerjemahan, leksikografi, dan lain-lain. Beberapa bidang tersebut dijelaskan dalam sub-bab berikut ini.<br /><br />1. Fonetik<br /><br />Fonetik mengacu pada artikulasi bunyi bahasa. Para ahli fonetik telah berhasil menentukan cara artikulasi dari berbagai bunyi bahasa dan membuat abjad fonetik internasional sehingga memudahkan seseorang untuk mempelajari dan mengucapkan bunyi yang tidak ada dalam bahasa ibunya. Misalnya dalam bahasa Inggris ada perbedaan yang nyata antara bunyi tin dan thin, dan antara they dan day, sedangkan dalam bahasa Indonesia tidak. Dengan mempelajari fonetik, orang Indonesia akan dapat mengucapkan kedua bunyi tersebut dengan tepat.<br /><br />Abjad fonetik internasional, yang didukung oleh laboratorium fonetik, departemen linguistik, UCLA, penting dipelajari oleh semua pemimpin, khususnya pemimpin negara. Dengan kemampuan membaca abjad fonetik secara tepat, seseorang dapat memberikan pidato dalam ratusan bahasa. Misalnya, jika seorang pemimpin di Indonesia mengadakan kunjungan ke Cina, ia cukup meminta staf-nya untuk menerjemahkan pidatonya ke bahasa Cina dan menulisnya dengan abjad fonetik, sehingga ia dapat memberikan pidato dalam bahasa Cina dengan ucapan yang tepat. Salah seorang pemimpin yang telah memanfaatkan abjad fonetik internasional adalah Paus Yohanes Paulus II. Ke negara manapun beliau berkunjung, beliau selalu memberikan khotbah dengan menggunakan bahasa setempat. Apakah hal tersebut berarti bahwa beliau memahami semua bahasa di dunia? Belum tentu, namun cukup belajar fonetik saja untuk mampu mengucapkan bunyi ratusan bahasa dengan tepat.<br /><br />2. Fonologi<br /><br />Fonologi mengacu pada sistem bunyi bahasa. Misalnya dalam bahasa Inggris, ada gugus konsonan yang secara alami sulit diucapkan oleh penutur asli bahasa Inggris karena tidak sesuai dengan sistem fonologis bahasa Inggris, namun gugus konsonan tersebut mungkin dapat dengan mudah diucapkan oleh penutur asli bahasa lain yang sistem fonologisnya terdapat gugus konsonan tersebut. Contoh sederhana adalah pengucapan gugus ‘ng’ pada awal kata, hanya berterima dalam sistem fonologis bahasa Indonesia, namun tidak berterima dalam sistem fonologis bahasa Inggris. Kemaknawian utama dari pengetahuan akan sistem fonologi ini adalah dalam pemberian nama untuk suatu produk, khususnya yang akan dipasarkan di dunia internasional. Nama produk tersebut tentunya akan lebih baik jika disesuaikan dengan sistem fonologis bahasa Inggris, sebagai bahasa internasional.<br /><br />3. Morfologi<br /><br />Morfologi lebih banyak mengacu pada analisis unsur-unsur pembentuk kata. Sebagai perbandingan sederhana, seorang ahli farmasi (atau kimia?) perlu memahami zat apa yang dapat bercampur dengan suatu zat tertentu untuk menghasilkan obat flu yang efektif; sama halnya seorang ahli linguistik bahasa Inggris perlu memahami imbuhan apa yang dapat direkatkan dengan suatu kata tertentu untuk menghasilkan kata yang benar. Misalnya akhiran -en dapat direkatkan dengan kata sifat dark untuk membentuk kata kerja darken, namun akhiran -en tidak dapat direkatkan dengan kata sifat green untuk membentuk kata kerja. Alasannya tentu hanya dapat dijelaskan oleh ahli bahasa, sedangkan pengguna bahasa boleh saja langsung menggunakan kata tersebut. Sama halnya, alasan ketentuan pencampuran zat-zat kimia hanya diketahui oleh ahli farmasi, sedangkan pengguna obat boleh saja langsung menggunakan obat flu tersebut, tanpa harus mengetahui proses pembuatannya.<br /><br />4. Sintaksis<br /><br />Analisis sintaksis mengacu pada analisis frasa dan kalimat. Salah satu kemaknawiannya adalah perannya dalam perumusan peraturan perundang-undangan. Beberapa teori analisis sintaksis dapat menunjukkan apakah suatu kalimat atau frasa dalam suatu peraturan perundang-undangan bersifat ambigu (bermakna ganda) atau tidak. Jika bermakna ganda, tentunya perlu ada penyesuaian tertentu sehingga peraturan perundang-undangan tersebut tidak disalahartikan baik secara sengaja maupun tidak sengaja.<br /><br />5. Semantik<br /><br />Kajian semantik membahas mengenai makna bahasa. Analisis makna dalam hal ini mulai dari suku kata sampai kalimat. Analisis semantik mampu menunjukkan bahwa dalam bahasa Inggris, setiap kata yang memiliki suku kata ‘pl’ memiliki arti sesuatu yang datar sehingga tidak cocok untuk nama produk/benda yang cekung. Ahli semantik juga dapat membuktikan suku kata apa yang cenderung memiliki makna yang negatif, sehingga suku kata tersebut seharusnya tidak digunakan sebagai nama produk asuransi. Sama halnya dengan seorang dokter yang mengetahui antibiotik apa saja yang sesuai untuk seorang pasien dan mana yang tidak sesuai.<br /><br />6. Pengajaran Bahasa<br /><br />Ahli bahasa adalah guru dan/atau pelatih bagi para guru bahasa. Ahli bahasa dapat menentukan secara ilmiah kata-kata apa saja yang perlu diajarkan bagi pelajar bahasa tingkat dasar. Para pelajar hanya langsung mempelajari kata-kata tersebut tanpa harus mengetahui bagaimana kata-kata tersebut disusun. Misalnya kata-kata dalam buku-buku Basic English. Para pelajar (dan guru bahasa Inggris dasar) tidak harus mengetahui bahwa yang dimaksud Basic adalah B(ritish), A(merican), S(cientific), I(nternational), C(ommercial), yang pada awalnya diolah pada tahun 1930an oleh ahli linguistik C. K. Ogden. Pada masa awal tersebut, Basic English terdiri atas 850 kata utama.<br /><br />Selanjutnya, pada tahun 1953, Michael West menyusun General Service List yang berisikan dua kelompok kata utama (masing-masing terdiri atas 1000 kata) yang diperlukan oleh pelajar untuk dapat berbicara dalam bahasa Inggris. Daftar tersebut terus dikembangkan oleh berbagai universitas ternama yang memiliki jurusan linguistik. Pada tahun 1998, Coxhead dari Victoria University or Wellington, berhasil menyelesaikan suatu proyek kosakata akademik yang dilakukan di semua fakultas di universitas tersebut dan menghasilkan Academic Wordlist, yaitu daftar kata-kata yang wajib diketahui oleh mahasiswa dalam membaca buku teks berbahasa Inggris, menulis laporan dalam bahasa Inggris, dan tujuannya lainnya yang bersifat akademik.<br /><br />Proses penelitian hingga menjadi materi pelajaran atau buku bahasa Inggris yang bermanfaat hanya diketahui oleh ahli bahasa yang terkait, sedangkan pelajar bahasa dapat langung mempelajari dan memperoleh manfaatnya. Sama halnya dalam ilmu kedokteran, proses penelitian hingga menjadi obat yang bermanfaat hanya diketahui oleh dokter, sedangkan pasien dapat langsung menggunakannya dan memperoleh manfaatnya.<br /><br />7. Leksikografi<br /><br />Leksikografi adalah bidang ilmu bahasa yang mengkaji cara pembuatan kamus. Sebagian besar (atau bahkan semua) sarjana memiliki kamus, namun mereka belum tentu tahu bahwa penulisan kamus yang baik harus melalui berbagai proses.<br /><br />Dua nama besar yang mengawali penyusunan kamus adalah Samuel Johnson (1709-1784) dan Noah Webster (1758-1843). Johnson, ahli bahasa dari Inggris, membuat Dictionary of the English Language pada tahun 1755, yang terdiri atas dua volume. Di Amerika, Webster pertama kali membuat kamus An American Dictionary of the English Language pada tahun 1828, yang juga terdiri atas dua volume. Selanjutnya, pada tahun 1884 diterbitkan Oxford English Dictionary yang terdiri atas 12 volume.<br /><br />Saat ini, kamus umum yang cukup luas digunakan adalah Oxford Advanced Learner’s Dictionary. Mengapa kamus Oxford? Beberapa orang mungkin secara sederhana akan menjawab karena kamus tersebut lengkap dan cukup mudah dimengerti. Tidak banyak yang tahu bahwa (setelah tahun 1995) kamus tersebut ditulis berdasarkan hasil analisis British National Corpus yang melibatkan cukup banyak ahli bahasa dan menghabiskan dana universitas dan dana negara yang jumlahnya cukup besar. Secara umum, definisi yang diberikan dalam kamus tersebut seharusnya dapat mudah dipahami oleh pelajar karena semua entri dalam kamus tersebut hanya didefinisikan oleh sekelompok kosa kata inti. Bagaimana kosa-kata inti tersebut disusun? Tentu hanya ahli bahasa yang dapat menjelaskannya, sedangkan para sarjana dan pelajar dapat langsung saja menikmati dan menggunakan berbagai kamus Oxford yang ada dipasaran.<br /><br />TANDA LINGUISTIK<br /><br />ØFerdinand de Saussure yang dikenali sebagai bapak linguistik modern telah memperincikan hubungan antara lambang dengan benda. Hubungan tersebut telah menghasilkan tanda linguistik. Konsep ini dijelaskan seperti yang berikut:<br /><br />Gambaran Akustik + Konsep Tanda Linguistik<br /><br />(bunyi)<br /><br />Hubungan antara lambang dengan benda/perkara/peristiwa yang dilambangkan itu amat rumit dan kompleks, dan bergantung pula pada latar sosiobudaya, hubungan situasi, hubungan lingkungan, hubungan waktu, hubungan tempat, hubungan tanggapan indera dan hubungan pelbagai situasi.<br /><br /> 1. LATAR SOSIOBUDAYA<br /><br />®Asosiasi antara lambang dengan benda yang konkrit lebih mudah difahami dan dianalisis. Misalnya kata kertas dan rumah. Walaupun kedua-dua kata ini boleh didefinisikan dengan jelas, namun masih wujud kesamarannya.<br /><br />®Kata rumah mungkin bermaksud rumah banglo, rumah beratap rumbia, rumah beratap genting, rumah teres dua tingkat, dan sebagainya, bergantung pada persepsi dan pengalaman seseorang tentang tempat tinggal.<br /><br />®Jika kata konkrit masih terdapat masalah tafsiran, apa lagi kata yang mujarad sifatnya, seperti kata cinta, kasih, sayang, rindu. Hubungan antara lambang dengan perasaan itu tentulah lebih kompleks dan rumit untuk dijelaskan. Jika ada seratus orang sedang bercinta, maka terdapat seratus pengertian tentang cinta.<br /><br /> 2. HUBUNGAN SITUASI<br /><br />®Hubungan situasi bermaksud makna sesuatu bentuk bahasa itu merupakan situasi yang berhubungan dengan bentuk bahasa itu. Setiap kata sama ada konkrit atau mujarad mempunyai sekumpulan kata lain yang berada dalam lingkungan yang sama. Keadaan ini dinamakan medan makna.<br /><br />®Setiap kata lain itu akan membantu memperjelas konsep atau makna kata itu bergantung pada elemen dalam budaya masyarakat bahasa.<br /><br />Universiti: institusi pengajian tinggi, pelajar, pendidikan, pengajaran, kuliah, makmal, tutorial, latihan praktik, buku, profesor, profesor madya, pensyarah, tutor, guru, dekan, ketua jabatan, mahasiswa, penyelidikan, kajian, kampus…<br /><br />Istana: raja, permaisuri, balairong seri, putera, puteri, bendahara, santap, bersiram, dayang, laksamana, temenggung…<br /><br /> 3. HUBUNGAN LINGKUNGAN<br /><br />®Hubungan lingkungan bermaksud perkataan yang terlingkung dalam suatu kawasan akan berobah maknanya, jika digunakan dalam lingkungan yang lain.<br /><br />®Mungkin terdapat lebih daripada satu makna pada satu nama atau terdapat satu atau lebih nama pada satu makna, atau terdapat lebih daripada satu nama dan satu makna.<br /><br />layar: kain penampung angin, kain tebal, tirai, penutup jendela/langsir, kain tempat tayangan filem…<br /><br />operasi: bedah, bedel atau belah, taktik dalam pembasmian jenayah, taktik perang, tindakan ekonomi, dan perjalanan (alat, pesawat, jentera)…<br /><br />Pokok: tema permasalahan, awan hujan, pohon…<br /><br />gila: lingkungan marah, gurauan, tidak sihat atau tidak waras, terlalu gemar…<br /><br /> 4. HUBUNGAN WAKTU<br /><br />* Hubungan waktu bermaksud peristiwa tertentu dapat mewujudkan kata tertentu yang dianggap bersejarah oleh sesebuah masyarakat, tetapi tidak bermakna dalam masyarakat yang lain:<br /><br />1928: Sumpah Pemuda di Indonesia<br /><br />1942: penaklukan Jepun di Tanah Melayu<br /><br />1957: kemerdekaan Tanah Melayu<br /><br />1969: rusuhan kaum yang sukar dilupakan<br /><br />•Hubungan waktu juga menyebabkan perubahan dalam penggunaan kata: putera/puteri, tuan/puan, pria/wanita, lelaki/perempuan, kuli/pekerja/buruh, jaga/pengawal, bahasa Melayu/bahasa Malaysia, kaum ibu/kaum wanita, tetuang udara/radio, sepatu/kasut, balang/botol, kendi/cerek, kancing/butang…<br /><br />•Contoh di atas menunjukkan bahawa bahasa mempunyai hubungan waktu sama ada dari aspek peristiwa, perkataan atau benda, dan waktu memainkan peranan penting dalam perubahan bahasa.<br /><br /> 5. HUBUNGAN TEMPAT<br /><br />ØHubungan tempat ditandai oleh kewujudan perkataan tertentu mengikut situasi tempat yang difahami oleh masyarakat berkenaan. Benda yang sama mungkin berbeda namanya di tempat yang berlainan:<br /><br />burung ketitir di Kelantan / burung merbuk di Perak, Burung wak- wak di Perak / burung kuak-kuak di Pahang, ikan kayu di Perak / ikan tongkol di Terengganu, ikan sardin / ikan tuna<br /><br />ØNama benda yang berasal dari tempat asalnya:<br /><br />kucing siam/ikan sepat siam dari Thailand,ayam goreng kentucky dari Kentucky di USA, burung kenari dari pulau Kanari di Afrika,<br /><br />magnet dari tempat Magnesia, bikini dari pulau Pasifik Barat<br /><br />ØTerdapat juga nama benda atau peristiwa yang berasal daripada penciptanya: boikot, sandwic, oskar, valentine…<br /><br />ØNama tempat seperti Tanjung Rambutan dan Pudu dilabelkan dengan makna yang negatif sifatnya.Kata kencing dan berak diasosiasikan dengan jijik dan kotor, sedangkan kata buang air kecil atau buang air besar diasosiasikan dengan tempat yang bersih dan selamat.<br /><br /> 6. HUBUNGAN TANGGAPAN PANCAINDERA<br /><br />ØHubungan tanggapan pancaindera bermaksud hubungan apa-apa yang diterima oleh pancaindera, gambaran dalam hati, dan cerapan. Pancaindera ialah deria yang lima, iaitu lidah, hidung, telinga, mata dan tangan.<br /><br />Ø Tanggapan pancaindera yang berbeda akan mengubah makna perkataan:<br /><br />sifat bunyi merdu dan nyaring, sifat warna terang dan gelap<br /><br />kata manis dapat ditanggap oleh deria rasa, dengar dan lihat: manis rasanya, manis wajahnya, manis tutur katanya<br /><br />perubahan tanggapan deria dalam kata pedas dan keruh: pedas masakannya, pedas tutur katanya, keruh wajahnya, keruh air di kolam itu.<br /><br /> 7. HUBUNGAN PELBAGAI SITUASI<br /><br /> * PERIBAHASA<br /><br />ØPeribahasa ialah ayat atau kelompok kata yang mempunyai susunan yang tetap, dan mengandung pengertian tertentu, tersirat atau tersurat. Peribahasa dapat dibahagikan kepada beberapa jenis, iaitu bidalan, pepatah, perumpamaan, simpulan bahasa, perbilangan dan lidah pendeta:<br /><br />Hati: hati batu, jantung hati, buah hati, jatuh hati, mata hati, berat hati, hati ayam, hati berbulu, hati berlian, hati budi, hati nurani, busuk hati, makan hati, keras hati…<br /><br />Kaki: kaki bukit, kaki botol, kaki bangku, kaki gaduh, kaki langit, kaki gajah, kaki judi, kaki perempuan, kaki angan, kaki belit, kaki ampu, kaki anggau, kaki bola, kaki lawan, kaki rambu, kaki seribu, kaki songlap, kaki tridur, kaki wayang, kaki pukul…<br /><br />Rumah: rumah hantu, rumah ibu, rumah kilat, rumah kota, rumah syaitan, rumah piatu, rumah tak berdapur, rumah sudah pahat berbunyi, rumah makan, rumah tangga, rumah urut, rumah tutupan, rumah duka, rumah masa depan…<br /><br /> * SINONIM<br /><br />®Sinonim bermaksud dua kata atau lebih yang pada asasnya mempunyai makna yang sama atau hampir sama dengan kata lain, iaitu kata seerti, tetapi mempunyai bentuk luar yang berbeda.<br /><br />Bawa: gendong, kendong, galas, angkat, angkit, angkut, gonggong, bimbit, junjung, kandar, pikul, iring, tatang, usung…<br /><br />Mati: mangkat, mampus, wafat, ajal, maut, korban, kojol, berhenti, hapus, hilang, lenyap, padam, pergi, punah, pupus, reda…<br /><br />Cinta: angau, asmara, berahi, berkenan, cengkerama, gemar, kasih, sayang, setuju, sudi, syok, rindu, cita, menaruh hati, suka, semara, kama, hubah, hibat…<br /><br />Curang: akal, bidaah, bohong, belot, culas, dusta, fraud, helah muslihat, pecah amanah, palsu, jenayah, khianat, olok-olok, perdaya, pura-pura, putar, pusing, seleweng, tipu…<br /><br /> * HIPONIM<br /><br />®Hiponim ialah kata yang maknanya terangkum dalam makna kata yang lebih luas, iaitu superordinatnya:<br /><br />layar: - bubutan: layar dekat layar agung<br /><br />- bulu ayam: layar pengimbang<br /><br />- cucur: layar segi tiga<br /><br />- dastor: layar kecil<br /><br />- gap: layar canggah tiang kapal<br /><br />- padau: layar ketika taufan<br /><br />- pengapuh: layar terbawah<br /><br />- penyorong: layar tiang belakang<br /><br />- pucuk jala: layar di belakang jip<br /><br />- sabang: layar tiang perahu kecil<br /><br />- terbang: layar segi empat<br /><br />- topang: layar tiang hadapan<br /><br /> * ANTONIM<br /><br />ØKata yang berlawanan maknanya dengan kata lain. Perkataan itu digunakan untuk menekankan maksud tertentu atau hanya hiasan ujaran. Ayat Budak ini pandai sungguh, jika bermaksud Budak ini bodoh benar, dapat dikatakan antonim, iaitu pengucapan yang bermaksud sebaliknya.<br /><br />ØAntonim juga merupakan ciri semula jadi bahasa: besar / kecil, lebar / sempit, muda / tua, baru / lama, jaga / tidur, atas / bawah, bahagia / derita, tinggi / rendah, kawan / seteru, lelaki / perempuan…<br /><br />ØSemua kata antonim berbeda mengikut konteks penggunaannya. Misalnya seluar panjang jauh lebih pendek jika dibandingkan dengan galah pendek, istana kecil jauh lebih besar daripada buku besar…<br /><br /> * HOMONIM<br /><br />ØHomonim ialah kata yang sama ejaan dan/atau lafaznya, tetapi mempunyai maksud yang berbeda kerana sumbernya berlainan. Homonim terbahagia dua, iaitu homograf (dari segi tulisan) dan homofon dari segi lisan<br /><br />homograf: semak/semak, perang/perang, selak/selak<br /><br />homofon: masakan/masakan, masa/massa<br /><br />ØSemua ayat akan berbeda maksud jika dilafazkan mengikut intonasi tertentu:<br /><br />Menurut ibu si anak perempuan yang datang malam kelmarin itu sedih<br /><br />- Menurut ibu si anak perempuan yang datang malam kelmarin itu / sedih<br /><br />- Menurut ibu / si anak perempuan yang datang malam kelmarin itu / sedih<br /><br />- Menurut ibu si anak perempuan / yang datang malam kelmarin itu / sedih<br /><br />- Menurut ibu si anak perempuan yang datang/ malam kelmarin itu / sedih<br /><br />- Menurut ibu si anak / perempuan yang datang kelmarin itu / sedih<br /><br /> * POLISEM<br /><br />®Polisem ialah kata, frasa atau ayat yang mempunyai makna yang berbeda lebih daripada satu, tetapi berkaitan rapat antara satu sama lain mengikut konteks penggunaannya.<br /><br />kepala: orang, jawatan, sarung, lutut, kereta api…<br /><br />telur: burung, markah, benjol, idea…<br /><br />bunga: ros, bank, telur, kertas…<br /><br />bisa: dapat, boleh, racun…<br /><br />Puteri raja yang rajin itu: - Yang rajin ialah puteri<br /><br />- Yang rajin ialah raja<br /><br /> * TERJEMAHAN<br /><br />®Terjemahan bermaksud cara (gaya, kaedah) menterjemah. Terjemahan tepat bergantung pada corak pemikiran penterjemah terhadap bahasa sasaran, dan pengetahuan mendalam tentang bahasa sumber.<br /><br />to take a sit: - bawa kerusi ke mana-mana<br /><br />- sila duduk<br /><br />to carry: - bawa, angkat, angkut, tanggung, kandar, ambil, kelek, bimbing, galas, pikul, heret, gendong, gonggong, junjung, iring, tatang, usung…<br /><br />honey: - madu<br /><br />honeymoon: - bulan madu<br /><br />A. Kesimpulan<br /><br />®Penghasilan bunyi bahasa dibuat mengikut sistem tertenu. Sistem ini wujud pada peringkat fonologi, morfologi, dan sintaksis<br /><br />®Bahasa melambangkan sesuatu objek atau mendukung konsep tertentu. Semua lambang mestilah bermakna<br /><br />®Hubungan lambang dengan benda atau konsep akan mewujudkan tanda linguistik<br /><br />®Hubungan antara lambang dengan benda/perkara/peristiwa merupakan sesuatu yang kompleks, dan bergantung pada:<br /><br /> 1. latar sosiobudaya<br /> 2. hubungan situasi<br /> 3. hubungan lingkungan<br /> 4. hubungan waktu<br /> 5. hubungan tempat<br /> 6. hubungan tanggapan pancaindera<br /> 7. hubungan pelbagai situasi<br /><br />Pustaka Acuan<br /><br />Robins, R.H. 1990. A Short History of Linguistics. London: Longman.<br /><br />Fromkin, Victoria & Robert Rodman. 1998. An Introduction to Language (6th Edition). Orlando: Harcourt Brace College Publishers.<br /><br />Hornby, A.S. 1995. Oxford Advanced Learner’s Dictionary (5th edition). Oxford: Oxford University Press.<br /><br />Matthews, Peter. 1997. The Concise Oxford Dictionary of Linguistics. Oxford: Oxford University Press.<br /><br />Daftar Bacaan<br />Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.<br />Kridalaksana, Harimurti. 1991. “Perkembangan Linguistik Dewasa Ini.” Atma nan Jaya, Tahun IV No. 2, Agustus.<br />Kridalaksana, Harimurti. 1995. “Teori Linguistik di Indonesia dalam Beberapa Dasawarsa Terakhir ini.” Atma nan Jaya, Tahun III. No. 1, April.<br />Suhardi, Basuki. 2005. “Tokoh-tokoh Linguistik Abad ke-20.” Dalam Pesona Bahasa Langkah Awal memahami Linguistik. (ed) Multamia Luder. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.<br />Sutami, Hermina. 2001. Sintaksis Lanjutan. Diktat Mata Kuliah Sintaksis Program Magister Linguistik Pascasarjana Universitas Indonesia Depok.nur salamahhttp://www.blogger.com/profile/01528666921087484487noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3809907291128493571.post-26043168251659888602010-04-29T18:43:00.000-07:002010-04-29T19:10:22.830-07:00PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP PENDIDIKAN INDONESIAPENGARUH GLOBALISASI TERHADAP PENDIDIKAN INDONESIA<br /><br />BAB I<br /><br />PENDAHULUAN<br /><br />A. Latar Belakang<br /><br />Isu-isu yang berkaitan dengan pendidikan nasional dan globalisasi mendorong kita untuk melakukan identifikasi dan mencari titik-titik simetris sehingga bisa mempertemukan dua hal yang tampaknya paradoksial, yaitu pendidikan Indonesia yang berimplikasi nasional dan global. Dampak globalisasi memaksa banyak negara meninjau kembali wawasan dan pemahaman mereka terhadap konsep bangsa, tidak saja karena faktor batas-batas territorial geografis, tetapi juga aspek ketahanan kultural serta pilar-pilar utama lainnya yang menopang eksistensi mereka sebagai nation state yang tidak memiliki imunitas absolut terhadap intrusi globalisasi. Globalisasi bisa dianggap sebagai penyebaran dan intensifikasi dari hubungan ekonomi, sosial, dan kultural yang menembus sekat-sekat geografis ruang dan waktu. Dengan demikian, globalisasi hampir melingkupi semua hal; ia berkaitan dengan ekonomi, politik, kemajuan teknologi, informasi, komunikasi, transportasi, dll.<br /><br />B. Perumusan Masalah<br /><br />Sesuai dengan latar belakang masalah tersebut, maka dapat dirumuskan masalah-masalah yang akan dibahas dalam tulisan ini. Perumusan masalah tersebut :<br /><br /> 1. Bagaimana memahami globalisasi dan dampak globalisasi terhadap dunia pendidikan?<br /> 2. Siapkah dunia pendidikan Indonesia menghadapi globalisasi?<br /> 3. Apa kondisi dan kendala kontemporer dunia pendidikan Indonesia?<br /><br />C. Tujuan Penulisan<br /><br />Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka dapat dipaparkan mengenai tujuan penulisan makalah ini adalah :<br /><br /> 1. Untuk memahami globalisasi dan dampak globalisasi terhadap dunia pendidikan.<br /> 2. Untuk mengetahui siapkah dunia pendidikan Indonesia menghadapi globalisasi.<br /> 3. Untuk mengetahui kondisi dan kendala kontemporer dunia pendidikan Indonesia.<br /><br />BAB II<br /><br />LANDASAN TEORI<br /><br />A. Pengertian Globalisasi<br /><br />Kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal. Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekadar definisi kerja (working definition), sehingga tergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat. Mitos yang hidup selama ini tentang globalisasi adalah bahwa proses globalisasi akan membuat dunia seragam. Proses globalisasi akan menghapus identitas dan jati diri. Kebudayaan lokal atau etnis akan ditelan oleh kekuatan budaya besar atau kekuatan budaya global.<br /><br />Anggapan atau jalan pikiran di atas tersebut tidak sepenuhnya benar. Kemajuan teknologi komunikasi memang telah membuat batas-batas dan jarak menjadi hilang dan tak berguna. John Naisbitt (1988), dalam bukunya yang berjudul Global Paradox ini memperlihatkan hal yang justru bersifat paradoks dari fenomena globalisasi. Naisbitt (1988) mengemukakan pokok-pokok pikiran lain yang paradoks, yaitu semakin kita menjadi universal, tindakan kita semakin kesukuan, dan berpikir lokal, bertindak global. Hal ini dimaksudkan kita harus mengkonsentrasikan kepada hal-hal yang bersifat etnis, yang hanya dimiliki oleh kelompok atau masyarakat itu sendiri sebagai modal pengembangan ke dunia Internasional.<br /><br />Di sisi lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung oleh negara-negara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki pandangan negatif atau curiga terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam bentuknya yang paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak berdaya karena tidak mampu bersaing. Sebab, globalisasi cenderung berpengaruh besar terhadap perekonomian dunia, bahkan berpengaruh terhadap bidang-bidang lain seperti budaya dan agama.<br /><br />Globalisasi adalah sebuah istilah yang memiliki hubungan dengan peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antarbangsa dan antarmanusia di seluruh dunia dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi bias.<br /><br />Dalam banyak hal, globalisasi mempunyai banyak karakteristik yang sama dengan internasionalisasi sehingga kedua istilah ini sering dipertukarkan. Sebagian pihak sering menggunakan istilah globalisasi yang dikaitkan dengan berkurangnya peran negara atau batas-batas negara.<br /><br />B. Globalisasi dan Pendidikan<br /><br />Banyak orang yang mempertanyakan tentang kontradiksi antara pendidikan, globalisasi dan keuntungan. Tak jarang banyak orang beragumentasi bahwa dunia pendidikan adalah untuk anak-anak dan bukan untuk menjadi lahan meraih keuntungan. Pertanyaan yang lebih ektrim adalah, apakah dalam situasi globalisasi masihkan dunia pendidikan tersedia dan menguntungkan kelompok miskin. Kian mahalnya ongkos mengenyam bangku sekolah membuat hanya segelintir anak-anak yang mampu mengenyamnya.<br /><br />James Tooley, PhD mengatakan bahwa pilihan, kompetisi, dan kewiraswastaan yang bergerak di pasar pendidikan di seluruh dunia telah menumbuhkan kerangka pendidikan yang terbaik, bahkan bagi kaum miskin(2005). Ia memberikan contoh program pendidikan yang dijalankan oleh Oxfam di Lahore, Pakistan, yang mampu menunjukkan bahwa anggapan bahwa sekolah-sekolah swasta melayani kebutuhan sejumlah kecil orang kaya adalah suatu asumsi yang keliru. Persaingan yang terjadi antar sekolah-sekolah swasta tersebut bukan hanya ditataran biaya semata namun juga pada kurikulum sekolah. Sekolah-sekolah swasta tersebut bahkan telah menjangkau wilayah-wilayah kumuh yang semula enggan didatangi oleh sekolah pemerintah, seperti apa yang terjadi di India. Hanya saja, pemerintah acapkali tidak mengakui keberadaan sekolah-sekolah swasta ini.<br /><br />Dalam perkembangannya bahkan banyak orang tua murid yang lebih senang menyekolahkan anaknya ke sekolah swasta dari pada sekolah pemerintah, meskipun dengan biaya gratis. Seperti yang acapkali ditemukan di India, banyak sekolah-sekolah negeri telah kehilangan kualitas yang signifikan. Bukan saja fasilitas fisik sekolah yang menyedihkan namun juga kualitas mengajar guru yang sangat memprihatinkan. Fenomena seperti ini dapat dibayangkan, jika mengingat besaran subsidi dan kemampuan pemerintah untuk bertahan memberikan subsidi pembangunan kepada sekolah-sekolah negeri.<br /><br />BAB III<br /><br />PEMBAHASAN<br /><br />I. Memahami Globalisasi dan Dampak Globalisasi terhadap Dunia Pendidikan<br /><br />Tiap negara memiliki strategi dalam menghadapi globalisasi sehingga dampak integrasi dan globalisasi beragam. Posisi sebuah negara bisa diketahui dalam indeks globalisasi yang diukur dengan beberapa indikator, seperti konektivitas global, integrasi, dan ketergantungan pada ruang ekonomi, sosial, dan ekologi.<br /><br />Ada lima kategori pengertian globalisasi yang umum ditemukan dalam literatur.Kelima kategori definisi tersebut berkaitan satu sama lain dan kadangkala saling tumpang-tindih, namun masing-masing mengandung unsur yang khas.<br /><br /> 1. Globalisasi sebagai internasionalisasi<br /><br />Dengan pemahaman ini, globalisasi dipandang sekedar ‘sebuah kata sifat (adjective) untuk menggambarkan hubungan antar-batas dari berbagai negara.<br /><br />2. Globalisasi sebagai liberalisasi<br /><br />Dalam pengertian ini, ‘globalisasi’ merujuk pada sebuah proses penghapusan hambatan-hambatan yang dibuat oleh pemerintah terhadap mobilitas antar negara untuk menciptakan sebuah ekonomi dunia yang ‘terbuka’ dan ‘tanpa-batas.’<br /><br />3. Globalisasi sebagai universalisasi<br /><br />Dalam konsep ini, kata ‘global’ digunakan dengan pemahaman bahwa proses ‘mendunia’ dan ‘globalisasi’ merupakan proses penyebaran berbagai obyek dan pengalaman kepada semua orang ke seluruh penjuru dunia. Contoh klasik dari konsep ini adalah penyebaran teknologi komputer, televisi, internet, dll.<br /><br />4. Globalisasi sebagai westernisasi atau modernisasi<br /><br />(lebih dalam bentuk yang Americanised) ‘Globalisasi’ dalam konteks ini dipahami sebagai sebuah dinamika, di mana struktur-struktur sosial modernitas (kapitalisme, rasionalisme, industrialisme, birokratisme, dsb.) disebarkan ke seluruh penjuru dunia, yang dalam prosesnya cenderung merusak budaya setempat yang telah mapan serta merampas hak self-determination rakyat setempat.<br /><br />5. Globalisasi sebagai penghapusan batas-batas teritorial<br /><br />(atau sebagai persebaran supra-teritorialitas) ‘Globalisasi’ mendorong ‘rekonfigurasi geografis, sehingga ruang-sosial tidak lagi semata dipetakan dengan kawasan teritorial, jarak teritorial, dan batas-batas teritorial.’ A. Giddens (1990) mendefinisikan globalisasi sebagai ‘intensifikasi hubungan sosial global yang menghubungkan komunitas lokal sedemikian rupa sehingga peristiwa yang terjadi di kawasan yang jauh dipengaruhi oleh peristiwa yang terjadi di suatu tempat yang jauh pula, dan sebaliknya.’<br /><br />Dalam dunia pendidikan, globalisasi membawa banyak dampak dan efek. Dampak globalisasi terhadap dunia pendidikan paling tidak terlihat dalam 3 perubahan mendasar dalam dunia pendidikan.Pertama, dalam perspektif neo-liberalisme, globalisasi menjadikan pendidikan sebagai komoditas dan komersil. Paradigma dalam dunia komersial adalah usaha mencari pasar baru dan memperluas bentuk-bentuk usaha secara kontinyu.Tuntutan pasar ini mendorong perubahan dalam dunia pendidikan. Perubahan tersebut bisa dalam bentuk penyesuaian program studi, kurikulum, manajemen, dll. Komersialisasi pendidikan juga memacu privatisasi lembaga-lembaga pendidikan.Kedua, globalisasi mempengaruhi kontrol pendidikan oleh negara. Sepintas terlihat bahwa pemerintah masih mengontrol sistem pendidikan di suatu negara dengan cara intervensi langsung berupa pembuatan kebijakan dan payung legalitas. Tetapi tuntutan untuk berkompetisi dan tekanan institusi global seperti IMF dan World Bank yang membuat dunia politik dan pembuat kebijakan cenderung market-driven.Ketiga, globalisasi mendorong delokalisasi dan perubahan teknologi dan orientasi pendidikan. Pemanfaataan teknologi baru seperti komputer dan internet telah membawa perubahan yang sangat revolusioner dalam dunia pendidikan yang tradisional. Disamping membantu akselerasi arus pertukaran informasi, teknologi tersebut telah ikut mendorong berjamurnya system pendidikan jarak-jauh. Di sini terlihat fenomena delokalisasi, di mana orang-orang belajar dalam suasana yang sangat individual dan menghalanginya untuk berinteraksi dengan tetangga atau orang-orang di sekitarnya.<br /><br />Meskipun dipandang dari sudut yang berbeda, kita bisa membuat sebuah generalisasi bahwa kata kunci dari globalisasi adalah: kompetisi. Kalau sudah menyangkut kompetisi, maka kita mesti memperhatikan salah satu faktor penentu dalam kompetisi yaitu ketangguhan sumber daya manusia (SDM) yang merupakan output dari pendidikan. Oleh karena itu, relevansi antara pendidikan nasional dengan globalisasi tidak saja dalam aspek dampak tetapi juga dalam segi tantangan. Artinya, globalisasi adalah sebagai sebuah proses yang tidak bisa diputar mundur dan terus bergulir yang menantang dunia pendidikan kita.<br /><br />II. Siapkah Dunia Pendidikan Indonesia Menghadapi Globalisasi?<br /><br />Sebelum kita menjawab apakah dunia pendidikan kita siap menghadapi globalisasi, kita perlu bertanya apakah Indonesia sudah siap menghadapi globalisasi. Dalam summit APEC di Bogor tahun 1994, Indonesia dengan berani menerima jadwal AFTA 2003 dan APEC 2010 dengan menyatakan: “Siap tidak siap, suka tidak suka, kita harus ikut globalisasi karena sudah berada di dalamnya”.<br /><br />Banyak pengamat menilai bahwa pada waktu itu Indonesia menyatakan ‘siap’<br /><br />dalam globalisasi kurang didasarkan pada asumsi yang realistis. Dalam menilai kesiapan dunia pendidikan Indonesia menghadapi globalisasi ada baiknya kita mengukur posisi Indonesia dengan indikator-indikator—terlepas dari metodologi yang dipakai oleh pembuat survei—yang dianggap cukup relevan, yaitu: tingkat kompetisi Indonesia di dunia global (global competitiveness), indeks persepsi korupsi (corruption perception index), dan indeks pengembangan SDM (human development index).<br /><br />Menurut indikator pertama, dalam tingkat kompetisi global tahun 2002, Indonesia berada pada posisi ke-72 dari 115 negara yang disurvei. Indonesia berada di bawah India yang menempati posisi ke-56, Vietnam pada posisi ke-60, dan Filipina pada posisi ke-66. Meskipun konfigurasi yang dibuat oleh Global Economic Forum ini lebih merupakan kuantifikasi dari aspek ekonomi dan bersifat relatif, tetapi secara umum prestasi tersebut juga merefleksikan kualitas dunia pendidikan kita. Dari sudut persepsi publik terhadap korupsi tahun 2002, hasil survei yang dilakukan oleh Transparency International dan Universitas Göttingen menempatkan Indonesia pada urutan ke-122. Indonesia berada di bawah India yang menempati posisi ke-83, Filipina pada posisi ke- 92, dan Vietnam pada posisi ke-100.<br /><br />Mengingat sikap dan watak merupakan hasil pembinaan pendidikan, dunia pendidikan kita bisa dianggap ‘liable’ terhadap perilaku korup. Implikasi indikator ini terhadap dunia pendidikan kita secara umum ialah proses pendidikan kita belum mampu—secara signifikan—menghasilkan lulusan yang bersih, jujur dan amanah. Sedangkan menurut indikator pengembangan SDM tahun 2002, Indonesia menempati posisi ke-112 dari 174 negara.<br /><br />Data tersebut menempatkan Indonesia di bawah Filipina yang berada pada posisi ke-85, China pada urutan ke-104, dan Vietnam pada posisi ke-109. Jika dari segi ekonomi kita—diakui secara jujur—belum siap bersaing, apalagi dalam dunia pendidikan secara umum. Salah satu bukti ketidaksiapan SDM kita bersaing secara global adalah level jabatan TKI kita di luar negeri rata-rata pekerja kasar, hanya sebagian kecil sebagai pekerja profesional, dan lebih sedikit lagi pada level pimpinan. Hal tersebut berbanding terbalik dengan TKA (expatriates) yang bekerja di Indonesia yang mayoria menempati level profesional dan pimpinan.<br /><br />III. Kondisi dan Kendala Kontemporer Dunia Pendidikan Indonesia<br /><br />Berbicara masalah pendidikan di Indonesia adalah membahas hal yang sangat luas, dinamis, fluktuatif dan relatif. Oleh karena itu, kita hanya bisa mengatakan bahwa pendidikan di Indonesia ‘gagal’ secara kategoris. Sebenarnya pendidikan Indonesia telah banyak menghasilkan tokoh-tokoh nasional dan output yang brilyan dan kompetitif dari masa ke masa. Kalau digeneralisasi bahwa dunia pendidikan kita sudah gagal, maka Republik ini sudah lama bubar. Salah satu contoh keberhasilan pendidikan kita misalnya adalah menjamurnya sekolah-sekolah yang ‘berprestasi’ khususnya pada jenjang Sekolah Menengah yang dalam periode 1996-1997 sering dikenal sebagai SMU (sekarang kembali ke istilah Sekolah Menengah Atas atau SMA) ‘unggulan’ atau SMU ‘plus.’<br /><br />Dari studi Pusat Penelitian Kebijakan, Balitbang Depdiknas terhadap 12 SMU yang dinilai berprestasi yang tersebar di beberapa propinsi di Indonesia, prestasi yang dicapai oleh sekolah berprestasi ini cukup melegakan. Indikator pertama, NEM SMU berprestasi setiap tahunnya berada pada peringkat 1, 2, atau 3 di tingkat propinsi lokasi sekolah bersangkutan. NEM terentang dari 47,99 sampai 64,27. Sekitar 81,2% rata-rata NEM siswa SLTP (sekarang kembali ke istilah Sekolah Menengah Pertama atau SMP) yang diterima di SMU berprestasi adalah 6,5 keatas. Kedua, sebagian besar guru SMU berprestasi memiliki pendidikan S1, hanya beberapa SMU yang memiliki beberapa guru jenjang S2, Sarjana Muda atau D3, bahkan SMU. Ketiga, kebanyakan SMU berprestasi memiliki sarana dan prasarana yang baik, yakni tanah yang cukup luas, tempat parkir, lapangan olah raga, tempat bermain atau jenis kegiatan lainnya, ruang kelas, laboratorium, perpustakaan, ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang TU, alat bantu pelajaran Fisika, Biologi, Matematika serta berbagai peralatan elektronik seperti video, TV, tape-recorder, sound system dalam lab bahasa, perangkat komputer sebagai media belajar. Keempat, seluruh guru SMU berprestasi menyusun satuan pelajaran. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar meliputi: intra dan ekstra kurikuler. Guru umumnya menyampaikan materi dengan metode yang bervariasi meliputi: ceramah, tanya-jawab, diskusi, simulasi, resitasi, tugas membaca di perpustakaan, praktikum di laboratorium, dan pemanfaatan media belajar lainnya.<br /><br />BAB III<br /><br />PENUTUP<br /><br /> 1. Kesimpulan<br /><br />Sejalan dengan pembahasan yang secara panjang lebar dipaparkan dalam bab II, maka penulisan ini mempunyai simpulan sebagai berikut :<br /><br />1. Memahami globalisasi dengan melihat lima kategori pengertian globalisasi yang umum ditemukan dalam literatur.Kelima kategori definisi tersebut berkaitan satu sama lain dan kadangkala saling tumpang-tindih, namun masing-masing mengandung unsur yang khas.<br /><br />1) Globalisasi sebagai internasionalisasi<br /><br />2) Globalisasi sebagai liberalisasi<br /><br />3) Globalisasi sebagai universalisasi<br /><br />4) Globalisasi sebagai westernisasi atau modernisasi<br /><br />5) Globalisasi sebagai penghapusan batas-batas teritorial<br /><br />Dan dampak globalisasi terhadap dunia pendidikan terlihat dalam 3 perubahan mendasar dalam dunia pendidikan Pertama, dalam perspektif neo-liberalisme, globalisasi menjadikan pendidikan sebagai komoditas dan komersil. Kedua, globalisasi mempengaruhi kontrol pendidikan oleh negara. Ketiga, globalisasi mendorong delokalisasi dan perubahan teknologi dan orientasi pendidikan.<br /><br /> 2. Pendidikan Indonesia menghadapi globalisasi belum siap karena Indonesia menempati posisi ke-112 dari 174 negara. Salah satu bukti ketidaksiapan SDM kita bersaing secara global adalah level jabatan TKI kita di luar negeri rata-rata pekerja kasar, hanya sebagian kecil sebagai pekerja profesional, dan lebih sedikit lagi pada level pimpinan. Hal tersebut berbanding terbalik dengan TKA (expatriates) yang bekerja di Indonesia yang mayoria menempati level profesional dan pimpinan.<br /><br />3. Kondisi dan kendala kontemporer dunia pendidikan Indonesia sudah gagal, maka Republik ini sudah lama bubar. Salah satu contoh keberhasilan pendidikan kita misalnya adalah menjamurnya sekolah-sekolah yang ‘berprestasi’ khususnya pada jenjang Sekolah Menengah yang dalam periode 1996-1997 sering dikenal sebagai SMU (sekarang kembali ke istilah Sekolah Menengah Atas atau SMA) ‘unggulan’ atau SMU ‘plus.’<br /><br />Dari studi Pusat Penelitian Kebijakan, Balitbang Depdiknas terhadap 12 SMU yang dinilai berprestasi yang tersebar di beberapa propinsi di Indonesia, prestasi yang dicapai oleh sekolah berprestasi ini cukup melegakan. Indikator pertama, NEM SMU berprestasi setiap tahunnya berada pada peringkat 1, 2, atau 3 di tingkat propinsi lokasi sekolah bersangkutan. Kedua, sebagian besar guru SMU berprestasi memiliki pendidikan S1, hanya beberapa SMU yang memiliki beberapa guru jenjang S2, Sarjana Muda atau D3, bahkan SMU. Ketiga, kebanyakan SMU berprestasi memiliki sarana dan prasarana yang baik. Keempat, seluruh guru SMU berprestasi menyusun satuan pelajaran.<br /><br /> 2. Saran<br /><br />Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia.<br /><br />Sebagus apa pun konsep perubahan kurikulum, tanpa diimbangi dengan optimalnya peran stakeholder pendidikan, hal itu tidak akan banyak membawa dampak positif bagi kemajuan peradaban bangsa. Sudah terlalu lama bangsa ini merindukan lahirnya generasi bangsa yang “utuh dan paripurna”; berimtaq tinggi, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Hanya potret generasi semacam ini yang akan mampu membawa bangsa ini sanggup bersaing di tengah kancah peradaban global yang demikian kompetitif secara arif, matang, dan dewasa. Nah, akankah perubahan kurikulum di awal tahun ajaran ini mampu menjadi momentum bangkitnya kemajuan dunia pendidikan di negeri kita.<br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br /><br />Kompas.2007.”Strategi Menghadapi Globalisasi”.Edisi 29 Oktober 2007.<br /><br />Kompas.2007.”Menjadi Indonesia dangan Bahasa Inggris”.Edisi 5 November 2007.<br /><br />Kompas.2007.”Melawan Dominasi Bahasa Inggris, Mungkinkah?”.Edisi 5 Novembar 2007.<br /><br />James Tooley, PhD.2005.Dapatkah Globalisasi Pendidikan Menguntungkan si Miskin?. Inggris:Friedrich Naumann Stiftung – Indonesia (edisi Indonesia).<br /><br />Anonim.2007.”Globalisasi dan Pendidikan”.( http://www.kedai-kebebasan.org/publikasi/papers/article.php?id=92/, 30 November 2007).<br /><br />Nopriadi.2007.” Proses Integrasi Umat Manusia dalam Arus Kapitalisme Global”. (http://www.khilafah1924.org/index.php?option=com_content&task=view&id=367&Itemid=47, 30 November 2007).nur salamahhttp://www.blogger.com/profile/01528666921087484487noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3809907291128493571.post-20223370706725471742010-04-29T18:42:00.000-07:002010-04-29T19:08:59.769-07:00cooperative scirptA. Pengertian Cooperative Script<br /><br />Cooperative Script adalah metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang dipelajari.<br /><br />B. Prinsip Dasar dan Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif<br /><br />Prinsip dasar dalam model ini adalah sebagai berikut :<br /><br />- Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.<br /><br />- Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.<br /><br />- Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.<br /><br />- Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.<br /><br />- Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.<br /><br />- Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.<br /><br />Adapun karakteristik model pembelajaran cooperative script adalah:<br /><br />- Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.<br /><br />- Kelompok dibentuk dari beberapa siswa yang memiliki kemampuan berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.<br /><br />- Penghargaan lebih menekankan pada kelompok daripada masing masing individu.<br /><br />C. Langkah-langkah<br /><br />Dalam pembelajaran ini dikembangkan diskusi dan komunikasi dengan tujuan agar siswa saling berbagi kemampuan, saling belajar berpikir kritis, saling menyampaikan pendapat, saling memberi kesempatan menyalurkan kemampuan, saling membantu belajar, saling menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman lain. Terdapat 7 (tujuh) langkah model pembelajaran ini :<br /><br /> 1. Guru membagi siswa untuk berpasangan.<br /> 2. Guru membagikan wacana / materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.<br /> 3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.<br /> 4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar menyimak / mengoreksi / menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat / menghapal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.<br /> 5. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya, serta lakukan seperti di atas.<br /> 6. Kesimpulan guru.<br /> 7. Penutup<br /><br />D. Kelebihan dan Kekurangan<br /><br />Keunggulan dari model pembelajaran kooperatif adalah (1) membantu siswa belajar berpikir berdasarkan sudut pandang suatu subjek bahasan dengan memberikan kebebasan siswa dalam praktik berpikir, (2) membantu siswa mengevaluasi logika dan bukti-bukti bagi posisi dirinya atau posisi yang lain, (3) memberikan kesempatan pada siswa untuk memformulasikan penerapan suatu prinsip, (4) membantu siswa mengenali adanya suatu masalah dan memformulasikannya dengan menggunakan informasi yang diperoleh dan bacaan atau ceramah, (5) menggunakan bahan-bahan dari anggota lain dalam kelompoknya, dan (6) mengembangkan motivasi untuk belajar yang lebih baik.<br /><br />Kelebihan:<br /><br /> * Melatih pendengaran, ketelitian / kecermatan.<br /> * Setiap siswa mendapat peran.<br /> * Melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan.<br /><br />Kekurangan:<br /><br /> * Hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu<br /> * Hanya dilakukan dua orang (tidak melibatkan seluruh kelas sehingga koreksi hanya sebatas pada dua orang tersebut).nur salamahhttp://www.blogger.com/profile/01528666921087484487noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3809907291128493571.post-43277631905989084032010-04-29T18:38:00.000-07:002010-04-29T18:48:10.099-07:00KEAGUNGAN SHALATShalat adalah tiang agama. Pernah anda mendengar kalimat tersebut? Memang benar ibarat sebuah rumah shalat itu menjadi penyangga, rumah tanpa dia rumah tidak bisa berdiri. Begitu juga dengan iman, shalat merupakan tiang penyangga yang paling penting. Karna shalat adalah ibadah yang pertama kali dihisab (dimintai pertanggungjawaban) di Padang Mahsyar.<br />Setan selalu menggoda manusia dalam shalatnya agar hati dan pikirannya untuk memikirkan hal-hal yang bersifat keduniawian sehingga memalingkannya dari mengingat Allah swt dan akhirnya shlatanya menjadi tidak khusyuk.nur salamahhttp://www.blogger.com/profile/01528666921087484487noreply@blogger.com0